Layang-Layang

Minggu lalu, mungkin tema yang tepat bagi saya adalah orang tua. Sebenarnya bukan karena saya seorang yang mengalami langsung polemik tersebut, tapi beberapa kawan yang bertutur kisahnya kepada saya. Tidak usah dibantah, karena saya pun yakin 100% bahwa kamu, tentunya yang pernah menjadi anak (kecuali kalo kamu tiba-tiba menjadi besar seperti sekarang dalam dua menit), pernah berkonfrontasi dengan orang tua masing-masing, dan mungkin juga malah dengan orang tua dari orang lain - seperti saya yang pernah tidak disukai oleh orang tua mantan, atau sewaktu kecil tidak disukai orang tua tetangga karena gemar mengambil mangga tetangga sebebas-bebasnya.

Bagi seorang anak, apa lagi yang sudah hidup mandiri, apa lagi yang sudah terlalu lama hidup mandiri (saya mulai hidup mandiri, alias tidak tinggal bersama orang tua dari SMU), apa lagi sudah bekerja dan sudah terlalu lama hidup mandiri, dan apa-lagi - apa-lagi lainnya, tidak jarang saat berkumpul dengan orang tua, justru menimbulkan konflik-konflik tertentu. Misalnya yang sederhana saja, kamu akan diatur kapan harus tidur dan kapan harus bangun, kapan harus makan dan apa yang perlu kamu makan. Kemana kamu pergi dan kapan harus pulang. Bahkan di mana kamu kerja dan dengan siapa kamu pacaran. Belum lagi kalo kamu kerja sama orang tuamu, maka bersiaplah untuk diatur apa yang harus kamu tulis, dan apa yang harus kamu laporkan.

Tiba-tiba semua berubah seolah-olah kamu begitu fragile.

Kalo usiamu masih dibawa 17 tahun, mungkin hal itu lumrah, tapi bagaimana kalo kamu sudah kuliah, bahkan sudah lulus kuliah?

Sering kali kita sebagai anak mulai berpikir, kapan waktunya kita benar-benar dianggap dewasa? Apa itu berdasarkan usia? Atau berdasarkan atap? Atau berdasarkan sumber penghidupan? Atau mungkin apa status kita?

Coba kita lihat satu-satu; Jika berdasarkan usia, menurut negara kita dianggap dewasa saat berusia 17 tahun. Pada usia tersebut kita dianggap wajar untuk nonton 'film 17 tahun ke atas', usia tersebut juga dianggap layak untuk memiliki KTP dan SIM. Usia tersebut juga dianggap mampu mengkonsumsi alkohol tanpa berubah menjadi tolol. Dan yang paling asik usia tersebut sudah boleh menikah secara hukum. Tapi nyatanya usia tersebut saya masih dikejar-kejar nyokap menggunakan sapu untuk disuruh mandi.

Mungkin berdasarkan atap kali ya. Maksudnya, saat kamu sudah tinggal beda atap dengan orang tuamu. Sedikitnya ini ada benarnya, karena tentunya orang tuamu tidak akan mengaturmu, setidaknya tidak secara langsung. Faktanya, telpon seperti ini yang dulu sering saya terima: 'Yuda, kamu ada di mana?'; 'Yuda, sudah makan belum?'; 'Yuda, kapan pulang ke Bandung?' (padahal masih dalam perjalanan kembali ke Jakarta), dan sewaktu kampus saya masuk berita karena terlibat demonstrasi maka,

'Yuda, mama lihat di berita kampus kamu ikutan demo ya?! Aduh, kamu jangan suka ikut-ikut demo ya? Nanti kamu bisa mati loh! Kamu ada di mana sekarang? Belum pulang?'

'Belum ma, masih di depan gedung MPR/DPR...'

'HAAAAAHHH....?? Malam begini belum pulang?!! Tuh kan, mama sudah bilang mama gak suka kamu ikut-ikut rusuh! Aduh, nanti kamu bisa mati beneren! Siapa yang antar-antar mama kalo belanjaaa!!!'

'..... ma, demonya kan di kampus'

Bagaimana kalo kita sudah cukup mapan untuk bisa menghidupi diri sendiri, masihkan diatur oleh orang tua? Yang sering terjadi dikehidupan sehari-hari: 'Kamu jadi melawan ya sama papa?! Mentang-mentang sudah punya uang sendiri, sekarang berani bantah papa! Siapa yang besarkan kamu dulu ha?? Yang bayar kuliahmu?! kasih uang saku?! Dan mobil, papa yang bayar biaya perbaikan sewaktu kamu tabrak pagar depan rumah!! Perbaikannya itu mahal!!!'.
Sepertinya opsi ini juga gak mungkin, terlebih selama ayahmu masih mengingat 'jasa-jasanya' dan mobilnya.

Ok, kalo semua itu gak bisa membuat kita diperlakukan sebagai orang dewasa oleh orang tua, pastinya saat kita sudah bersuami/beristri dan membangun keluarga kita sendiri, kita akan diperlakukan secara dewasa dong? Kalo yang ini saya kurang tahu pasti, karena yang paling utama saya belum beristri. Tapi dari pengalaman yang pernah saya dengar sendiri (ok, percaya atau enggak saya pernah menangani konseling pernikahan yang hampir bubar), terkadang orang tua, khususnya ibu-ibu, masih sering ikut campur mengenai bagaimana menantu perempuannya harus mengatur anak laki-lakinya.

Jadi kapan dong kita lepas dari jerat orang tua? Dan diangap dewasa? Mungkin saat ini kita mulai berpikir alangkah nikmatnya hidup di barat, karena justru saat kamu menginjak SMU, kamu akan 'diusir' dari rumah. Bukan hal yang umum di barat, melihat seorang anak yang menginjak bangku SMU masih tinggal bersama orang tuanya. Bahkan saat kuliah, itu bukan biaya orang tuamu, dan mereka tidak akan ambil pusing dengan apa yang kamu putuskan untuk di lakukan, dan hubungan itu akan berakhir saat kamu berdiri di depan altar bersama mempelaimu.

Sebenarnya sederhana saja, kita sebagai orang muda, punya ego yang besar untuk dianggap dewasa. Sebagai orang muda, entah kenapa, ingin sekali dianggap dewasa. Dari nyuri-nyuri ngerokok sewaktu masa SMU agar dibilang dewasa, sampai mengoreksi sikap orang tua kita agar dianggap lebih dewasa. Mungkin tepatnya orang muda butuh pengakuan. Lalu apa yang dibutuhkan orang tua di masa tuanya dari anak-anaknya? Pengakuan?

Bukan, melainkan pengertian.

Mungkin kamu gak tahu, tapi membesarkan anak itu susah. Bukan lagi susah-susah gampang, tapi susah-susah-susah bangat. Dulu ada yang pernah bilang ke saya, membesarkan anak itu seperti mencoba menerbangkan layang-layang di saat panas terik tanpa angin. hanya ada debu dan pilu keringat. Terkadang orang tua kita harus jatuh tersungkur hanya agar 'layang-layang' tetap dapat terbang. Tidak jarang layang-layang yang sudah cukup tinggi, harus terbang menukik dan menghujam tanah lagi.

Tapi akhirnya mereka berhasil menerbangkan layang-layang tersebut, bahkan diantara awan yang dulu mungkin tidak pernah menghiasi langit mereka. Mungkin itu saat di mana mereka melihat kamu diantara para wisudawan lainnya. Atau di saat kamu berdiri di depan altar. Betapa leganya mereka. Sayangnya yang entah orang tuamu sadari atau tidak, benag ditangan mereka sudah terulur habis, dan hanya dengan melepaskannya sisa benang layang-layang itu bisa terbang lebih tinggi lagi.

Mengertilah kawan, membesarkanmu itu tidak mudah. Membesarkanmu butuh air mata, dan melepaskanmu butuh lebih banyak air mata.

Bagaimana kalo mereka tidak melakukan kewajiban yang dilakukan oleh orang tua pada umumnya? Apakah mereka punya hak untuk mengatur hidup anaknya?

Kalo kamu ada di dunia ini kawan, bagaimana pun caranya, itu karena jasa kedua orang tuamu (kan gak mungkin kamu bisa ada hanya karena salah-satu dari mereka?); hidup adalah harga dari kematian. Jadi hidupmu berharga bukan karena apa yang orang lain lakukan terhadapmu, tapi apa yang kamu kerjakan. Semakin berharga hidupmu, semakin berharga juga kematianmu. Kamu boleh menyangkalnya, tapi itu faktanya, sama seperti Tuhan itu ada, entah kamu percaya atau tidak.

