Hari Ini

Saya sengaja mengosongkan hari ini karena rencananya akan latihan natal bersama artis Purwacaraka, Yosua Mesiano! Sayangnya, dikarenakan kemarin saya seharian ada beberapa meeting, termasuk meeting mengenai persiapan wedding teman saya sampai dini hari, alhasil kami bangun kesiangan. Ow, Yosua nginap di apartemen saya.

Sedikit mengenai Yosua, dia teman saya sejak SMP dan SMU dan sampai sekarang. Dia bekerja di salah-satu hotel bintang enam di bilangan Sudirman sebagai Chef, dan sekarang sedang merintis karir sebagai penyanyi. Jadi bersiaplah Afgan, sebentar lagi loe akan tersingkirkan dari kancah permusikan Indonesia!

Akhirnya setelah memberikan lagu-lagu untuk wedding ke Yosua, kami pun beranjak lunch dan ke Citra Land. Sebelum turun kami sempat menyaksikan kehebohan di MGR I. Banyak wartawan, polisi, dan tentunya lengkap dengan krumunan orang yang kepo.

Belakangan baru saya tahu kalo ternyata terjadi penggrebekan pabrik ekstesi di salah-satu unit MGR I tower B dan polisi menjebak mereka di Take a Break -- cafe langganan saya, dan kemarin meeting sampai dini hari di sana. Crab! Kalo saya kedapatan di sana tadi siang, sudah pasti gak pake jebak-menjebak, saya lah yang diangkut polisi. Tampang sudah seperti makelar ekstasi gini.

Mengisi kekosongan hari ini, saya berniat ke Gramedia Citra Land untuk menghabiskan uang. Soalnya dengar-dengar Gramedia CL diskon sampai 30%. Wow! Bakalan borong nih.

Begitu sampai di depan Gramedia, saya pun takjub. Ini beneren toko buku apa pasar malam sih?? Rame bangaat!!

(di mana-mana yang terlihat hanya kepala manusia)

Saya sempat ragu untuk masuk, tapi karena sudah tanggung dan bingung mau ngapain sepanjang hari, akhirnya saya bulatkan tekad untuk masuk pasar malam Gramedia.

Hanya sepintas di depan rak buku baru, lalu ke rak novel, dan sebentar di rak majalah. Total tidak sampai lima menit, saya keluar. Sudah panas, pengap, rame! Bisa tuh satu orang beli satu buku/majalah yang sama sampai puluhan biji. Saya jadi penasaran, ngerti gak ya sebenarnya tuh orang antara buku dengan sembako? Antara kalo sembako ditimbun harga bisa langka dengan buku kalo ditumpuk cuma jadi perpustakaan. Soalnya mereka borong buku seperti beli sembako, takut besok sudah gak terbit buku baru aja! Gila!

Dari sini kita bisa tarik satu kesimpulan. Bukan, bukan karena minat baca orang Indonesia tinggi. Tapi karena orang Indonesia itu memang banci diskon. Pokoknya setiap ada tulisan diskon, gak perduli barangnya apa, beli dulu baru liat. Yang penting murah, juragan.

Ini juga pelajaran buat saya, kalo saya mau beli buku berdiskon di Gramedia CL, saya harus menggunakan kutang dan berangkat lebih pagi. Jam 6.00 mungkin?


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
(gak malu apa selogan XL kek gini??)

Repot Menikah

Beberapa hari ini saya cukup kerepotan. Ok, bagi yang belum tahu, saya akan kembali untuk sementara waktu ke Banjarmasin. Kenapa sementara waktu? Karena menunggu printah penugasan selanjutnya. Saya berdoa dengan sangat untuk tidak dipindahkan ke Pekanbaru. Seseorang di sini pasti tahu alasannya :D

Selain itu juga karena ada beberapa proyek yang harus diselesaikan sebelum Desember. Kerepotan-kerepotan ini kadang membuatku terjaga sampai larut malam dan akhirnya insomnia akutku kambuh lagi. Jadi otomatis bangun pun kesingang, sampai pristiwa dua hari yang lalu pun terjadi.

Saat saya sedang tidur terlentang dengan kolor doang, lengkap dengan iler di bantal, tiba-tiba saya terbangun karena mendengar suara radio. Belum selesai heran saya karena di kamar saya tidak ada radio, tiba-tiba disusul suara obrolan dua laki-laki.

Gosh! Gw lupa kalo pagi itu ada pembersihan kaca jendela! Dan gw lupa pasang gorden!! Mana tuh kaca bening lagi!

Alhasil dua pekerja di gondola melihat kebinalan saya di ranjang sambil cekikikan. Ok, kalo sampai ada berita dua pekerja gondola jatuh di apartemen Medit, percayalah itu bukan karena faktor keamanan. Kalo kamu tanya apa reaksi saya saat ke gap tidur menggunakan kolor+iler, maka jawaban saya adalah pura-pura bego sambil melanjutkan tidur.

Kembali ke proyek. Salah-satu proyek yang memusingkan saya, selain menulis dan natal di greja, adalah pernikahan teman saya, Anton dan Lina. Sebenarnya status saya di situ hanya kordinator musik, alias orang yang ngumpulin segrombolan pemain musik untuk menghibur tamu. Sayangnya WO-nya terlibat konflik pribadi. WO-nya adalah sepasang kekasih, tapi dua bulan menjelang pernikahan Anton dan Lina, mereka putus.

'Tenang bos, gw tetap profesional kok. Biar gw putus, gw tetap bantu sampai tuntas!' Yup, ini perkataan mereka beberapa minggu sebelum mereka tidak hadir meeting beberapa kali. Akhirnya saya lah yang ketiban repotnya. Sayalah yang harus ikutan repot mikirin acara. Dan bisa dipastikan sayalah calon penyebab tunggal, jika suatu waktu resepsi pernikahan gagal.

Kondisi ini diperparah lagi dengan calon mempelainya yang bisa dibilang, err... Cacat. Ini hasil konseling pernikahan teman saya,

Konselor: tinggal di mana?
Anton: masih kost, pastor
K: sudah pernah tidur bareng dong??
A: iya, pastor
K: *bengong*

K: di sini di tulis sering sakit ya? Siapa yg sakit?
A: saya yang sakit
K: sakit apa?
A: nyeri di dada, kata dokter karena kebanyakan ngerokok
K: *kembali bengong*

K: alasan menikah apa?
A: *mikir sejenak* selain karena sudah umur&disuruh orang tua, juga biar diberkati. Kan kata orang berkatnya beda kalo sudah menikah
K: lalu kalo sudah diberkati, mau buat apa?
A: buat pelayanan Tuhan
K: kasih persembahan?
A: kadang-kadang
K: *menarik nafas panjang*

Setelah sesi konseling, teman saya didoakan dengan banyak tumpangan tangan, salah-satunya untuk pelepasan dari rokok. Entah di mana salahnya, sepulang dari sana malah habis dua bungkus rokok.



