Malam Natal

Tanggql 24 Dsember
Aku tidak merasakan ada yg istimewa malam ini; sama seperti malam-malam lainnya. Apa yg seharusnya istimewa malam ini, atau besok? Apa yg membedakannya dengan malam-malam lainnya?

Beberapa saat lalu aku sempat menonton 'Polar Express', film animasi yg saya tonton tahun lalu. Satu hal yg aku dapat dari film tsb yaitu, 'hal baik selalu menemukan jalan dan tidak pernah gagal'.

Hal baik.
Mungkin ini yg membedakan hari ini dengan hari-hari lainnya? Apakah hanya hari ini kita bisa melihat dan merasakan 'hal baik'?

Disaat bersama dengan aku menulis ini, aku lihat sebuah film Natal di sctv. Aku tidak tahu judulnya karena aku juga baru mengikuti di pertengahan cerita. Kurang lebih ceritanya mengenai seo penerus Santa yg ragu mengambil anggung jawab tsb, karena selain ragu dia juga merupakan seo wanita negro yg jauh dari gambaran natal (rasanya anda mulai tahu filmnya).

Aku rasa karena Natal dimulai dengan pemberian terbesar bagi manusia, yaitu Yesus, maka cerita tsb memilik seo wanita negro untuk menjadi penerus santa. Sant sebelumnya berkata, "...kamu tidak hanya melihat semangat natal (damai dan sukacita Natal) dalam diri santa berjanggut putih, karena santa bisa bermata besar, atau muncul dengan warna kulit hitam, atau mungkin malah dengan tubuh seo wanita...". Santa bisa siapa saja yg memiliki kebaikan hati untuk di bagikan kepada orang lain. Karena orang tsb akan dibilang anak-anak terang, seorang santa (orang kudus, pembawa damai).

Mungkin inilah seharusnya yg membedakannya dengan hari-hari lainnya, yaitu kebaikan hati. Kebaikan hati yg menembus warna kulit, status sosial, etnis, agama dan budaya. Kebaikan hati yg seharusnya bisa dirasakan sesamanya manusia. Namun malam ini, hari ini tidak akan ada gunanya jika kebaikan itu hanya menjadi tradisi sehari, karena sebenarnya kebaikan hati harus terpancar senantiasa setiap hari, setiap waktu.

Selamat Hari Natal Kawan

Makna Hidup

Sudah genap 3 minggu lebih 4 hari saya di Banjarmasin. Bagi yg belum tahu Banjarmasin itu dimana, Banjarmasin itu ibukota propinsi Kalimantan Selatan terletak di 3º15´- 3º22´ Lintang Selatan dan 114º98´- 114º38´ Bujur Timur wekekeke. Gw rasa kalian juga tidak bakal maau mendengar luas kota dan jumlah penduduknya :D

Adek-adek saya yg di Jakarta tidak jadi pulang dikarenakan kuliah dan kesibukan masing-masing. Saya juga baru tahu kalo ortuku akan ke Kupang dan Rote, jenguk oma ku. Tinggalah Saya dan ade saya yg paling kecil, Daniel, di rumah Banjarmasin. Fuih. Ini Natal paling sepi seumur hidup saya! Plus ngurus rumah; msak, nyuci, sapu-ngepel, Damn!

Ortu sudah berangkat kemarin, jadi saya mulai kemarin malam sudah mulai masak, tadi pagi nyuci dan bikin sarapan. Semoga untuk 10 hari kedepan tidak ada kecelakaan yg menyebabkan rumah di Banjarmasin ilang dari peredaran. Nanti saya coba report disini hari-hari naas yg akan dilalui.


Balik ketopik hari ini. Di hari-hari yg mendekati akhir tahun ini, kebanyakan dari kita mulai berpikir mengenai apa-apa aja yg sudah kita lakukan di tahun ini. Apakah target-target kita diawal tahun tergenapi atau ada yg gagal. Terus ditahun kedepan itu mau ngapain aja, target2nya apa aja, dan masih banyak lagi renungan-renungan pribadi. Biasanya kita sebut ini evaluasi diri. Waktu terasa begitu cepat saat kita berada di penghujung tahun. Padahal sewaktu kita menginjakan diri pada bulan Januari, or Febuari, kita merasa cemas untuk hal apa saja yg akan kita kerjakan di tahun tsb, karena terasa lama hari-hari tsb (dan memang lama kawan, 356 hari!).

Apa makna jerih lelah-kita? Apa makna kita berada disini? Apa makna kehidupan kita?