Dan diakhir tulisan, saya hanya ingin mengucapkan minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin. Biar maaf itu dimulai dari memaafkan orang yang berjasa dalam hidupmu. Amin.



Ps. Jika kamu penasaran siapa yang menuturkan perumpamaan 'layang-layang itu ke saya, dia adalah ayahku. Tunggu, jangan salah paham. Dia menceritakan kisah itu saat dengan terpaksa menyerahkan mobil barunya untuk saya bawa di tol. Mungkin benar kata orang, mobil itu istri pertama bagi cowo.

Posting dari Dedee

Kalo kamu pikir karena Yuda itu psikolog sehingga bisa menjadi pendengar yang baik, maka kamu salah besar. Aku Memang baru mengenal Yuda, hitungan bulan, tapi untuk yang satu itu, aku tahu pasti. Tapi jangan tanya sama aku kenapa aku masih tetap mau curhat sama dia. Mungkin karena naluri bahwa dia psikolog, sama seperti mamaku yang selalu mengeluh tentang kesehatannya setiap pacar adik ku main ke rumah, padahal 'keluhannya' terlalu antusias untuk di bilang sakit. Ow iya, pacar adik ku itu calon dokter.

Eniwei, beberapa hari lalu aku punya masalah yang cukup bikin pusing, tapi karena ini blognya Yuda, jadi aku tidak akan mencemarkan dengan curhatku (tapi dengan cara yang lain tentunya; bukannya untuk itu teman menulis blog mu?). Dan juga seperti masalah beratku lainnya, aku pun mencari orang yang aku harap bisa memberikan solusi terbaik bagiku, dan Yuda lah yang (sekali lagi awalnya) aku pikir bisa memberikan solusi yang baik.

Hei, Yud, ganggu gak? Gw mau curhat nih, ujarku di sms.

'Iya ganggu...

Sial! Jujur bangat sih nih cowo!

Soalnya lagi di MKG nih, shopping hehe. nanti gw telpon deh kalo sudah sampai rumah, ok.

Cowo shopping! No comment! Yasu, akhirnya aku tunggu dengan diselingi nonton FTV, dan sedikit bergosip dengan room mateku. Sempat tertidur juga sih.

Akhirnya cowo 'penggemar shopping' ini menelpon.

'Tadi belanja apa aja di MKG Yud?', aku mengawali dengan sedikit berbasa-basi.

'Parfum; lagi sale up to 70%, Dee! Gila, gw beli Benetton Puresporty, sama CK One Summer juga, harganya murah abiz!'

Shake! Ada cowo suka sale?! Aku pikir percakapan ini hanya ditemukan di antara cewek.

'Gw juga nyari celana training dan kaos buat fitness nih', sambung Yuda. 'soalnya baju olahraga gw terbatas'

'Eh, loe masih fitness ya? Apa gak serem ya, sudah kurus gitu malah fitness Yud?'

'Eh Dee, loe salah persepsi kalo orang fitness itu hanya buat gedein otot, lagian tolong dibedakan antara binaragawan dengan fitnesmania. Binaragawan itu atlit yang memang mendisplay ototnya untuk di nilai, sedangkan fitnesmania itu gaya hidup sehat. Datang ke gym itu hanya 1/3 dari keseluruhan fitness. Fitness itu bicara pola makan sehat, dan pola istirahat yang teratur. Singkat kata fitness adalah cara mengatur pola hidup yang sehat. Jangankan gw, sebenarnya (blub blub blub...)'

Aku kurang begitu ingat apa yang Yuda omongkan selanjutnya, yang pasti dia masih menerangkan dengan panjang lebar mengenai asal kata fitness, sejarah, pedoman, dan kenapa fitness itu penting - tanpa di minta. Mungkin sudah kodrat cowo untuk menerangkan segala sesuatu tanpa diminta.

'Jadi sekarang loe ngerti kan kenapa fitness itu penting?', menyudahi 'kultum' Fitness-nya (finally).

'He'eh Yud, ngerti'. Malah terlalu ngerti.

'Good good. Soalnya susah mengubah paradigma orang, seperti waktu kemarin ke Bokap juga gitu. Makanya gw jarang memaksakan pendapat gw ke orang lain'

Kamu baru saja lakukan itu Yud...

'Ow mengenai kasus ngoleksi vide bokep loe itu ya?'

'EH??! Hahahahaha... loe baca juga ya blog gw?!'

'Ya, kebetulan aja liat-lia'. Cewe memang suka gini, agak-agak gengsian.

'Gak lah, gw cuma bercanda di situ. Lagian gak mungkin gw simpan kek gituan di tempat yang bokap bakalan liat hehehe'

'.........'

'Bokap negur gw soalnya gw suka pake celana dalam aja di rumah, padahal kan sekarang yang tinggal gak hanya ade-ade gw yg cowo aja, ada juga ade gw yg cewe. Kebiasaan dari kos lama sih ini'

'yud...'

'Terkadang juga suka gak sadar keluar-keluar branda atau dengan gorden gak tertutup'

'yud.....'

'Makanya bokap singgung mengenai porno aksi gw itu. Habis gimana ya, gw suka kepanasan gitu orangnya...'

'YUDA!...'

'Eh, kenapa?'

'Loe lagi ngomong sama cewe Yud!!'

'eh sori, gw lupa Dee'

'iya....'

'errrr anggap aja dari tadi gw gak ngomong apa-apa ya Dee'

'sudah terlambat...'

'oow...'

'tuut...tutt...tutt....tuutt...', terdengar dari ujung telpon.

Loh kok diputus? Beberapa kali aku coba telpon lagi, tapi yang terdengar diujung telpon hanya nada tidak sambung.

Mungkin beneren dia malu, pikirku.

Akhirnya setelah lelah mencoba menelpon, aku hentikan usahaku. Tidak berapa lama, ada sms masuk, dari Yuda;

Eh sori Dee, batre gw habis. Nanti sambung lagi lain kali ya hehe. G'nite girl.

Ow ternyata pikiranku keliru. Tanpa malu, dan rasa bersalah dia menyudahi pembicaraan, padahal kan tadi yang mau curhat itu aku. Aku hanya bisa berpangku gemas melihat bulan di luar. SIAL!

Makin Digosok, Makin Sipp....

GOSIP. Sebagian dari kita begitu menyukainya. Sebenarnya gosip merupakan bagian dari kodrat kita sebagai mahluk sosial dan bentuk purbanya adalah komunikasi. Tapi entah dari mana munculnya ide, bahwa komunikasi tanpa membicarakan orang lain - khususnya kejelekannya, tidak asik. Sehingga dengan kecerdasan dan kejeniusannya, manusia menciptakan sebuah trobosan baru dalam bersosialisasi, yaitu GOSIP!

Lantas apa isi gosip itu?
Ah kamu jaim deh, pura-pura seperti gak pernah ngegosip aja. Ok, ok, taroh lah kamu datang dari bulan sehingga tidak tahu gosip itu mengenai apa. Gosip itu berisi kisah tentang apa saja mengenai orang-orang, yang tentunya orang lain di luar 'kita'. Kan gak mungkin kamu datang ke temanmu lalu berkata, 'Eh Tina, tau gak sich kemarin gw baru beli lapie! Keren deh! Iya, laptop. Ah gimana sih, masa gak tau, itu bahasa gaul tau!' - ini bukan keriteria bergosip, ini lebih tepat disebut pamer.

Memang sering kali kita tidak lebih baik dari orang yang kita bicarakan, tapi siapa yang perduli kan. Asal itu bukan membicarakan mengenai kita, gosip memang sip.

Seturut dengan perkembangan jaman, gosip pun banyak ragamnya dan dapat disesuaikan dengan pribadi masing-masing orang. Kamu dapat melihatnya dari cara mereka memulai bergosip. Yang paling umum gosip dimulai dengan, 'eh tau gak sih...'. Ini bukan lagi sebuah kalimat, tapi frase. Frase ajaib yang berkonotasi 'eh, saya mau bergosip nih'. Biasanya ini digunakan oleh kaum hawa yang cendrung ingin langsung masuk pada inti cerita, tanpa ingin kehilangan kesan misterius. Biasanya orang-orang seperti ini tidak malu-malu lagi untuk bertutur mengenai korbannya, soalnya antara si penutur dan si pendengar saling mengenal dan memiliki minat serta ketertarikan yang sama.