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Nilai

Selain bisa bermain musik - dan tentunya berbakat dalam mencedrai mental pembaca blog ini, saya pun memiliki kebisaan(sudah kek ular aja gw?!) dalam melukis. Bahkan sebelum saya bisa bermain musik, saya sudah menggunakan bakat menggambar saya untuk menarik perhatian cewek. Selalu berhasil membuat mereka penasaran untuk datang ke meja saya dan mengagumi apa yang tangan saya kerjakan. But just it - sering kali hanya sampai di situ saja mereka tertarik.

Sebelum saya terdampar sebagai anak Psikologi pun, saya sempat mendaftar di DKV Trisakti, bahkan sempat mendapat beasiswa penuh dari Unikom Bandung, untuk jurusan yang sama. Sayangnya, kala itu saya masih mengejar cinta di Jakarta dan tidak mengetahui kalo di Bandung banyak wanita yang lebih geulis dari gebetan saya.

Setelah berkuliah, saya tidak pernah melukis lagi. Namun sebagai orang yang mengaku melankolis, saya cukup punya minat yang besar terhadap seni, termasuk lukisan. Walaupun sampai detik ini belum pernah membeli lukisan karya pelukis pro (karena makan saja susah), namun sebisa mungkin saya menyempatkan mengunjungi pameran lukis (apa lagi yang gratis), termasuk mengikuti 'Masterpiece'.

Bukan, Masterpiece bukan nama gerai pameran, melainkan nama buku katalog lelang reguler untuk setiap event pameran lukis, baik di Indonesia maupun mancanegara. Sekali lagi perlu saya tegaskan, bahwa saya buka kaum borju yang hobi lukisan. Saya hanya sekedar kaum buruh yang sekedar memiliki katalognya saja sudah merupakan kebahagiaan dari pada harus menempatkan batu kilangan di leher dengan membeli lukisan.

Walaupun saya penikmat lukisan, tapi rasio saya masih sehat - setidaknya saya percaya bumi itu datar dan figur Monalisa itu cowok; sehingga saat saya melihat lukisan dengan judul 'Ingin Seperti Marcopolo' (Masterpiece edisi 11 Mei '08 - Pameran di hotel Hyatt Aryaduta, hal277), saya benar-benar gak habis pikir, bagaimana mungkin lukisan tersebut dihargai 90-120jt. Saya tidak bisa melihat ada yang menarik dari kanvas berukuran 140X160cm dengan sapuan arkilik merah tersebut. Kalo saya bisa temukan gambarnya, akan saya post di sini agar kamu bisa ikut menilainya.


(karena tidak menemukan, akhirnya saya foto dan upload di sini. Foto ini hanya sepotong, namun sisanya hanya ombak orange)

Menurut saya, hanya orang dengan otak di kentang dan pantat di umbi yang mau menghabiskan 90juta buat membeli lukisan tersebut. Namun herannya, ada loh orang berkepala kentang dan berpantat umbi yang membeli lukisan tersebut, bahkan terjual di atas 100juta. Geblek!

Beli ice caramel machiato bisa dapat 2000 gelas lebih tuh. Kalo pun minum tiap hari berdua sama teman pun, bisa cukup sampai dua setengah tahun, loh!?

Masalahnya bukan ada orang yang berkepala kentang, namun karena saya tidak tahu siapa pelukisnya. Namanya Saftari, kelahiran Payakumbuh 1971. Yup, saya memang tidak tahu siapa pelukisnya, tapi pasti ia seorang maestro yang sudah memiliki nama, sehingga kurator galeri menganggkat lukisannya semahal itu.

Sama jika saya menawarkan ke kamu sketsa laki-laki tua yang merokok, berukuran kecil, dan kamu saya suruh membayar 50juta. Bahkan setelah saya sebutkan bahwa sketsa tersebut karya Efendi pun kamu tidak akan bergeming, karena kamu tidak tahu siapa orang tersebut. Tapi saat kamu tahu siapa Efendi, maka kamu akan bergegas mencari pinjaman untuk membelinya, karena karya Efendi rata-rata berkisan 500juta ke atas.

Sering sekali kita tidak mengetahui nilai sebuah barang karena kita tidak mengenal siapa penciptanya. Sama juga saat kita tidak menghargai orang lain, bahkan mungkin diri kita sendiri, lantaran karena kita tidak mengenal siapa Pencipta kita. Juga omong kosong jika ada orang saleh beragama tapi tidak bisa melihat sesamanya sedrajat dengan dia.

Sering kali kita menganggap rendah orang yang miskin, cacat, terbuang, sampah masyarakat (silahkan tambahkan sendiri dengan apa yang kamu anggap rendah). Padahal kalo kita pikirkan kembali, Pencipta mereka dan Pencipta kita pun sama, sudah seharusnya nilai mereka dengan kita pun sejajar. Hanya saja mereka kurang beruntung.

Ilustrasi yang tepat saya dapatkan saat melihat lukisan yang berada pada lot no161 di pameran yang sama. Judulnya 'Jadi Pilihan'. Karya Kusmanto tersebut dilukis menggunakan pensil dan minyak pada kanvas 140X200cm. Lukisan tersebut berkisah mengenai tigak buah kertas yang sudah diremes kucel; kertas buku tulis, kertas iklan, dan kertas uang IDR50.000. Walaupun uang tersebut sudah buruk rupanya, tetapi digambarkan di sana bahwa kertas tersebut menjadi pilihan bagi orang-orang. See? Bahkan sekalipun 'kertas 50.000' tersebut masuk comberan, nilainya tetap tidak berubah, bahkan tidak menjadi IDR49.999,99.

Demikian juga dengan manusia. Bagaimana pun rupa mereka, apa pun atribut mereka, bahka sudah masuk comberan pun, nilainya tetap akan saya seperti diriku dan dirimu. Dan saat kamu menilai dengan benar; sama pentingnya dan sama berharganya seperti dirimu dan diriku, maka saya jamin hidupmu dan hidupku akan menjadi lebih indah. Karena kamu dan saya melihat Tuhanku dan Tuhanmu di dalam karya-Nya.

So, siap mengeluarkan 100juta untuk karya Saftari yang lainnya? Kalo saya masih belum siap.