Puluhan tahun, ratusan bulan, bahkan ribuan minggu akan kita atau sudah kita lewati, namun dari waktu dan semua peristiwa yg kita alami sepanjang hidup kita itu, bermakna apa?

Segala sesuatu ada artinya, ada tujuannya, termasuk keberadaan kita. Jika kita tidak memiliki tujuan, kita tidak akan tahu apa yg mau kita kerjakan atau lakukan. Jika kita tidak tahu apa yg kita kerjakan atau lakukan; perbuatan kita mengarah pada satu hal, yaitu kesia-siaan. Saat hidup kita sia-sia, kita tidak memiliki makna.

'.... hidup harus memiliki makna sayang. Kalau tidak bisa hidup untuk cinta, paling tidak hidup untuk membalas dendam sayang...'

Itu sebuah penggalan baris sebuah novel yg sempat saya baca. Bahkan sekalipun hidup itu untuk sebuah dendam, hidup itu masih lebih bermakna, dari pada hidup tanpa tujuan.

Hal ini terngiang-ngiang sejak saya kembali ke Indonesia. Apa sih yg saya kerjakan sebenarnya? Apa sih makna dari semua yg saya kerjakan tahun ini?

Jawabannya aku temukan saat aku membaca sebuah komik. Kaget ya? Sama.

Komik karangan Yumi Hotta. Kir-kira pesannya begini, "kita hidup untuk menghubungan masa lalu yg panjang sekali dengan masa depan yg panjang sekali''.

Setelah aku renungkan hal tsb benar. Setiap dari kita merupakan seorang agen dari masa lalu yg menyatakan eksistensinya pada masa depan. Kita ada sekarang karena masa lalu, untuk menjangkau masa depan. Setiap dari kita akan mempengaruhi masa depan. Apapun yg kita kerjakan akan berpengaruh kekekalan terhadap masa depan kita. Seperti yg aku sebutkan diatas, kita merupakan agen, jembatan, penghubung untuk generasi mendatang agar mereka belajar dari para leluhurnya, baik hal yg buruk maupun yg baik.

Setiap dari apa yg melekat dari kita adalah mata rantai generasi yg menghubungkan generasi di belakang kita dengan generasi di depan kita. Kita mewarisi tugas mulia ini tentunya untuk melakukan hal terpuji agar generasi di depan kita menikmati apa yg baik dari kita dan mewarisinya juga ke generasi di depan mereka.

Kita ada disini bukan untuk diri kita sendiri, melainkan untuk sebuah generasi. Apa yg kamu wariskan pada generasimu kawan?

'Rumor Has it...' Based on a true rumor, has it...

Beberapa hari ini denpasar diguyur hujan. Aku suka sekali dengan hujan. Terkadang aku habiskan waktu berjam-jam saat hujan untuk memandang keluar. Kadang juga aku main hujan, dengan sengaja diguyur hujan deras. Saat-saat kepala ini basah dengan hujan, kita bisa berpikir dengan kepala dingin. Kembalai merasa seperti anak kecil, seolah melihat semua masalah menjadi kecil.


Semenjak pergi dari Jakarta, ada kebiasaan yg aku rasakan sudah tidak pernah aku lakukan lagi di sini. Saat-saat terakhir aku diJakarta, aku senang sekali nonton dvd. Sepertinya waktu cepat berlalu (aku pernah bilang dulu kalo TV adalah mesin waktu, mesin waktu yg hanya bergerak kedepan), dan ini adalah alat paling ampuh untuk membunuh waktu. Maka dari itu setiap pulang kerja aku selalu sempatkan untuk membeli beberapa keeping dvd untuk aku habiskan dirumah.


Suatu ketika aku membeli dua dvd didekat tempat kerjaku. Untuk pertama kalinya aku membeli dvd yg keduanya bagus. Biasanya jika yg satu bagus yg lainnya amit-amit. Ya mungkin juga karena saya lebih pandai menonton ketimbang memilih film. Pokoknya aku beruntung kali ini.


Film pertama yg saya tonton ‘The Illusionist’. Nothing is what it seems. That’s right. Endingnya tidak terduga, seperti layaknya cerita-cerita misteri. Mungkin biasa saja buat orang lain, cuma menarik buatku. Ini film roman klasik misteri, latarnya, krangka cerita, alurnya. Kisahnya menceritakan seorang anak yg belajar sulap (sulap selalu identik dengna romantisme) yg memiliki kekasih pujaan hati. Mereka saling menyayangi namun orang tua sang gadis yg notabene bangsawan kerajaan tidak setuju, dan akhirnya sang pria pergi dari desa tsb. Dia pergi untuk mencari, sebuah sulap yg mampu menghilangkan dia dan gadisnya.