Tipe berikutnya adalah 'si bijak'. Tipe ini adalah gosiper yang memulai gosipnya dengan wejangan terlebih dahulu. Contoh yang paling baik mungkin apa yang saya alami dua minggu lalu dengan ayah saya. Dalam perjalana menuju bengkel dan di tengah keseriusan saya mengemudikan 'si tendangan samping', ayah saya memecah keheningan, 'yo, kemarin papa lihat-lihat isi komputermu'.

Bagi yang tidak tahu, ini merupakan kalimat yang mengawali peringatan, dan papaku sudah berhasil membuatku was-was.

'Papa tahu laki-laki itu godaanya di mata, lalu berbuah perbuatan. Tapi sebagai laki-laki sejati kita harus dapat menghalau godaan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik nak'.

Damn, bokap nemu koleksi Miyabi gw!

Kamu berhenti lah berbuat porno aksi.

'Ehh??'

'Itu papa lihat foto-foto telanjang dada. Papa juga perhatikan setiap di rumah kamu juga tidak pernah pake baju, keluar-keluar'.

'..........'

'Nanti kamu jadinya bisa seperti anaknya om anu. Kelakuannya bla.. bla... bla... jadinya bla... bla.. bla...'

See? Gosip gak hanya untuk kaum hawa.

Tipe selanjutnya adalah 'si pengumpan'. Pengumpan ini biasanya memberikan kalimat-kalimat yang memancing minat pendengarnya. Biasanya 'si pengumpan' adalah orang yang sedang mencari teman baru dalam minat yang sama.

'Ya kamu gak tahu aja Toni itu gimana orangnya'

'Memang Toni gimana sih Yud?' (contoh orang yang memakan umpan).

'Iya, si Toni, adiknya Tina - bukan Toni kost kita loh, dia itu jelek bangat sifatnya. Masih mending Toni kost kita deh ke mana-mana! Masa ya, kemarin itu dia bla bla bla...'

Jika dia bereaksi, 'Masa sih? Pantas aja waktu itu dia bla bla bla....', selamat! Itu artinya kamu mendapat teman baru dengan hobi yang sama.

Di antara tipe-tpe tersebut, sering kali di lapangan terjadi modifikasi-modifikasi, khususnya agar gosiper tidak terdengar seperti sedang bergosip, atau setidaknya gosiper tidak terlihat buruk dengan gosipnya. Misalnya saja kamu akan menemukan kalimat, 'gw bukan bermaksud ngomongin orang loh! Cuma gw rasa ada baiknya loe tahu deh', atau, 'gw gak bermaksud buruk, tapi kenyataannya mau gimana lagi'. Dan masih banyak versi lainnya.

Nah tentunya kamu bertanya-tanya dong, kenapa sih Yuda ngomongin gosip siang-siang gini? (kalo iya, itu artinya kamu memakan umpan saya).

Sebenarnya alasannya karena belakangan ini saya lagi sering bertemu dengan gosiper-gosiper. Bukannya apa-apa, hanya saja gosip itu tidak baik nak, setidaknya cara bersosialisasi yang buruk. Memang menyenangkan mendengarkan cerita mengenai orang lain, apapun itu, baik yang buruk maupun yang baik (jarang orang bergosip mengenai yang baik) asal bukan berkisah mengenai kejelekan kita. Sayangnya kejahatan kita adalah otak kita yang terlalu pintar. Sering kali gosip menjadi berita yang buruk karena masing-masing gosiper menambahkan bumbu-bumbu racikan pribadinya sendiri, akhirnya kisah asli sangat jauh berbeda dengan kisah yang beredar. Contoh: bisa tuh, dari baca blog: 'Yuda koleksi video Miyabi', menjadi 'Yuda tidur sama Miyabi'.

Salah-satu gosiper dalam minggu ini adalah adik saya, Richard. Walaupun tampang ganteng, otak cemerlang, tapi sayang kelakuan setali-tiga-uang dengan inang-inang batak yang suka gosip. Kalo teman-temannya sibuk seharian di perpus mengerjakan skripsi, dia seharian di perpus sibuk ngumpulin bahan gosip. Saya bukannya mau ngomongin adik sendiri, cuma saya rasa kamu perlu tahu demi kebaikanmu sendiri. Ya, itu aja sih sebenarnya tujuan posting ini. Ya sudah, salam gosip ya.



Ps. Kalo kamu penasaran dengan apa yang Richard gosipakn ke saya, berarti SELAMAT! Itu tandanya kamu termasuk satu dari sekian banyak gosiper!!

Eat & Eat

Jumat kemarin, sepulang dari jemput ayah saya di CGK, kami mampir ke MKG. Bagi yang tidak tahu, MKG itu Mall Kelapa Gading - karena percaya atau tidak, ada teman saya yang tidak tahu singkatan dari MKG. Niat kami sebelumnya hanya untuk menjemput adik perempuan saya. Seharusnya dia di RS Husada, dan memang sebelumnya dia dari sana. Hanya saja dia , walaupun dia tidak puasa, dia ngabuburit bareng teman-temannya.

Setiba di MKG, kami langsung menuju food court, hanya saja acara adik saya belum selesai. Akhirnya saya dan papaku berencana menunggu sambil makan. Setelah keliling punya keliling, ada satu stand yang mencuri perhatianku. Awalnya aku pikir itu hanya dekorasi stand bersangkutan yang kebetulan menjual mie dan kopi tubruk. Di dekorasi seperti china town kota lama.

Ini dia kedai yg bikin gw penasaran

Namun setelah mendekat, ternyata tidak hanya stand tersebut, tapi juga satu area food court yang tematis. Nama Areanya Eat & Eat. Di sini dijual beraneka ragam makanan, dari chines food, sampai nusantara food.Sebut saja bebek goreng, nasi lemak, lomie, lontong cap gomeh, ayam bakar sampai gado-gado.



Setelah berkeliling, akhirnya saya memutuskan memesan gado-gado plus ayam bakar. Ow iya, di sini tidak menerima uang cash. Kamu perlu mengambil kartu yang sebelumnya akan di isi sesuai dengan voucher yang kamu beli. Saya rasa dengan mengisi IDR60.000 sudah cukup untuk makan berdua - kasihan bangat sih gw, orang lain makan berdua bersama pacarnya, saya makan berdua bersama bokap. Kisaran harga di sini dari IDR15.000 - 50.000. Untuk rasa lumayan, tidak terlalu mahal, tapi tidak juga murah.

Gado-gado + ayam bakar wijen = enak tenan!

Ornamen yang disertakan sebagai interiornya juga gak kalah serunya. Kandang ayam, cobek batu, teko, bahkan alat penggiling dan lukisan anggota keluarga.



Gw gak tau deh, ini beneren foto yang punya kedai atau nemu di pasar loak
Suasana di depan 'gerbang' Eat&Eat

Memang gak salah kalo Kelapa Gading berambisi menjadi pusat kuliner Jakarta, dan kalo kamu kebetulan berada di Kelapa Gading, tidak ada salahnya untuk mampir. Tempatnya di lantai teratas MKG III. Selamat berwisata kuliner.

Awas Copet Bung!!

Tadi pagi, saya sempat menyimak Kabar Pagi, kalo gak salah di Trans7, kalo salah tolong dikoreksi. Investigasinya mengenai pencopet/pengutil, khususnya HP. Memang gak nyambung sih, saat semua stasiun beramai-ramai menyiarkan daging rekon dan ivestigasi musiman produk makanan kadarluarsa oleh depkes plus badan terkait lain, Kabar Pagi malah membahas HP hilang.

Dalam Kabar Pagi, dituturkan modus baru pencopet saat beraksi. Kalo dulu (sekarang juga masih) mereka beroperasi di transportasi masa, sekarang mereka memperluas sayap mereka ke public area (tempat makan, cafe, tempat bilyard, dll).

Kebanyakan orang, termasuk saya, saat berada di public area, sering meletakan HP dan atau dompet di atas meja. Alasannya sederhana, karena dompet dan HP akan mengganggu duduk bila disimpan di saku. Sering kali karena kita keasikan ngbrol, keasikan makan, keasikan memperhatikan mahluk halus, keasikan ngorong (baca:ngupil); kita lengah akan keberadaan barang-barang kita. Bisa juga kelengahan kita dikondisikan.