Sent from my BlackBerry® smartphone from XL

Insiden Pintu Apartemen

Untuk pertama kalinya dalam minggu ini saya kembali fitness. Setelah absen dari Senin sampai Rabu, Kamis kemarin saya jadwalkan kembali untuk fitness. Entah karena sudah empat hari tidak fitness, sehingga saya merasa kuat mengangkat beban dua kali lipat dari biasanya. Yang saya tidak tahu adalah eforia ini bisa berakibat meningkatnya kadar gula dalam darah dan mengakibatkan saya harus tersungkur di depan kolest sambil muntah-muntah. Yup, saya mual dan muntah.

Setelah puas menista kloset gym, saya memutuskan untuk segerah kembali ke rumah untuk makan. Ow perlu diketahui sebelumnya, bahwa semenjak kunci induk apartemen saya hilang, kami harus berbagi kunci dengan meletakannya di balik karpet. Ok, sekarang kamu tahu bagaimana caranya masuk ke dalam rumah saya.

Sebenarnya kami mungkin tidak perlu bersusah demikian jika kunci tersebut tidak di bawa oleh adik saya yang perempuan. Bukan salah simpan, tapi dari awal memang merupakan sebuah kesalah memberikan kunci ke tangannya. Kalo tidak salah ingat, hal yang dia lupa terakhir - sehingga hampir mengakibatkan seseorang tewas, adalah memberikan satu setengah ampul lebih banyak dari yang seharusnya diberikan untuk membius. Alhasil, ibu malang tersebut harus bangun satu hari lebih lama. Tentunya setelah membuat perawat satu rumah sakit panik dan cemas.

Kembali ke depan pintu apartemen saya. Ritual biasa yang selalu saya lakukan di depan pintu adalah clingak-clinguk memastikan tidak ada orang yang melihat saya mengambil kunci dari bawa karpet. Kali ini, seperti kali-kali yang lain, saya beruntung karena saya pikir tidak ada yang melihat. Saat tiba saatnya saya memutar anak kunci pada pintu,

anak kunci tidak mau berputar.

Ok, mungkin ada yang salah dengan posisi berdiri saya sehingga anak kunci tidak masuk pada tempatnya. Maka kali ini saya mencoba dengan posisi nungging, saya masukan kembali anak kunci. Jangankan terbuka, bergerak saja tidak. Dengan segala kelemahan badan saya coba memutar otak. Kemungkinan yang bisa terjadi:


  1. Rumah kunci rusak dua jam yang lalu kunci tidak ada masalah, jadi tidak mungkin rusak tiba-tiba, lagi pula tidak ada tanda rumah kunci yang rusak.
  2. Ada kunci lain di balik pintu (sehingga tidak bisa diputar dari luar), yang berarti ada orang lain di balik pintu Ini juga tidak mungkin, karena setahu saya kunci hanya ada dua, dan yang satu sudah hilang. Lagi pula adik-adik saya belum pulang jam segini; Marisa baru pulang malam dari RS, Richard sedang berada di Takeabreak, sedangkan Andrew lagi tour bersama bandnya ke Jawa.

Jadi yang paling mungkin adalah:

  1. yang saya pegang adalah bukan kunci unit apartemen saya *paranoid*
Jika memang benar kemungkinan terakhir ini, maka ada seseorang - tentunya dengan maksud yang tidak baik, yang dengan sengaja menukarnya.

Entah dari mana otakku menemukan gagasan cerdas dalam kondisi kelelahan dan kelaparan ini, bahwa saya harus menghubungi satpam. Saya bergegas turun dan melaporkannya ke pos satpam.

saya: selamat malam
satpam: malam pak
saya: begini, ini kunci saya tidak bisa dipakai untuk membuka unit saya
satpam: *keheranan*
Sebelum satpam sempat mengatakan sesuatu, saya melanjutkan
saya: saya rasa ada yang menukarkan kunci saya mas, soalnya dua jam yang lalu masih bisa berfungsi untuk mengunci. Setelah itu saya simpan di bawa karpet. Begitu saya kembali barusan kunci yang saya temukan di bawa karpet tidak bisa digunakan.
satpam: bapak salah juga sih, simpan kunci di bawa karpet.

Buseet! Sudah gw kelaparan, lemes, gak bisa masuk kamar, sekarang malah di salahkan pula?!!

Singkat cerita kami bertiga (saya dan dua satpam) bergegas naik ke unit saya untuk memeriksa keadaan. Setiba di sana, para satpam mengecek keadaan rumah kunci.

Sambil mengetok kamar, satpamnya berkata, "mungkin ada yang kunci dari dalam. Sodaranya bawa kunci dan sudah pulang kali pak"

Dan saya masih ngotot bahwa hal itu tidak mungkin terjadi,

Dan satpam masih mencoba untuk mengetok.

Keramaian tersebut sempat mengundang perhatian tetangga-tetangga satu lantai, sampai akhirnya dari unit saya pintu terbuka, dan adik saya yang perempuan keluar.

Sumpah, gw kaget bangat, dan adik saya - dengan muka bantalnya, juga tidak kalah kagetnya.

saya: KOK BISA MASUK?! KOK SUDAH PULANG?!

Jadi ternyata Marisa pulang lebih awal, dan dia berhasil menemukan kunci yang hilang tersebut di lokernya. Kedua satpam senyum-senyum ke arah saya, seolah bilang, loe bego bangat!. Saya cuma bisa manyun saat satpam-satpam tersebut beranjak turun.


Pesan moralnya:
  1. jangan mengambil keputusan saat perut kosong, karena ada hubungan yang signifikan antara perut kosong dengan paranoid.
  2. Ow iya, satu lagi, lupakan kalo kamu berniat mencari kunci di bawa karpet saya, karena kunci induk sudah ditemukan.

Saat Joe (kembali) Ngomong Cinta

Sudah pernah saya singgung, bahwa saya jarang ngomongin cinta di blog ini. Kenapa? Karena pertama, ini rumah jejaka (emang loe masih perjaka Joe??), dan kedua saya belum punya pacar. Kalo sudah punya pacar juga mungkin jadinya bukan rumah Joe lagi, 'melainkan rumah kami'.

Tapi kenapa untuk ke dua kali saya ngomong tentang cinta di blog ini? Salahkan Benny untuk hal ini. Hari Minggu kemarin, saya bertemu Benny di Dante. Kali ini lebih ramai, bersama istrinya, Onik; teman kerja Benny, dan adik saya, Richard.

Sebenarnya ini tidak dijadwalkan, karena bisa dibilang mepet dengan jadwal ibadah saya. Tapi itu lah yang disebut nasib; untung tak dapat diraih, malang jauh dari Jakarta. Saya kurang begitu tahu bagaimana awalnya, tapi seperti biasa, kami selalu ngomongin cewe.