Selang puluhan tahun kemudia pemuda tsb kembali, namun tentunya kali ini dia tidak dikenali karena sudah menjadi pria dewasa. Pemuda ini membuka pertunjukan ilusinya dikota tsb. Singkat cerita sang gadis menyadari, namun kali ini posisinya lebih sullit karena sekarang dia sudah menjadi tunangan raja. Singkat cerita sang pemuda berhasil melakukan pertunjukan terbesarnya sepanjang masa, menghilangkan sang gadis….


Film berikutnya lebih ringan dan comedian, ‘Rumor Has it…’ Based on a true rumor. Saat ini tidak hanya true story yg bisa dijadikan film, namun true rumor juga. Mungkin besok-besok kita tidak akan kaget kalo muncul film ‘based on a true untrue’.


Eniwei film ini menceritakan tentang seorang pria (entah bisa dibilang beruntung atau tidak) yg tidur dengan tiga generasi sebuah keluarga, neneknya, ibunya, dan anaknya. Namanya Beuh (Kevin Costner). Ceritanya dimulai dengan Sarah (Jenifer Aniston) merasa ragu untuk menikahi tunangannya Jeff (Mark Ruffalo). Ditengah kebimbangannya dia mendapatkan rumor kalo ternyata dia bukan anak dari ayahnya (lupa euy nama ayahnya), namun anak dari Beuh itu. AKhirnya dia menyelidiki, sampai akhirnya mereka berhubungan intim. Udah gitu belakangan dia baru tahu kalo si Beuh ini tidur sama neneknya (Shirley MacLaine), nyokapnya, dan sama dia! Udah gitu tunangannya tahu dan hubungan mereka terancam.


Klo dulu aku nonton film kek gini, pasti sudah saya matikan sebelum selesai filmnya. Bagi saya tidak ada yg menarik dalam sebuah perselingkuhan untuk ditonton, dan it bukan hiburan. Tapi film yg satu ini saya sangat menikmati. BUkan karena saya pernah selingkuh, atau selingkuh itu menyenangkan, namun karena film tsb begitu manusiawi. Bahwa hal-hal tsb bisa terjadi disekitar kita, atau mungkin kita sendiri yg mengalaminya. Apa lagi buat orang Asia yg katanya memiliki budaya serta kesusilaan lebih tinggi dari orang barat, aib seperti di film ini pasti tak terampuni, dan walopun bebas dari penjara besi, namun tetap harus mendekam dalam penjara sosial.

Film ini bercerita lebih banyak lagi, bukan apa yg telah kita perbuat yg menentukan diri kita, namun apa yg akan kita perbuat untuk memperbaikinya. Bukan seberapa banyak kita jatuh, namun seberapa banyak kita bangun. Sedikitnya aku pernah mengalami dalam posisi Jef, walopun tidak benar-benar sama.

".... aku tidak datang untuk bilang 'aku tidak bisa hidup tanpamu' karena aku bisa, tapi aku tidak ingin itu."

Extraordinary Week

Selamat Hari minggu ya! Have a great sunday^^

Minggu ini banyak hal yg terjadi, dan semuanya bisa dibilang hm, extraordinary. Kisah pertama dimulai dari awal minggu. Setelah aku pulang malam, dan biasanya memang pulang diatas pk1 dini hari, aku lanjutkan membaca beberapa buku yg tertunda dibaca. Lagi asik2nya membaca, aku mendapatkan ilham untuk buang air. Sayangnya karena akamr mandi dikamar belum ada embernya, sehingga harus berjerih lelah utk menggunakan wc umum yg terletak di lantai bawa. Perlu digambarkan sedikit bahwa kamar kosku ini terletak di lantai dua, dah hanya ada dua kamar kos. Kos kami pun harus berbagi lantai dengan asrama putri sebuah fakultas telogia.