Kok bisa dikondisikan? Bisa dong. Seperti yang dituturkan oleh Kabar Pagi, biasanya pencopet datang ke dekat target, kemudian mereka berusaha mengalihakn perhatian sang target. Cara yang paling umum, mereka sok ribut dengan temannya. Saat perhatianmu teralihkan, temannya yang lain mengambil HPmu.

Di mana pun tempatnya, para pencopet itu sangat jarang sekali beraksi seorang diri, minimal mereka bertiga, malah ada yang sampai 15 orang. Pembagian tugas mereka, ada yang mengalihkan perhatian dan ada yang mengeksekusi.

Sebelumnya saya ingin bertanya ke pada mu (biar dibilang blog interaktif), seberapa banyak dari kalian yang pernah kecopetan HP? Perampokan berkedok penculikan tidak termasuk - karena saya tahu pasti salah-satu pembaca setia blog saya pernah diculik ;)

Tenang, kamu gak usah malu kalo ternyata dalam satu masa di hidupmu, kamu pernah merasa bego, bodoh, ceroboh, dan yang paling malang di dunia, sewaktu HPmu raib dicopet. Karena penulis blog ini, yang merasa dirinya cerdas, jenius, dan ganteng, pernah mengalaminya dalam satu masa di hidupnya; kecopetan HP.

Mungkin karena waktu itu saya masih 'hijau' - berhubung kulit saya hitam, jadi tepatnya 'hijau gelap' (emang ada ya??). Saya masih ingat pristiwa malang yang menimpa HP saya, seolah kejadian tersebut baru saja terjadi. Waktu itu saya masih berdomisili di Bogor, dan kendaraan yang saya gunakan untuk mencapai kampus saya adalah KRL Bogor-Kota. Kala itu juga saya baru masuk kuliah, dengan kepala pelontos, hati polos dan otak oplos, sehingga ide brilian (saat itu) untuk menunggu kereta menuju Bogor, adalah main reverse di HP. Heh? Gak tahu ya kalo di HP dulu bisa main reverse? Tahunya cuma snake sih. Makanya pake Siemens-M35-seharga-1,6jt-tapi-raib-dicopet!

Tapi yang mahasiswa baru ini tidak tahu adalah bahwa di stasiun sudah menunggu banyak pencopet yang menanti orang-orang pelontos, polos dengan otak oplos. Dan benar saja, HP saya di copet oleh tiga orang pencopet, dan saya baru menyadari setelah kereta mulai melaju kencang, jadi tidak mungkin melompat turun untuk mengejar para pencopet.

Sempat sih terpikir untuk lompat dari kereta seperti film Die Hard 2, hanya saja selain DH 2 itu lompat dari kokpit pesawat (bukan dari kereta.red), juga karena antara film dan kejadian nyata ada perbedaan yang cukup besar, yaitu tidak ada stuntman di kejadian nyata.

Akhirnya malamnya saya habiskan dengan menyesali betapa bego, bodoh, ceroboh dan malangnya hidup ini.

Tapi setidaknya saya membuktikan bahwa orang belajar dari pengalaman, dan saya beruntung karena sampai sekarang nyaris hanya sekali itu saya dicopet. Kenapa nyaris? Karena beberapa tahun sesudahnya, saya pernah hampir dicopet. Maksudnya HP saya.

Kejadiannya sewaktu saya ke Bogor (waktu itu sudah berdomisili di Jakarta.red). Dengan berkacak pinggang saya berjalan di Surya Kencana menunggu angkot menuju terminal. HP berjuntai di pinggang, seolah berkata, ini HP gw, silahkan ambil kalo berani. Pucuk ditunggu ulam pun tiba; HP digantung, copet pun tiba.

Saya sudah menyadari kalo saya sedang dibuntuti oleh beberapa orang. Saya tahu pasti dibuntuti, karena saya sengaja melwatkan angkot yang ingin saya naik, dan mereka juga gak naik, padahal kosong. Tapi begitu saya berhentikan angkot ke tiga, yang lumayan ramai, mereka maksa naik.

Dalam hati, hoho gw pengen lihat copet sekarang sudah lebih pinter gak dari dulu (Jangan ditiru).

Akhirnya aksi pun dilancarkan, orang yang duduk di depan saya sengaja menjatuhkan uang receh. Awalnya perhatian saya tidak tergoyahkan, tapi begitu dia menepok kaki saya seolah mau mengambil koin di bawa kaki saya (padahal gak ada), membuat saya penasaran untuk menunduk ke bawa dan, DAMN! HP gw sudah raib dari kantong!

Gila nih copet, cepet bangat tangannya! Salut deh. Loh, kok malah kagum??

Tapi yang para pencopet itu gak tahu, kepala saya sudah gak plontos, otak sudah gak kosong. Tampang? Masih polos dong! Hehe.

Setelah sampai di tujuan, saya pun turun dan berbalik ke arah para pencopet, 'HE LOE SEMUA! BALIKIN HP GW ATAU GW TERIAK: BAKAR COPET?!'

Mungkin mereka gak menyangka kejadiannya bakalan demikian, sehingga pada glagapan, apa lagi yang muda. Awalnya mereka masih protes, malah ada yang bilang, 'buat apa saya ambil HP kamu?? Saya juga punya HP kok!'

'IYA, TAPI HP MURAH!' (hohoho boleh sombong, kalo sama penjahat).

Akhirnya pencopet yang duduk di sebelah saya, sok-sok nyari di bawa bangku, 'ini nih HPnya jatuh'.

'PAKE SOK-SOK JATUH LAGI! MAKANYA SEKOLAH! LULUSAN SMP AJA MAU NGERJAIN ANAK KULIAH!' (yang ini juga jangan ditiru guys).

Mungkin mereka keki berat kali ya, yang awalnya mereka sudah seneng-seneng bakalan dapat HP gratis dan bagus, Nikoa Nokia 6630, eh rejeki haram tinggal di ujung mulut malah hilang. Udah gitu pake dikata-katain pula. Sehingga tanpa saya duga satu tangan melayang ke arah kepala saya: BANG!! Gw menjerit: HUGF!! Penumpang tarik nafas: GUFF!!! Mahluk ijo: HUULK!!!

'Loe jangan main nuduh sembarangan!!'

Ugh gw pengennya balas nonjok, tapi mereka bertiga, kalah kuat. Pengen teriak, cuma kalo beneren mati dibakar kan repot. Akhirnya dengan kepala bonyok saya kembali ke Jakarta dengan hati dongkol. Mungkin ini getahnya karena ngata-ngatain pencopet. Gitu-gitu pencopet juga manusia Yud.

Ok, dari pengalaman tersebut dan juga hasil pergaulan bebas dengan para pencopet, saya mau berbagi tips dan trik menghindari kecopetan HP atau domet, atau perhiasan, atau malah mungkin hati.
  • Jangan men-display barang berhargamu di tempat umum. Ok, saya tahu, buat apa beli iPhone 3G atau Blackberry Bold kalo bukan untuk dipamerkan, tapi pamerkan barang anda ke orang yang tepat, seperti saingan bisnis, rekan kerja yang nyebelin, tetangga yang suka pamer, atau gebetan dari kantor sebelah. Tapi jangan ke pencopet
  • Selama barang berhargamu di-display, jangan pernah lepas dari perhatian. Tips dari saya, saat kamu ingin mengalihakn perhatian karena satu hal, atau suasana sedang ramai, jaga kontak fisik dengan barang display mu. Lakukan dengan wajar, sehingga lawan bicaramu tidak merasa tersinggung.
  • Jangan mudah teralihakn dengan keributan kecil, apa lagi keributan yang tidak sewajarnya; cowo muntah di kendaraan umum, uang receh yang jatuh padahal bayar gak pake receh, bertengkar mulut di depan umum tanpa sungkan dsb.
  • Simpan barang-barang berhargamu di tas. Jika tidak memungkinkan, letakan di saku baju, atau saku celana yang keset, seperti celana jins. Kalo gak punya saku, atau kebetulan tidak menggunakan baju dan celana, kamu dapat menggenggamnya saja.
  • Hindari duduk di bagian belakang kendaraan umum (khususnya Metromini 91). Karena biasanya para pencopet beraksi di belakang.
  • Selalu perhatikan dengan seksama barang-barangmu saat naik maupun turun dari kendaraan, karena di waktu ini juga biasanya pencopet melancarkan aksinya.
  • Sedapat mungkin tidak usah mengeluarkan HP di kendaraan umum.
  • Jangan pernah merasa pintar, karena sepintar-pintarnya otakmu, kamu berhadapan dengan banyak otak.