Kembali ke status single saya. Awalnya saya cukup puas dengan ke-single-an saya, hanya saja berat untuk tetap dalam status tersebut jika sambil berteman dengan Benny. Pertama, karena obsesi Benny adalah menjodohkan orang, alias makcomblang (walaupun menurut pengakuan beliau sekarang sudah tidak segencar dulu). Kedua, karena melihat Benny dan istrinya membuat gw sirik kuadrat pengen cepet-cepet punya cewe!

Masalahnya adalah saya orang yang mungkin bisa dibilang terlalu memilih. Kalo kamu mengagumi Wulan Guritno, Dian Sastro, Asmiranda, atau Catherine Zeta Jones, berarti kita setipe. Ok, saya sadar, tampang saya memang gak semaco Brad Pitt, maka dari itu saya gak naksir Angelina Jolie.

Saya suka wanita yang pintar - walopun IQ saya di bawa 100, wanita yang cerdas - walaupun sewaktu kecil saya butuh dua hari untuk mengeja kata c-e-r-d-a-s dan sampai sekarang pun mengucapkannya tidak sempurna, karena cadel, wanita yang menyenangkan dalam bertukar-pikir - walaupun saya hanya menyenangkan bagi orang lain bila tidur, stabil dalam emosional - kalo yang ini saya cukup stabil bila memaki pengendara motor, kuat secara mental dan sekaligus cantik walaupun mental dan tampang saya tidak lebih baik dari Tukul 'Empat Mata'.

Eniwei tidak hanya saya saja, semua dari kamu pun punya kriteria terhadap pasangan idaman - itu bagus, karena yang sudah punya kriteria bagus saja sering kali tidak mendapatkan yang terbaik, apa lagi yang tidak punya kriteria kan? Namun pada kenyataannya ini semua hanya faktor pesona, dan bukan penyebab seseorang mencintai lawan jenisnya.

Beberapa tahun lalu, semasa kuliah, saya pernah bertanya pada pacar sahabat saya. Sahabat saya wanita, dan saya penasaran kenapa pria tersebut mau berpacaran dengan sahabat saya. Errr kok terdengar seperti sahabat saya ini aneh untuk dipacari ya? Perlu diluruskan bahwa tidak ada yang salah dengan sahabat saya, sungguh. Yang salah adalah kosakata saya yang buruk. Maklum sampai sekarang saya tidak bisa membedakan antara inplisit dengan sifilis.

Jawaban pacar sahabat saya ini adalah, 'semuanya! Gw jatuh cinta sama dia yud, karena bawelnya, karena cantinya, karena gendutnya, pokoknya semuanya deh!' Sounds romantic hu?

Pernah dengar itu dari pacar kamu? Itu berarti ada dua kemungkinan: ia sedang berjanji menyayangimu, atau bisa jadi dia sedang membohongimu. Saya yang masih bocah bau kencur saat itu pun tahu, itu bullshit! Bahasa halusnya mah b u l l s h i t . . .

Tidak ada yang namanya cinta kalo kamu belum menikah, dan melampaui 7-10 tahun masa pernikahan. Alasannya, karena sebelum kamu menikah (biar sudah pacaran 5 tahun kek, atau 10 tahun kek - tapi kalo sudah di atas itu mah keterlaluan), yang kamu kenal hanya 1/3 dari orang tersebut. Sisanya setelah kamu menikah. Mengutip quote saya sendiri,

Pernikahan itu seperti ini: sepuluh tahun sebelumnya kamu akan berkata bagaimana mungkin menjalani hidup dengan dia; dan sepuluh tahun setelahnya bagaimana mungkin menjalani hidup tanpa dia


Cinta itu komitmen; jadi sebelum komitmen itu teruji, jelas bukan cinta dong namanya? Sedangkan yang bisa menguji komitmen adalah waktu dan masalah. Yang setuju angkat tangan, yang gak setuju boleh angkat kaki dari blog saya.

Lantas kita pacaran lalu menikah atas dasar apa kalo bukan cinta?

Ok, perlu ada terminologi dan kronologi yang jelas dalam hubungan. Hari Minggu kemarin, di Kabar Pagi TvOne, temanya adalah Kursus Menaklukan Wanita (sejujurnya, itu acaran paling tolol yang gw pernah lihat). Karena kemalasan keterbatasan halaman, saya simpan membahas acara itu untuk posting yang lain. Di sana disebutkan sebelum kita pacaran, ada yang namanya PDKT, dan yang bisa membuat kita PDKT adalah pesona. Pesona itu yang membuat kedua orang atau salah-satunya tertarik.

Seperti kriteria yang saya sebutkan sebelumnya, itu bisa dibilang adalah pesona wanita yang tidak mudah untuk saya abaikan. Pesona itu apa yang terlihat, tapi bukan berarti yang sebenarnya. Misalnya pesonanya adalah pintar dan cerdas, namun bukan berarti bijaksana. Pesonanya menyenangkan dalam bertukar pikiran, namun bukan berarti pandai menjaga perasaan. Pesonanya adalah cantik, tapi bukan berarti anggun. Bahkan sekalipun pesonanya adalah jujur, bukan berarti benar.

Saat seseorang saling tertarik, maka sebuah 'transaksi' dimulai. Saya mengharapkan tujuh pesona di atas dari kamu, apa yang kamu harapkan dari saya? Saat saya bisa memberikan kriteria yang kamu inginkan, saat itu kita deal untuk berpacaran. Namun saat transaksi tersebut tidak sesuai dengan harapan salah-satu pihak, maka transaksi pun batal. Kecuali kalo saya bisa memberikan kompensasinya.

Maka ada benarnya bahwa kita bisa mencintai siapa saja, karena diatas kertas kita bisa berkomitmen dengan siapa saja. Masalahnya adalah, berkomitmen dengan orang yang kita tertarik dan sayangi masih bisa terancam bubar, apa lagi berkomitmen dengan orang yang tidak kita sayangi?

Yup, hanya sesederhana ini saja kok yang namanya hubungan. Yang membuatnya rumit karena ada perasaan yang bermain di dalamnya. Atau mungkin juga karena saya cowo sehingga berusaha merasionalkan cinta. Bisa jadi kalo kamu cewe, kamu akan mengemosionalkan cinta.

Mungkin selama ini alasan saya masih single, karena terlalu meminta banyak kriteria tanpa sadar bahwa diri sendiri tidak seideal itu untuk wanita tersebut. Hm sepertinya saya tahu kado apa yang pantas untuk saya hadiahkan kepada diri saya menjelang Natal nanti; sebuah cermin.

10 Alasana Mengapa Sarapan Itu Penting

Baru-baru ini saya baru mengikuti sebuah majalah baru, Men's Fitness Indonesia (MFI). Kalo saya tidak salah, majalah ini baru terbit dua kali, termasuk bulan November. Yang agak mengherankan saya adalah Editor in Chief, Richard Sam Bera. Setahu saya cowo kekar mantan atlit renang Nasional ini, selain pembawa acara olahraga di salah-satu stasiun TV lokal, belum pernah terjun dalam media cetak. Tapi koreksi saya jika salah.