Aku turun dengan membawa hape, sebuah buku, dan tentunya juga sabun. Setelah menunaikan tugas suci tersebut, aku kembali naik ke kamarku. Tangga yg menghubungak antara lantai bawa dengan lantai atas merupakan tangga berputar dari besi. Kira-kira dipertengahan tangga tsb ada sebuah benda yg jatuh mengenai bahu dan terus ke lantai. Di tengah keremangan aku coba melihat ke bawa,. Benda tsb panjang seperti tali, mirip seperti tali hapeku yg berwarna hitam. Cuma seingatku aku tidak membawa tali tsb ke kemar mandi (lagi pula untuk apa juga aku bawa2 tali tsb). Masih dengan kecepatan yg mengagumkan akhirnya otaku menyampaikan bahwa benda tsb serupa belut, karena panjang dan bergerak. APAAA?!!!!! Bergerak?!!!! Astaga itu ULAR BERWANA HITAM!!!!!! AKhirnya dengn respon yg tangkas aku tepis dengan kaki dan ular tsb jatuh ke lantai. Masih dengan paranoid tingkat tinggi masuk ke kamar, dengan was-was. Masih tidak percaya dengan apa barusan terjadi, aku mengintip keluar dari jendela, juga memeriksa seisi kamar. Setelah merasa aman, aku mengunci kamar. Selama sisa malam tsb aku menjadi waspada selama tidur. Yang menjadi pertanyaan, dari mana ular tsb? Memang dibelakang kos hutan bambu, tapi tentunya ular bambu tidak berwarna hitam kan.

Hal lainnya yg merupakan kejadian luar biasa terjadi hari Jumat yg lalu. Malam itu, sekitar jam 22, aku nongkrong minum kopi di warung dekat kos. Ngbro punya ngbrol dengan yg jaga warung, akhirnya tiba warung tsb ditutup. Hari Jumat, dan Sabtu adalah hari yg sangat sepi di kos, karena para penghuni asrama keluar utk pelayanan digreja sampai hari Senin pagi baru kembali ke kos. Sedangkan tetangga kosku juga ada jadwal ngajar pada hari Jumat dan Sabtu sampai malam.Karena malas kembali ke kos, aku iseng jalan cari warnet sembari cari makan. Aku tahu warnet terdekat, namun jaraknya hampirdua kilo dari kos. Ya namanya juga iseng, jadi aku jalan lah ke warnet tsb. Padahal baru jam23 kurang, namun tidak ada lagi yg jalan selain aku, lagi pula sepertinya orang sini jarang jalan kaki. Tiba diwarnet tsb pukul 24 kurang. Aku pikir waaarnet tsb beroprasi 24jam, karena sudah sesepi itu namun masih buka. Akhirnya hampir pk2 dini hari aku diusir. Akhinya kembali jalan pulang. Niatan cari makan terpaksa harus ditunda karena tidak ada lagi yg buka, benar-benar sepi. Aku jg bingung kok aku berani jalan di tempat sesepi ini. Cuma karena aku yakin dengan keamanaan d Bali, jadinya asik2 aja. Sekitar 20 menit berjalan kaki, akhirnya aku tahu kenapa orang ali jarang jalan kaki, apa lagi malam-malam. Anjing dimana-mana! Setiap grombolan aknjing paling sedikit setengah lusin. Kebayang gak sih sepanjang jalan digongongin anjing sekampung?!! Berjalan dengan was-was, dan tidak kurang dari tiga kali aku harus berhadapan dengan berlusin-lusin anjing dijalan, yg menggonggong dan mengikuti dari belakang. Bahkan ada sampai semua anjing jadi berkumpul dan bergonggong dalam radius 10meter dari aku. Tidak ada kengerian yg pernah aku jumpai seperti ini. Seolah-olah semua anjing tsb curiga terhadapku, bahkan ada yg sampai menyerang.

Yang aku takutkan adalah kalo sampai besok di Radar Bali dimuat kematian seorang drummer kelaparan yg mati dikoroyok anjing sekampung. Cuma semakin aku jalan susasana berubah, sampai tibalah aku disebuah pertigaan lampu merah. Di sepanjang jalan dari kos ke warnet tidak ada lampu merah! Di sepanjang jalan tadi tidak ada jalan sebesar ini!!! Gw NYASAR!!!! Setelah berjuang melewati barisan anjing gila, dan nyawaku hampir terancam, GW SALAH JALAN!!!! GW NYASAAAAR!!!!! F****!!!!!!!!!!!!

Aku gak tau kalo terus berjalan akan sampai kemana, cuma tidak mungkin aku kembali lagi setelah harus bertarung dengan anjing dan menembus berlusin-lusin barisan anjing. No way! Gw gak akan kembali!!! Tapi jalan sepi, dan disini tidak seperti Jakarta yg memiliki pos ojeq sampai lewat tengah malam. Akhirnya aku memutuskan utk menelpon sodara, rekan dan sahabatku yg baik bangat, Remon utk menjemput aku. Singkat cerita aku bisa naik diatas ranjang dengan tenang. Beberapa hari kemudia aku sempat trauma setiap melewati anjing, bahkan selalu merasa dikejar. Baru kali ini aku benci terhadap anjing.