Ok segini dulu, kalo ingat tips dan trik baru, saya up date lagi. Bagi yang memiliki pengalaman dicopet, atau malah mencopet, boleh ikutan berbagi tips dan opininya dong.

Advertising Kentang!

Sebelum saya memulai posting lebih jauh, ijinkan saya terlebihdahulu menegaskan bahwa,

Pertama, thread ini sama sekali tidak berisi iklan (dalam bentuk apapun juga) mengenai sayur-sayuran, apa lagi mengenai kentang. Kata kentang di sini saya gunakan untuk memaki. Jadi kalau kamu biasa memaki dengan kata setan, maka kamu bisa menggantinya dengan Advertising Setan!, atau kalo kamu memaki menggunakan kata bencong, kamu bisa menggantinya dengan Advertising Bencong! Tapi jangan gunakan kata Kondom. Setidaknya jangan di blog ini, pokoknya jangan, ok.

Kedua, judul posting ini tidak original milik saya. Salah-satu blogger yang cukup saya sukai tulisannya sudah lebih awal menggunakan judul dengan tema serupa. Kamu bisa lihat posting originalnya di sini.

Kalo bukan berisi iklan sayur-sayuran, lantas apa tujuan posting ini?

Tujuan posting ini untuk mengakomodirkan hasrat saya untuk memaki. Memaki apa? Memaki Advertising yang selama ini dengan semena-mena melakukan kebohongan publik, sekurang-kurangnya terhadap diri saya. Tentunya kamu setuju dengan saya, bahwa tidaka ada orang yang suka dibohongi, termasuk kita - kamu dan saya. Betul kan? Terlebih dibohongi oleh kamu, saya lebih jengkel lagi kalo dibohongi oleh kaum kapitalis (baca: produsen).

Mungkin sewaktu kecil, bukan saya seorang yang berpikir bahwa di dalam indomie goreng instan terdapat telur mata sapi dan udang kalo di masak. Ow, dan juga kacang polong. Entah karena saya yang terlalu polos atau sebenarnya semua orang, kecuali saya, sudah tahu kalo gambar pada bungkus indomie hanya boongan.

Pernah lihat iklan Big Mac-nya McD? Mungkin kamu sudah tahu, tapi bagi yang belum tahu, saya kasih tahu bahwa Big Mac yang ada di gerai McD tidak akan sebesar di iklan. Percaya lah. Tidak hanya Bigmac, tapi hampir semua iklan makanan di TV pasti terlihat lebih besar, lebih banyak, lebih menarik, dan terlihat begitu bahagia bila memakannya.

Tidak hanya di TV, demikian juga kalau kamu lihat foto makanan yang biasa dipajang di dinding restoran, atau di daftar menu. Yang paling kurang ajar, menurut saya, adalah Chowking. Hampir 90% foto yang dipajang, di manapaun di sudut Chowking, itu semua fake abiss! Ok, mungkin gak bisa dibilang 'berbeda bangat' sih, tapi kamu akan merasa tertipu sekali jika sudah melihat makanannya, khususnya jika kamu hanya mengandalkan gambar dalam memilih.

Kentang nya lagi, sepertinya ini sudah menjadi budaya dari advertising itu sendiri. 'Kalo iklan gak boong itu bukan iklan yang bagus', kira-kira demikian selogan para pembuat iklan. Satu dari sekian iklan yang sedikit membuat dahi kita berkerut - atau malah muntah; Iklan Gudang Garam PT Djarum bertema Bulan Puasa. Kalo kamu terlalu sibuk sampai-sampai tidak melihat ikaln tersebut, maka saya akan menceritakannya untuk kamu. Seting iklan tersebut berlatar kemacetan lalulintas menjelang berbuka puasa. Ada reporter cewe yang sedang menyiarkan kemacetan tersebut, dan ada bapak polisi terhormat yang sedang mencoba mengatur lalu-lintas. Eh, kamu tahu? Good, good, doog.

WHAT?? BUKAN! ITU IKLAN POP ICE!!

Ok, ok, sebaiknya saya lanjutkan lagi ceritanya. Ditengah kekacauan tersebut, ada motor yang menerobos antrian (seperti umum kita lihat di jalanan) dan nyerempet pak polisi. Pak polisi melotot (umum juga kita lihat) dan ya oloh!! Apa yang terjadi kemudian?? Tiba-tiba itu polisi tersenyum legowo menerima kejadian tersebut (sangat tidak umum kita lihat)!

Maksud Gudang Garam PT Djarum sih baik, dia ingin bilang di bulan Rhamadan ini kita perlu lebih bersabar, tapi iklan tersebut benar-benar menjerumuskan! Coba bayangkan kalo ada anak kecil yang begitu polos (seperti saya sewaktu melihat bungkus indomie goreng.red) melihat iklan tersebut, dan menganggap polisi itu baik dan boleh diserempet. Tapi begitu dia (tentunya setelah cukup umur untuk membawa motor) harap-harap cemas menerobos lampu merah dan nyerepet pak polisi yang terhormat, apa yang dia dapatkan? Memang senyum legowo pak polisi, tapi setelah di bogem mentah plus uang tilang yang menguras kantong!

Sori, saya koreksi, bukan iklan Gudang Garam, tapi PT Djarum.

Coba tolong dong, bagian orang-orang yang bekerja di advertising, jangan membuat perut kami harus mengalami mual yang tidak perlu. Memang tujuan advertising itu untuk mengkampanyekan citra yang baik kepada masyarakat, tapi bukan berarti harus membohongi publik dan atau konsumen. Terlebih lagi kalo hal tersebut gak masuk akal.

Advertising Kentang tidak hanya sebatas iklan beraroma ngibul, tapi juga pada iklan yang tidak tepat sasaran. Kalo yang ini saya lebih suka mengambil contoh netbook. Apa itu netbook? Bukan, yang saya bicarakan netbook. Notebook dan netbook berbeda. Netbook adalah Asus EEE PC. Yup, pengetahuna saya hanya sebatas netbook itu Asus EEE PC dan model sejenisnya. Kalo kamu ingin lebih pintar dari saya, kamu bisa cek di sini.

Pad awal kehadiran Asus EEE PC ini, di katakan oleh pihak Asus sendiri bahwa EEE PC ditujukan untuk market user anak kecil dan yang baru dalam dunia komputasi. Sehingga karena alasan tersebut spesifikasi dalam EEE PC terbatas, dan mediumnya kecil - tidak lebih dari 8" panjang diagonal. Tapi apa yang terjadi? Pada kenyataannya, justru pengguna eee PC adalah bokap dari si anak kecil atau suami dari istri yang baru dalam komputasi. Itu seperti orang tua yang mencuri mainan anaknya! Dan tentunya suami yang tidak ingin istrinya pintar, sehingga tidak akan pernah bisa mengecek email dari teman-teman kantornya. Coba simak gambar di bawa ini,


ini lah iklan eee PC sewaktu pertama kali hadir

dan ini model iklan eee PC saat ini:
Kira-kira begini pesan iklannya: Beli lah Asus eee PC, maka kamu akan mendapatkan kenyamanan dan kehangatan seperti yang aku dapatkan xoxoxo



See?? Kentang gak tuh! Saya tidak tahu mana lebih dulu, bokap-bokap yang membeli eee PC dan iklan tsb muncul, atau bokap-bokap membeli eee PC karena lihat iklan tsb muncul. Tapi saya percaya yang kedua. Dan sungguh Advertising Kentang (baca: iklan tidak tepat sasaran) karena gw juga pengen beli!


Ps. Tentunya bukan karena saya new user dalam komputasi.

Tragedi Lift Barang

Sebelumnya saya sempat heran, kenapa setiap kali bertemu dengan Benny dan ci Onik, mereka selau bertanya mengenai apartemen baru saya. Awalnya saya pikir biasa-biasa aja, ternyata kecurigaan saya mendapat jawabnya. Seperti yang selama ini saya duga, mereka menyimpan sebuah rahasia mengenai apartemen Mediterania. Saat mereka bertanya, 'bagaimana apartemen barunya?', sebenarnya yang mereka tanyakan, 'masih selamatkah tinggal di apartemen sana?'.

Seharusnya saya sudah curiga lebih awal, karena dari pengakuan Benny, dia sempat mau ambil kamar di apartemen ini, namun dibatalkan. Mungkin dia juga pernah mengalami kejadian serupa dengan saya.