Saya baru mengikuti yang bulan November, karena sebelumnya sangis apakah majalah ini bisa menjadi kompetitor yang sepadan dengan Men's Health Indonesia (MHI) di bawa bendera Femina group. Ternyata, sejauh ini MFI cukup baik dalam materi dan konten. Malah untuk beberapa hal saya justru lebih suka FMI, khususnya untuk artikel-artikelnya. Kalo untuk Workout, mungkin masih butuh banyak pembenahan.

Tapi setidaknya FMI bisa mejadi angin baru dalam majalah kebugaran nasional. Karena menurut saya, tanpa adanya kompetitor, persaingan menjadi tidak sehat. Ow iya, perlu dijelaskan sebelumnya bahwa ke dua majalah ini tidak ditujukan kepada cowo-cowo yang gila steroid, dengan otot-otot seperti disengat tawon. Majalah ini berisi gaya hidup cowo moderen yang SEHAT, bukan BEROTOT.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi satu dari dua artikel yang menarik bagi saya di MFI November. Judul artikelnya Sepuluh Alasan Kenapa Harus Sarapan. Menarik, karena dulu saya tidak suka sarapan, dan saya tahu beberapa dari kamu pun sama seperti saya. Banyak alasan kenapa saya tidak suka sarapan, tapi untung tidak sebanyak alasan sebaliknya, sehingga saya tidak punya alasan lagi mengapa harus tidak sarapan.

Kalo kamu bingung, langsung saja baca ke sepuluh alasan tersebut di bawah ini.

1. Kamu akan membakar kalori lebih banyak
Menurut penelitian The Mayo Clinic for Medical Education and Research, orang-orang yang terbiasa sarapan, membakar 150 kalori lebih banyak dari orang-orang yang tidak sarapan. Wow, ini sepertinya berita baik bagi yang sedang diet! Kecuali kalo kamu setiap pagi mengepel lantai selama 15 menit, atau aerobil selama 30 menit, maka kamu tidak perlu untuk sarapan.

2. Resiko Terkena Demam Lebih Kecil
Alasannya yang diberikan para ahli di Cardiff Unversity karena sarapan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anda. Hm masuk akal.

3. Tidak Mudah Depresi
Oran-orang yang terbiasa sarapan tidak mudah tertekan secara emosional, depresi dan melakukan tindak bunuh diri. Ini disebabkan karena kekurangan hormon serotonin akan menyebabkan kamu merasa kelelahan dan sulit berkonsentrasi. Kecuali kalo kamu tidak sarapan karena tidak punya uang, maka dapat dipastikan bahwa justru dengan sarapan membuat kamu lebih tertekan secara finansial, dan bisa menyebabkan depresi bahkan bunuh diri.

4. Kamu akan Bernafas Lebih Baik
Orang-orang yang menghindari sarapan lebih cendrung dihindari kolega dan orang-orang terdekatnya, karena bau mulut hingga waktu makan siang. Dengan sarapan, kamu sekaligus menghilangkan bau mulut. Tapi ingat, jangan sarapan dengan banyak bawang putih dan jengkol.

5. Kamu akan Hidup Lebih Lama
Mungkin ini bisa menjadi berita yang baik bagi opa oma kita. Sayangnya mungkin juga sudah terlambat. Makanya jika kamu ingin hidup lebih lama, biasakan untuk sarapan. Ini ada hubungannya dengan poin nomor satu sampai dengan tiga - intinya karena kamu akan lebih sehat.

6. Kolestrolmu Akan Rendah
Menurut para peneliti di Nottingham, menghindari sarapan secara teratur dapat meningkatkan kolestrol. Tentu saja jika kamu memilih roti gandum atau oatmeal, dan bukan ayam KFC sisa semalam sebagai menu sarapan.

7. Mengurangi Resiko Diabetes
Berdasarkan penelitian di Harvard Medical School, orang yang tidak rutin sarapan memiliki kemungkinan 1/2 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan gula darah. Tentu, tentu, bukan sarapan dengan coklat batang atau sereal mengandung gula.

8. Kamu akan Lebih Bergizi
Sarapan akan memberi kamu karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin lebih banyak dibanding jika kamu hanya hanya makan dua kali sehari.

9. Menghindarkan Dari Cemilan Tidak Sehat
Orang-orang yang suka sarapan cendrung tidak mengalami kemrosotan energi di pagi hari, sehingga jarang mengkonsumsi snack rendah gisi yang biasa disiapkan di bawah lemari meja kerja.

10. Kamu Akan Menjadi Lebih Pintar
Dan ini lah alasan terakhir yang paling saya senangi, karena dengan sarapan saya akan menjadi lebih pintar dari orang yang tidak sarapan. Sebuah penelitian di The Journal of Psychiatric Research mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara melakukan sarapan dengan prestasi akademis; disebabkan oleh daya ingat yang lebih baik.

Setelah ke sepuluh alasan ini, saya masih heran jika masih ada di antara kamu yang tidak suka sarapan. Kecuali kalo kamu lebih menyayangi uangmu dibanding tubuhmu.

Seuntai Kenangan

Seusai meeting di TA, Sabtu siang, saya mampir ke Hero. Siang ini rencananya mau masak 'sayur lodeh' dan 'ayam masak bawang'. Teringat saran tante Sandra tadi, maka saya membeli udang untuk lodeh saya. Mungkin kalo bisa saya kasih nama, 'masak udang sayur lodeh ala Joe's House'.

Sebenarnya yang ingin dibeli hanya ayam, udang dan sayur bahan lodeh, tapi kok yang masuk jadi nambah kue mangkok, yogurt, jeruk lemon. Alih-alih belanja hemat, malah terobsesi penuhin keranjang. Mungkin terbawa kebiasaan kalo belanja sama orang tua. Gak sadar kalo sekarang pake dompet sendiri.

Sepulang dari sana saya memilih untuk berjalan pulang. Lumayan jauh sih, cuma saya suka berjalan. Saat itu di iPod saya sedang melantun 'Always on My Mind'-nya Michael Buble. Ada yang tahu lagu ini? Ini lagu lama. Sebenarnya sih ini lagu romantis(baca: gombal), tapi selain dibawakan dengan balad, juga lagu ini mengingatkan saya pada satu film, sehingga lebih terasa mellow dibanding sebaliknya.