Kejadian yang hampir merenggut nyawa dan kehormatan saya terjadi beberapa waktu lalu. Kenapa kehormatan juga? Karena gak lucu kalo Yuda mati kegencet lift.

Memang beberapa kali sering terjadi pintu lift yang macet, atau tidak mau tertutup. Bukan, bukan karena tombol open-nya masih ditahan, tapi memang tidak mau tertutup; sudah tertutup eh terbuka lagi, persis seperti pintu lift yang buka-tutup di film-film horor itu loh, khususnya film Indonesia. Sudah beberapa kali dikeluhkan oleh penghuni yang lain, sehingga saya pikir sudah ada perbaikan dalam hal tersebut.

Malam itu, saya dan Richard hendak turun. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya datang juga lift yang dipanggil. Kebetulan lift yang terbuka pintunya adalah lift barang. Tanpa firasat buruk dan curiga kami naik dengan hati bersih dan tulus iklas. Saat bernyanyi-nyanyi kecil, tiba-tiba lift berguncang, disertai lampu mati dan lift berhenti! Gosh! Kejadiannya sama seperti kamu naik mobil dan tiba-tiba mobil mogok mendadak. Bedanya kalo mobil arahnya dari belakang ke depan, kalo lift dari atas ke bawa; kalo mobil jarak kebawa 30cm, kalo lift 30 meter.

Saya berusaha bersikap tenang, sedangkan Richard sudah panik. Dia menekan interkom meminta pertolongan. Saya berdoa minta ampun sebelum mati.

'Ada yang bisa kami bantu?' Geblek nih orang, memang ada ya orang pencet interkom di lift, tidak butuh bantuan??

'Pak, kami terkurung di lift! Liftnya tiba-tiba mati!!'

'Liftnya ada di lantai berapa?'

'gak tau pak. Di display blank!'

'Ok bu, harap tenang ya, kami segera ke sana'

'Ibu??' Sekarang saya yakin, suara kami terdengar seperti jeritan perempuan.

Lampu kembali menyala, namun tidak ada sirkulasi udara, alias ACnya mati. Perlahan namun pasti kami lemas kehabisa udara. Hm sebenarnya sampai sekarang saya kurang yakin, kami lemes karena kehabisan oksigen atau karena kentutnya Richard.

Lima menit kemudian lift mulai bergoyang, dan tiba-tiba bergerak turun. Ok, mungkin kalo turunnya wajar sih gak masalah, ini turun seperti lepas dari kabel!

"KAK, NGAPAIN TIARAP DI LANTAI??!!!!"

Ok, mungkin kalian belum tahu, cuma saya memiliki ketidaknyamanan berada di tempat tinggi - itu kalo tidak mau dibilang hyperbola hyperphobia. Makanya kalo naik pesawat, saya lebih memilih untuk duduk di gang dari pada di jendela, dan beberapa saat sebelum take off atau landing, saya sudah tertidur. Belakangan juga saya baru tahu duduk di kursi belakang juga buruk buat saya.

Pengalaman pertama dan terakhir duduk dikursi belakang, saya menjerit (dan mungkin suaranya seperti anak perempuan juga) saat take off. Beruntung setelahnya pramugari yang cantik menawarkan untuk pindah duduk di tengah, tentunya dengan disertai senyum penuh makna.

Kembali ke lift. Setelah beberapa saat lift bergerak turun dengan sedikit tidak stabil, akhirnya pintu terbuka. Awalnya kami tidak tahu di lantai mana tepatnya lift terbuka, karena di display masih blank. Yang saya tahu orang yang menunggu lift terkejut melihat kami keringatan dan ekspresi muka kami yang seperti habis disantet.

Tapi betapa leganya begitu saya keluar dari lift dan menginjakan kaki ke permukaan bumi. Dan kalo bukan karena kamar saya di lantai 18, saya pasti sudah menggunakan lift saat kembali ke kamar.

Eniwei sejak kemarin saluran air di WC saya tersumbat, sehingga membuat WC tergenang sehabis mandi. Mungkin takdir saya tidak mati di lift, tapi mati tergenang di WC saat mandi.



Disclaimer. Bagi yang berpikir bahwa Benny dan ci Onik benar-benar menyimpan rahasia mengenai apartemen ini, berarti kamu belum mengerti humor saya.

Akhirnya Joe nge-Gym

Akhirnya saya menyerah. Setelah sekian lama bertahan dengan parkour sport, akhirnya saya memutuskan untuk masuk gym. Bukan apa-apa, soalnya di Mediterania tercinta ini diskriminasi terhadap paru-paru lingkungan sangat kentara. Bayangkan dari delapan menara yang sudah jadi, dengan memakan wilayah ratusan meter, bahkan ribuan, tamannya tidak sampai 30X30 meter, itu pun sebenarnya taman bermain yang diperuntukan bagi play group. Kentang.

Mau tidak mau saya lari di area lahan parkir, ditemani mobil yang keluar dari parkiran. Bukan saya yang sehat, tapi lingkungan yang jadi bersih, karena paru-paru saya buat saringan carbon.

Beberapa waktu lalu saya mendaftarkan diri di Clark Hatch gym, tempat fitness di apartemen saya, dan saya baru tahu keanggotaan saya bersifat paspor. Artinya saya bisa ngegym di Clark Hatch manapun, di kota manapun. Dan bagi penghuni mendapatkan special price. Cool! Makin cinta deh gw sama apartemen gw.

Hari ini adalah hari pertama saya nge-gym. Hati saya sudah berdebar-debar saat melangkah menuju gym. Kalo kamu pikir karena saya exciting, kamu keliru. Saya punya trauma ke tempat fitness. Pernah satu waktu dalam kehidupan yang kelam - mungkin bisa di bilang aib, saya digoda oleh om om genit sewaktu menemani teman ke gym. Memang saya suka ketawa najong, tapi gw masih cowok tulen ok!

Kali ini saya berhara, dan sangat berharap, kejadian itu jangan sampai berulang.

Sewaktu menginjakan kaki ke Clark Hatch gym, anjrit, rame bangat! Saya sudah berniat kembali ke luar kalau bukan karena ditahan sama petugasnya. 'Kok baru masuk sudah mau keluar sih mas?'

Sambil cengengesan najong (mungkin karena ini dulu gw digodain om om genit kali ya), 'enggak mba, lagi pemanasan', ujar saya sambil memutar-mutar badan. Akhirnya setelah mengisi absen (udah kek kuliah aja nih) dan mengambil kunci loker, saya berlalu ke ruang ganti.

Setelah berganti pakaian saya menuju instruktur saya. 'Kita mulai dari mana nih mas?', niat saya sih sok akrab, cuma instrukturnya nanggapin dengan cool - atau tepatnya sok cool. Beberapa menit kemudian, gw udah kek domba mau dikurban! Lingkar perut diukur, dada diukur, pinggang, terus... PAHA dan PANTAT GW DIPEGANG-PEGANG?!! Ok mas, bagian yang itu biar saya saja yang ngukur, ok. Setelah dia rasa cukup, perut dan lengan saya dijepit dengan alat khusus. Katanya sih buat ngukur lemak di badan, cuma saya curiga itu alat yang biasa dipakai buat gantung ayam atau bebek di rumah makan Penang.

Setelah mengisi data-data yang gak jelas itu, saya disuruh treadmill. '15 menit dulu ya, kalo gak sanggup tekan tombol stop'.

Beugh, jangankan 15 menit, sejam aja gw sanggup kalee, batin saya.

Selagi saya baru mulai berjalan, saya baru sadar disamping saya ada 'beruang' lari dengan biadabnya. Langkahnya panjang-panjang, sampai-sampai treadmill-nya goyang-goyang gitu. Saya sempat curi-curi pandang kearahnya. Ajegile tuh otot gede bangat. Keknya kalo gw dibekep langsung mati. Bukan, bukan karena remuk, tapi karena bengek nyium bau badannya.

Setelah 15 menit berlalu, saya menyelesaikan 4 lap dengan jumlah kalori yang terbakar 76. Saya gak tahu itu hebat atau tidak, karena instruktur saya sudah raib entah ke mana. Dan gym sudah seperti pasar malam, rame bangat!

Akhirnya 30menit kemudia saya habiskan dengan bengong ke sana ke mari ngeliatin orang fitness.

'Bagaimana fitness-nya kak?'