Saya lupa judul filmnya, karena setiap kali nontont selalu dari pertengahan. Mungkin kamu bisa bantu saya, dan siapa tahu punya dvd-nya. Oh, saya belum cerita plotnya ya? Benar, gimana kamu mau bantu saya kalo gak tahu. Jadi ceritanya mengenai seorang ayah yang suka berbohong mengenai penyakit agar mendapat perhatian dari anggota keluarganya. Suatu ketika ayahnya divonis dokter menderita kangker (kalo gak salah kangker selaput otak). Seperti yang bisa diduga, saat ia menceritakan, anggota keluarganya tidak ada yang percaya. bahkan anak gadisnya mengira itu salah-satu trik ayahnya untuk membatalkan pernikahnya.

Dalam menghitung hari itu ayahnya semakin menghargai waktu-waktunya bersama keluarga, sampai akhirnya keluarganya mengetahui penyakit ayahnya, tapi sudah tidak banyak waktu lagi.

Yup, ini film mandarin. Kamu tahu? Kasih tahu saya ya kalo ada yang tahu judulnya.

Shakespeare pernah berkata, bahwa manusia bisa tetap abadi dalam pikiran orang yang ditinggalkannya. Memang ada orang-orang/pristiwa-pristiwa yang dengan sengaja kita simpan di dalam relung hati kita, tapi tidak sedikit juga orang/pristiwa yang ada di ingatan tersebut yang sangat ingin kita lupakan, malah mungkin lebih banyak.

Otak kita, memiliki memori yang, setidaknya, sampai saat ini belum ada komputer yang bisa menyamainya. Baik kapasitas maupun cara kerjanya. Otak kita merekam setiap pristiwa dan kejadian yang kita alami selama kita hidup. Itu berarti sekitar 75-80 tahun. Selain itu otak kita memiliki kemampuan untuk memilah mana yang penting untuk tetap disimpan di alam sadar dan mana yang di bawah alam sadar. Itu membuat kita bisa tetap memasukan informasi baru ke dalamnya, sekaligus tidak kehilangan memori sebelumnya. Jadi memori itu tidak mungkin bisa hilang dari sana, kecuali otak kita mengalami sakit/cedra.

Contohnya saya masih ingat vcd bokep pertama yang saya beli walaupu judulnya lupa, atau pertama kali saya melihat otak bertaburan di jalan, atau orang pertama yang saya hajar, atau patah hati pertama saya. Padahal semuanya itu telah lama berlalu dan ingin sekali rasanya saya lempar dari memori saya ke keranjang sampah.

Kunci yang paling berhasil untuk membuka kenangan lama adalah dengan lagu, entah kenapa. Itu sebabnya lagu bisa mempengaruhi mood kita.

Contohnya, beberapa bulan lalu saat saya berada di Gramedia Pelangi mencari buku, sekonyong-konyong berkumandang lah lagu 'Moon River' oleh suara sraknya Frank Sinatra. Ok, tidak usah dibahas lagunya, karena selanjutnya lah yang menjadi perhatian saya. Mata saya tertambat pada buku dengan judul 'It's so Hard to Love You' by Bill Klatte dan Kate Thompson, sambil diiringi 'Moon River'! Kentang kuadrat!! Kenapa harus pas sih waktunya??!

Mau tidak mau memoriku mengarungi waktu kembali pada kenangan lama yang ingin sekali untuk dilupakan. Judul buku tersebut cocok bangat buat saya. Wanita yang pernah tinggal lama di hati saya, adalah wanita yang mengejarnya membuat saya jatuh-bangun-tertimpa-tangga - untung tangganya tidak ada paku. Kalo disuruh merangkai dalam satu kalimat perjuangan saya mendapatkan dia: dia adalah wanita yang membuatku jatuh cinta, sekaligus patah hati berkali-kali. Dan akhirnya putus juga. Oops sori, itu sudah dua kalimat.

Menurut saya itu sebuah pelajaran berharga, bahwa saya harus perhatikan dengan seksama apa yang masuk di dalam otak saya, karena saya tidak bisa membuangnya setelah masuk. Bayangkan kalo yang masuk hanya kesia-siaan; sakit hati, iri, percabulan, putus-sambung-patah-hati, maka bisa dibilang pikiranku menjadi sia-sia. Jembatan yang paling dekat adalah 'tindakan'. Kalo kamu tidak ingin yang masuk dalam otak kita barang yang sia-sia, maka perbuatan kita pun jangan sia-sia.

Selagi masih muda (buseet, kek gw udah kakek-kakek aja nih!), isi pikiranmu dengan kepandaian dan kebijaksanaan, biar saat tua nanti kamu tidak frustasi mencari cara membuang segala yang kamu masukan dalam memorimu. C'est trop tard. Termasuk dalam hubungan, karena hati ini hanya satu, jadi jangan terlalu sering disakiti, pour une femme.

Masak Udang Sayur Lodeh ala Joe!



Masak Udang Sayur Lodeh ala Joe:

Bahan-bahan
- sayur-sayuran lodeh; labu, kacang panjang, terong, daun melinjo, nangka sayur (beli paketan di Hero)
- melinjo (saya tidak suka, jadi tidak pake)
- setengah kilo udang. Kok sedikit ya? Iya, soalnya udang mahal, bung. sisihkan kepalanya dan kupas kulitnya, sisahkan satu ruas terakhir berserta ekor
- penyedap royco (pilih antara rasa sapi atau ayam. Jangan rasa tiram, karena gak ada)
- bumbu instan lodeh sajiku
- kacang tanah (saya pake kacang di toples, sisa lebaran kemarin)
- santan (saya tidak pakai santan karena sudah ada udang)
- tomat ceri. Ok, saya tahu memang sayur lodeh tidak pake tomat, tapi ini tomat sisa kemarin dan tinggal sedikit
- empat siung bawang putih, geprak/rajam kasar/biarkan apa adanya - pilih salah-satu, jangan semuanya, nanti kebanyakan.
- satu sendok teh minyak goreng
- garam, gula, merica secukupnya

Untuk menemani memasak
- satu album The King of Swing
- satu kotak kue mangkok

Cara memasak:
Tumis bawang putih yang sudah kamu geprak atau rajam atau utuh-utuh dengan kulitnya, bersama bumbu lodeh dengan minyak satu sendok teh. Ingat, apinya kecil saja, jangan gede-gede. Setelah harum, atau bawang mulai kecoklatan, atau kamu rasa sudah agak gosong, masukan santan encer dan kepala udang. Masih dengan api kecil, aduk perlahan. Kalo seperti saya yang tidak menggunakan santan, kamu bisa ganti dengan air putih atau susu. Jenius! Itu inovasi dari saya, semata-mata karena santan, air putih, dan susu sama-sama berwarna putih. Tapi kamu jangan ganti dengan terigu, pokoknya jangan.

Setelah harum, masukan udang. Tentunya terlebih dahulu tiriskan kepala udangnya. Nah kepala udang yang sudah matang itu bisa kamu cemil sembari nunggu udangnya matang. Tapi kalo saya sih kepalanya saya buang.

Setelah udang berubah warna, masukan semua sayuran yang ada, dan tambahkan sedikit demi sedikit santan kental. Ingat, apinya tetap kecil ya, nanti santannya pecah.

Masak hingga sayuran layu, angkat dan hidangkan. Mudah bukan? Saran, hidangkan sambil mendengarkan album Extreme dari Extreme, pastinya tidak akan terasa kalo sayur Lodeh Masak Udangnya terlalu asem.

Selamat mencoba.

Joe is in the Kitchen

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa judul blog ini adalah Joe's House, maka seperti layaknya rumah, saya menambah kategori baru dalam blog ini, yaitu dapur. Apa aja yang bisa kamu temui di dapur? Tentu saja seputar tips memilih bahan makanan dan ngomongin makanan. Tentunya makanan yang dibicarakan adalah makanan yang saya masak.

Apa, Joe masak??!

Tenang, tenang. Berita baiknya sampai saat ini belum ada yang mati karena keracunan masakan saya. Berita buruknya, sudah ada yang hampir mati kelaparan karena nunggin saya masak.

Awal November ini, saya lagi senang-senangnya masak. Ada beberapa hal yang menyebabkan saya memasak sendiri. Pertama karena mama saya sudah kembali ke Banjarmasin sehingga harus ada yang memasak untuk menjaga kelangsungan hidup kami. Kedua karena saya sedang mengatur pola makan yang sehat dan baik. Ketiga perekonomian dunia yang kian memburuk juga Obama terpilih sebagai presiden US (yang ini rasanya gak ada hubungannya). Terakhir karena dalam waktu dekat ada 'cewek' yang bakalan ngunjungin blog ini.

Sehubungan mengenai alasan terakhir tersebut, saya mohon dengan sangat kepada Selvyna, Yessica, dan Hanny untuk tidak berkata yang bukan-bukan terhadap saya. Tolong gunakan kosa kata yang baik dan benar (baca: ngomongin yang baik-baik tentang saya). Ngomong yang baik-baik itu seperti apa? Seperti ini: Joe itu baik, panjang sabar, dan tidak sombong, rajin menabung dan gemar membaca (silahkan yang mau muntah, soalnya gw sudah duluan).

Kembali pada hobi baru saya. Hobi baru ini mau tidak mau merubah pergaulan saya. Kalo sebelumnya saya lebih banyak nongkrong di warung kopi sambil ngbrol soal-soal ekonomi, politik (gaya loe tuh joe!) bersama para pengusaha dan eksmud seperti Benny, Raymond, Samuel, maka sekarang mau-tidak mau tongkrongan saya sekarang di swalayan bagian bumbu dapur bersama ibu-ibu. Pembicaraan seperti, bawang putihnya di geprak aja, jangan di iris atau telurnya pilih yang kecil-kecil aja, biar dapatnya banyak, juga suami saya suka nakal kalo sehabis saya datang bulan, jeng, sudah menjadi jamak saya dengar di swalayan.

Saya banyak belajar dari ibu-ibu tersebut. Misalnya saya belajar bahwa menggunakan banyak jahe tua untuk memasak 'ayam jahe' menyebabkan rasanya lebih tepat disebut 'ayam ronde' dari pada ayam jahe, atau memasak 'ayam garam Sapo Ekspres' harus menggunakan ayam kampung kalo tidak mau menjadi 'sop asinan ayam', juga memasak sop sapi tidak perlu menggunakan kulit ayam kalo tidak mau jadi 'gulai sapi kulit ayam'.

Trima kasih untuk para ibu-ibu yang sudah begitu besar jasanya. Semoga jejaka ini bisa masuk dapur dan keluar dengan selamat. Amin.

Untuk memulainya maka saya memilih memasak yang sederhana dulu, ayam masak rendang.

Loh, itu gak sederhana kali, Joe?

Yuda, disaat semuanya serba instan, masak ayam rendang tidak lah sulit.

Berikut panduan memasak ayam rendang. Siapkan satu ekor Ayam (minta dipotong delapan bagian di Hero), bumbu rendang instan Sajiku, santan instan, kelapa sangrai instan, kompor dan panci. Cara memasak: Masak ayam bersama gula, garam, merica, santan encer, sangrai kelapa dan bumbu sajiku. Masak dengan api kecil hingga matang.

Mudah bukan? Eh, rasanya? Ok, memang 'agak' gosong, tapi masih bisa dimakan kok. Sueer!

Nah, dari masakan-masakan yang sukses ini membuat kepercayaan diri saya semakin besar untuk terus memasak. Sedangkan jika masakannya gagal, maka masakan tersebut dengan sukses berada di tong sampah.

Manfaat dari memasak sendiri, selain tentunya lebih sehat (karena kita tahu apa yang kita makan), dan lebih hemat (percayalah, uang makanmu sehari bisa untuk membeli bahan makanan untuk tiga hari), memasak merupakan penghilang stress (kecuali kalo masakanmu gagal).

Tips bagi pemula dalam memasak.
1. cari resep yang sederhana, dengan bumbu-bumbu yang familiar ditelinga.
2. Putar musik. Barusan saya masak Sayur Lodeh sambil memutar keras-keras albumnya Michael Buble, 'Call Me Irresponsible'. Lebih asik lagi sambil ditemani wine (seperti di film-film), sayangnya karena masaknya Indonesian Food, maka masaknya sambil makan kue mangkok. Emang, gak elit.
3. Siapkan bahan pokok terlebih dahulu, kemudian bumbu-bumbu. Kalo ada bumbu yang harus dimasak terlebih dahulu, gunakan api kecil.
4. Jangan terlalu lama memasak sayur atau bahan pangan laut.
5. Jangan terlalu berpatokan pada resep dalam menggunakan perasa, karena kebanyakan masih tawar.
6. Berhati-hati! Percaya atau tidak, tingkat kecelakaan di dapur lebih tinggi dibanding berkendaraan mobil.
7. Nikmati masakanmu! Kalo saya tadi memasak sambil ditemani om Buble, maka saat makan saya ditemani Metalica. Bukan, bukan karena saya penggemar musik rock. Itu semata-mata untuk menyamarkan rasa asam sayur lodeh!

Kenapa?Kenapa?

Sebelumnya, saya mau mengawali posting dengan pertanyaan. Kenapa dolar bisa sampai IDR12000? Apa yang salah dengan kita? Kita krisis dolar naik, Amerika krisis, dolar tetap naik. Kapan rupiah bisa IDR2500/dolar?? Selain itu kapan BBM turun?!! Sekarang kan minyak bumi sudah turun?!