'ehm... bagus'

'Wah lengannya udah keliahatan gede nih. Perutnya jg sudah kecil. Mantab deh. Tadi memang ngapain aja?'

'Errr.... berdiri ngeliatin orang fitness'

Selamat Menempuh Hidup Baru

Belakangan ini saya lagi seneng dengerin lagunya Project Pop yang baru, judulnya Bukan Superstar. Sebenarnya dari sekian banyak lagu yang saya dengerin, PP ini salah-satu kelompok parodi yg entah albumnya, atau single-nya saya tunggu. Tema lagu mereka tuh gokil, tapi pesannya dapet bangat, dan untuk lagu ini, pesannya dalam.

Sebenarnya lagu tersebut sudah menjadi masalah sosial, dan bukan masalah personal lagi. Kenapa cinta harus memandang latar belakang; kekayaan, sosial, bahkan golongan? Kenapa cinta itu gak simpel-simpel aja seperti waktu kita masih kecil. Kita menyukai Doraemon (khususnya kantongnya) tanpa perduli itu benar-benar ada atau tidak. Kita menyukai teman sebangku kita tanpa perduli dia kaya atau miskin. Atau kita tertarik dengan anak tetangga tanpa perduli apakah gendernya berbeda atau tidak dengan kita (loh??).

Mungkin jawabannya karena sekarang kita sudah semakin pintar, sudah semakin banyak yang diketahui. Sama seperti Adam dan Hawa yang makan buah pengetahuan, dan akhirnya mereka bertambah pintar untuk tahu mereka telanjang.

Tapi satu yang disayangnkan dari lagu Project Pop, kenapa mereka yang nyanyi? Bagaimanapun kan mereka juga superstar?? Itu namanya Superstar teriak-teriak "aku bukan superstar! Aku bukan superstar!!".

Masih seputar cinta, Sabtu kemarin sahabat saya melangsungkan pernikahannya dengan mantan pacarnya. Kalo tidak salah sih mereka berpacaran setahun lebih. Setahun bisa jadi cepat bisa juga lama. Sebenarnya buat saya sendiri sih tidak ada patokan khusus berapa lama harus pacaran. Kalo dulu, sewaktu masih bego (baca anak kecil), inginnya pacaran 7 tahun sebelum menikah.

Mungkin karena masih bego itu kali ya, jadi pikirnya masih punya banyak waktu. Kalo sekarang, ajegile aja ngabisin tujuh tahun buat pacaran. Eh putus pula. Yud, loe curhat ya?

Pernikahan sahabat saya ini sederhana saja, dan karena dia menikah di Bogor, jadi saya hanya bisa menghadiri pemberkatannya saja di Kathedral Bunda Mulia, dikarenakan malamnya saya kembali ke Jakarta.

Dibandingkan datang ke pemberkatan, saya lebih sering datang ke resepsi pernikahan. Jelas karena di pemberkatan gak ada prasmanan kawan. Ok, bukan itu alasannya, melainkan karena mungkin pemberkatan itu lebih personal, jadi biasanya orang yang hadir adalah orang-orang yang terlibat secara emosi dalam waktu yang lama dengan salah-satu mempelainya (baca teman dekat atau sodara).

Pernah datang ke pemberkatan nikah?

Menurutku itu liturgi paling syahdu yang pernah ada di gereja. Masih menurutku yang sotoy ini, pernikahan itu mujizat terbesar. Gak percaya? Coba kamu bercermin deh, dan lihat betapa sempurnanya keberadaanmu. Kalo belum puas coba kamu tengok keluar jendela. Kalo pernikahan itu tidak ada, mungkin dunia sampai sekarang hanya dihuni oleh satu manusia, yaitu Adam.

Hal yang paling seru lagi di pemberkatan nikah, saat janji nikah diucapkan. Huhuhu pengen nangis kalo dengar ada yang berjanji nikah. Loh, kok jadi sayang nangis ya??

Ok, sebelum saya semakin lebay di posting ini, kita sudahi sampai di sini saja. Selamat menempuh hidup baru Yohanes Filipus Ferry Armand dan Nungky Fionita Kaley. Biar berkat Allah dan cinta kasih yang mesrah dari Yesus Kristus menyertai sepanjang hidup kalian. Amin.

Saat Joe Ngomong Cinta

Beberapa teman sering bertanya, sudah punya pacar belum? Atau yang sudah cukup lama mengenal saya sering bertanya, kok belum punya pacar juga? Bukan, bukan karena mereka keheran cowo sedahsyat saya belum dapat cewek, melainkan karena mereka sudah capek direpotkan setiap malam minggu diganggu oleh saya. Sebenarnya, ops maaf, maksudnya, saya masih waras untuk menyukai lawan jenis - setidaknya sampai saat ini hehe. Hanya saja ada beberapa pengalaman dilapangan yang bikin errr illfill.

Di sore yang indah, tanpa feeling buruk, saat turun ke lantai G, saya ditemani adik saya, tukang aqua galon, tukang antar makanan, satpam dan sepasang kekasih di dalam lift. Kebetulan saya masuk terakhir, sehingga berdiri paling depan. Di dalam keheningan menunggu lantai demi lantai, terjadi percakapan diantara sepasang kekasih tersebut;

pasangan cewek: kemarin Sabtu kamu ke mana?
pasangan cowok: ada di apartemen kok. Gak ke mana-mana
PCE: masa? kok aku telpon gak diangkat sih?
PCO: ada kok. Cuma mungkin lagi sama temen-temen jadi gak kedengeren
PCE: bener? Kamu bukannya jalan sama cewe lain?
PCO: gak. Aku sama temen-temen
gw: *nengkok kebelakang*
PCE: kamu ngambek ya sama aku jadi gak mau angkat telponku?
PCO: masa aku ngambek sama kamu yang.
PCE: ah kamu suka gitu deh...
gw: ............................ *garuk-garuk pintu lift*

Gak kebayang kalau musibah tersebut menimpa saya. Kebayang gak sih saya pacaran sama Sandra Dewi (gak kebayang Yud kalo loe pacaran sama Sandra Dewi) dan percakapannya begini:

Sandra Dewi: yang, kamu kok gak angkat telponku sih kemarin?? Ngambek ya sama aku?
saya: errr....
SD: aku memang bikin salah apa? Atau jangan-jangan kamu selingkuh ya? Ih kamu sekarang sudah gak perhatian lagi sama aku ikh.... sebel... sebel... sebel...
saya: *terkapar tewas dengan mulut berbusa*

Bukan hanya hal ini yang masih membuat saya bertahan ngejomblo, ada hal lain lagi, dan mungkin yang terpenting. Kendala lain adalah, errr... dari sepuluh cewek yang saya tembak, lima nolak. Sisanya? Sebelum saya sempat nembak, keburu di peringatkan teman-temannya yang sudah saya tembak terlebih dahulu. Namun herannya, kok masih ada saja teman-teman yang minta pendapat saya untuk nembak cewe. Contohnya orang di gereja.

'Yud, loe percaya gak sama cinta pada pandangan pertama?'

'Gak'

'Gw sekarang lagi ngalamin apa yang dimaksud dengan cinta itu. Gw baru sekali lihat dan langsung jatuh cinta. Gimana ya cara nembaknya? Gw grogi bangat kalo harus nembak langsung.'

'Ya loe ajak makan dulu lah, ngbrol, kenalan. Nanti dari sana kan bisa ketahuan dari bahasa tubuh tuh cewek, dia ada hati gak sama loe. Kalo ada hati loe tembak, kalo enggak, loe tinggal', ujar saya dengan enteng.

'Ow gitu ya.... Kalo sms aja bisa?'

'buset, cemen bener!' Tiba-tiba wajahnya sendu bangat, seperti dibilang nenekmu mati. Saya jadi ingat berita sehar sebelumnya kalo ada orang panjat BTS untuk lompat bunuh diri karena patah hati. Ajegile kalo sampai teman saya berbuat demikian. Bukan apa-apa, saya khawatir judul beritanya aja, 'Karena Yuda: Hendra Mati Bunuh Diri' Sumpah gak ada yang segamblang itu!

'Loe tetap bisa kok nembak cewe dengan sms, asal kata-katanya kena bangat', saya berusaha menenangkan dia.

'Ow ya??' Hendra menatap saya dengan wajah bersinar, seperti melihat harapan baru. Padahal dia tidak tahu, arapan tersebut sebearnya jebakan. Akhirnya saya menuliskan pesan sms yang seharusnya tidak dikirim ke pasangan manapun. Karena seingat saya, pernah saya menuliskan surat cinta buat Richard untuk cewe gebetannya, dan berakhir dengan tangis histeris si cewe.

'Wah makasih ya Yud! Loe memang malaikat penolong gw!!!'

'Sama-sama deh Hen. Btw siapa sih nama gebetan loe itu?'

'Sandra Dewi Yud. Kemarin gw ketemu di TA'

Saya melotot kaget, hampir keluar biji mata gw. 'Serius loe??? Memang loe punya no HPnya Sandra??'

'Eh bukannya bisa ya sms ke reg Sandra kirim ke 9090?'

'............'

Memang cinta itu gak ada logika, kata Agnes Monica.

Walaupun cinta itu gak ada logika, konyol, dan sering tidak berperasaan, tapi tidak ada jera-jeranya orang mencari cinta. Dan semoga di mana pun, kapan pun dan siapa pun yang kita harapkan untuk menerima cinta kita, pastikan kamu berbahagia dengan cinta.

Kembalinya Bokap ke dalam Mobil

Saya sempat posting mengenai 'lawatan' bokap selama beberapa hari kan di Jakarta, dan bagaimana nasib kami melewati hari-hari tersebut? Nah kali ini bokap datang lagi ke Jakarta, dan ehm errrr.... untuk waktu yang lebih lama. SATU BULAAN!! Tuhan Yesus terima aku di sisimu!

Ok, ok, saya tahu tidak baik ngomongin orang tua, apa lagi membicarakan kejelekannya. Jadi posting kali ini saya berusaha ngomongin hal yang baik dari bokap - semoga. Dari sekian banyak sifat bokap, yang paling tidak ketulungan adalah isengnya. Bahkan saat dia tidur pun, dia bisa iseng loh! Misalnya mengganggu orang rumah dengan dengkurannya, sehingga hanya dia saja yang bisa tidur.

Nah, di hari pertama kedatangan dia, penyakitnya itu kambuh. Ada satu dorongan dari dalam hatinya, mungkin hasrat, mungkin obsesi, atau mungkin juga dorongan hormon orang tua, untuk berbuat iseng. Untuk membuat kejutan. Setelah keluar dari lift, dia ambil ke kiri, dan di pintu kedua dia berhenti. Clingak-clinguk untuk memastikan tidak ada orang yang melihat aksinya. Kemudian dia mengetok pintu, dan tebak apa yang dia lakukan? Ngumpet! Oh ayah, kalo ada temen gw yang lihat, mau ditaro di mana muka gueeee!!!!

Karena bokap tidak melihat adanya reaksi, maka dia mencoba mengetok pintu, dan sembunyi. Lorong kembali hening. Bukan bokap saya kalo cepat putus asa, dia kembali mengetok dengan lebih keras, lebih lama, dan kembali bersembunyi. Ok ok, memang iseng kalo sudah terlalu lama jadi gak lucu, jadi itu juga yang bokap saya rasakan. Karena keisengannya tidak membuahkan korban, maka dia menelpon:

bokap: oi, kalian lagi di mana sih?
saya: lagi di apartemen. Memang kenapa?
bokap: kok dari tadi gue ketok gak di buka?
saya: eh, papa ngetok ya? Sori gak kedengaran hehehe. Memang sekarang papa di mana?
bokap: di depan pintu kamar kalian nih, 28GL. Ayo, cepat buka.
saya: pa.... kamar kita 18GL bukan 28GL!

ternyata selain iseng terhadap anak dan istrinya, bokap juga bisa iseng sama tetangga. Gw gak tau deh kamar siapa tuh yang sudah dinistai sama bokap. Untung bokap gak ditangkap satpam, karena dikira penguntit.

Kejutan lainnya, datang dari kendaraan beroda empat. Sedikit mengenai kendaraan, orangtua kami memiliki fobia terhadap kendaraan beroda dua - motor. Mungkin karena pengalaman motor yang tidak bersahabat dengan nyokap. Perlu diketahui bahwa nyokap kami, sebelum beranak lima, sangat-sangat tomboi. Di sekolahnya dia pernah merobohkan seorang cowo dengan tinggi hampir dua meter dengan sekali pukul. Gw serius! Makanya bukan hal sulit untuk memutuskan leher kami saat kami bandel.

Sayanganya nyokap tidak bernasib sama baiknya dengan tangan dan kakinya saat berurusan dengan benda mekanik. Alhasil saat belajar mengendarai motor, kainya masik ke gerigi roda. Jangan tanyakan bagaimana caranya, karena sampai sekarang saya juga masih bingung caranya.

Karena pengalaman ini lah, sehingga menular ke seluruh anggota rumah, anti sekali dengan yang namanya motor. Tunggu, ini bukan berarti kami langsung punya mobil saat masih kecil. Sewaktu adikku belum sebanyak sekarang, keluargaku menggunakan motor. Bokap juga pernah bayar bensin pake KTP. Ngerti kan maksudnya? Maksudnya kami bukan dari keluarga yang berkelimpahan. Sekarang sudah ngerti?

Tapi sebisa mungkin, motor itu harus jauh-jauh dari keluarga kami. Saya masih ingat sewaktu saya SMP. Kala itu kebanyakan teman saya, khususnya yang cowo, menggunakan sepeda motor. Sepertinya itu sesuatu yang membanggakan dan terlihat maco di mata anak perempuan. Dengan tekat menjadi pria maco itulah saya meminta dibelikan sepeda motor, yang bekas juga tidak masalah deh, yang penting sepeda motor. Titik.

Tidak sampai seminggu mogok makan, saya dibelikan, tidak tanggung-tanggung, sepeda baru! Kamu gak salah baca kok, memang yang dibelikan buat saya itu hanya SEPEDA, bukan sepeda motor. Dari rumah saya ke sekolah saya berjarak 7-8KM, dan bagi seorang bocak SMP, mengayuh sepeda sejauh 7-8km di kala teman-temannya menggunakan motor, itu berat. Percaya lah.

Tidak hanay di situ, nyokap pun akan terika-teriak histeris kalo melihat ada motor parkir di halaman rumah.

nyokap: motor siapa ini?! motor siapa ini?! MOTOR SIAPA INI?!!!!
saya: *buru-buru keluar karena mendengar keributan di luar* itu motor teman ma. Motor teman. Tari nafas bu, hembuska. Tarik lagi, hembuskan.

Kalo orang lain belajar mengemudi dari motor, lalu mobil dan mungkin truk, maka berbeda dengan saya. Di awal SMU teman-teman akan heran kalo saya tidak bisa mengendarai motor, tapi bisa mengendarai mobil. Mungkin bagi roang tua saya, lebih mudah memberikan mobil kepada anaknya dari pada memberikan motor.

Begitu juga saat ini. Sudah sejak setahun lalu proposal permintaan motor saya masukan, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan yang serius mengenai proposal tersebut. Sampai tibalah dua hari yang lalu. Bokap nanya mengenai parkir bulanan di Medit.

'Memang untuk apa pa?' tanya saya penasaran.

'Buat mobil di Jakarta'.

See? Itu lah yang dimaksud minta motor di kasih mobil. Orang lain minta mobil dikasih motor, saya minta motor di kasih mobil. Dunia dunia.

'Ow ya sudah , nanti saya urus. Memang mobilnya apa?'.

'Suzuki Escudo', jawab enteng dari bokap.

'Eh apa? Escudo pa?? Yang bener?! ESCUDOO?!!!!' Selama lima menit saya teriak-teriak histeris. Bagaimana enggak, sudah beberapa bulan ini saya ngidam Escudo yang baru. Ulam di cinta pucuk pun tiba. Eh kebalik deng.

Akhirnya malamnya kunci mobil tiba di kamar. Dengan hati riang gembira, saya jalan sambil melompat-lompat menuju parkiran bersama Richard. Setiba di parkiran, mata belo menyisir mobil satu persatu. Ketemu!! Dengan sepenuh hati saya memeluk dan membelai mobil Escudo metalik itu. Humm memang mobil baru enak bangat baunya, ujar saya dalam hati.

'Ka, bukan itu mobilnya. Tapi Escudo sidekick yang di sebelahnya'

.........................

Oh langit telan gw idup-idup.....

Segini dulu laporan mengenai kedatangan bokap. Sampai ketemu di posting berikutnya, itu juga kalo saya masih bisa bertahan selama sebulan ini.