Ok, itu gak perlu di jawab. Biar menteri keuangan kita dan wakil presiden kita yang menanggapinya. Bicara mengenai BBM, saya rasa alasan pemerintah tidak menurunkan karena dianggap masyarakat masih tetap mampu membeli. Buktinya, tidak ada laporan penurunan yang signifikan terhadap penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta prihal kenaikan BBM terakhir (percayalah ini bukan judul skripsi). Macetnya tetap sama, sembrawutnya tetap sama. Yang beda hanya lebih mahal aja kalo ke SPBU.

Tapi kalo masalah kendaraan pribadi yang tidak berkurang pasca kenaikan BBM, saya rasa karena gaya hidup metropolitan. Saya masih ingat obrolan saya dengan teman beberapa waktu lalu.

'Sori nih, gw harus balik dulu. Mau buru-buru pulang soalnya sudah mendung'

'Loh, kan bawa mobil, Yud. Jadi gak masalah kan kalo hujan?'

'Enggak. Gw naik kendaraan umum'

'Memang mobilmu lagi di bengkel ya?'

'Gak juga. Gw memang lebih sering naik kendaraan umum, terutama ojeg kok'

Dan obrolan kami diakhiri dengan wajah keheranan kawan saya. Dia bukan satu-satunya orang yang berpikir demikian. banyak dari teman-teman saya yang juga tidak kalah herannya jika melihat saya lebih memilih menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan peribadi. 'Untuk apa pake kendaraan umum kalo ada kendaraan pribadi?'

Kenapa kita harus menggunakan sesuatu hanya karena kita punya? Bukan kah itu mobil saya? Maka sudah seharusnya saya yang mengaturnya kapan di pakai, bukan mobil saya yang mengatur saya. Ini dasar pemikiran dari gaya hidup kosumtif. Objek menjadi subjek, sedangkan subjeknya menjadi objek. Bukan apa yang uang saya bisa lakukan buat saya, tapi apa yang saya bisa lakukan dengan uang saya.

Akhirnya bukan kita yeng mengontrol kepunyaan kita, tapi malah kita yang dikontrol. Kita belanja karena kita punya uang, kita makan karena kita punya makanan, dan kita tidur karena punya tempat tidur.

Maka tidak heran seseorang diukur karena dia punya sesuatu, dan bukan karena dia melakukan sesuatu; karena benda yang melekat pada kulitnyanya dan bukan yang melekat pada otak dan hatinya.

Satu contoh bisa kamu lihat pada iklan Jahe, salah-satu produk pemutih kulit. Sori saya ralat, nama produknya Ja Hwah. biar saya bantu kalo kamu tidak tahu yang mana iklannya. Jadi iklan tersebut dibuka dengan komentar para laki-laki mengenai wanita yang cantik itu seperti apa. Salah-satunya berkata bahwa cantik itu putih, dan putih itu cantik. Dan bahwa kulit putih adalah citra kulit asia.

B e g o ! !

Kalo saya jadi wanita, sudah saya tuntut iklan tersebut ke Lembaga Perlindungan Konsumen! Itu namanya perusakan citra wanita Indonesia. Tolong diralat, bahwa kulit asia itu tidak selamanya putih. Lihat Malaysia, Filipina, Bangkok, atau malah India, Pakistan, atau mungkin lupa sodara kita yang di Irian, Maluku; citra kulit asia itu bukan putih! HELO??!

Yang ironis, kalo kamu pergi ke Indonesia timur, baik itu Maluku, Irian, NTT, maka produk yang paling banyak dikonsumsi, baik cowo maupun cewe adalah pemutih kulit. Semua orang di sana berlomba-lomba membeli pencuci muka dengan pemutih, pelembab dengan pemutih, sabun pemutih, dengan tujuan memutihkan kulit mereka. Padahal satu-satunya cara untuk membuat kulit seseorang putih adalah dengan cara operasi pigmen seperti yang sudah dilakukan oleh Michael Jackson.

Itu tidak lucu kawan, sangat tidak lucu. itu membuat gw menangis. Mereka dengan rela hati termakan strategi marketing jahat; bahwa putih itu cantik. padahal semua ini hanya soal profit dan profit. Tapi justru ini merusak sebuah generasi mengenai gambar diri mereka.

Yang saya heran kenapa tidak ada satu pun wanita yang menuntut setelah dihina seperti itu? Kenapa dihina? Jelas karena kalian, para wanita, hanya dianggap cantik berdasarkan kulit kalian, berdasarkan rupa kalian. Kalian mau sekolah setinggi apapun, pandai dan cakap melakuakn segala sesuatu, pada akhirnya yang dilihat hanya warna kulit kamu?

Kita hidup pada abad 19 atau 21 sih?? Kenapa warna kulit masih menjadi tolak ukur kebaikan??

Saya jadi ingat kata teman ayah saya sewaktu masih di Bogor, 'furnitur semakin mengkilap, semakin murah harganya'.

Obrolan di Taksi

'Gw bingung kalo segala sesuatunya berhubungan dengan cewek. Kenapa mereka gak bisa ngomong dengan lugas aja sih?! Kalo suka bilang suka, enggak ya enggak! Saat kita pikir mereka suka, ternyata itu cuma basa-basi, saat kita pikir mereka gak suka, ternyata mereka sedang nguji kita!'

Saya cuma senyum-senyum saja mendengar keluhan Niko. 'Ke arah Grogol ya pak, Tanjung Duren', ujarku kepada supir taksi.

Setelah puas mengatur duduk dan pakaiannya, Niko kembali melanjutkan, 'Gw mau nyerah aja deh. Gw bingung sebenarnya dia suka sama gw atau enggak! Menurutmu bagaimana Yud?'

'Menurutku? Gak apa-apa nih kalo gw jujur?'

'Ya, ya, utarakan saja pendapatmu'

'Menurutku kamu itu tolol!'. Kalo orang lain mungkin saya sudah ditendang keluar dari taksi. Tapi Niko tahu persis gaya saya dalam memberi nasehat, sehingga saya pun tidak sungkan. 'Kalo kamu cari yang lugas dan ngomong apa adanya, pacarannya sama cowok. Justru karena cewek itu berbeda dengan kita makanya kita saling tertarik, dan kalo loe belum siap menghadapi perbedaan tersebut, maka sebaiknya kamu seperti gw aja saat ini, n-g-e-j-o-m-b-l-o'

Niko hanya tersenyum tipis, tapi saya tahu dia menyimak.

'Lagian menurut gw nih, kamu seharusnya deketin cewek bukan bergantung dari dia suka atau enggak sama kamu. Mungkin selama ini kamu gak pernah berinisiatif duluan dalam berubungan dengan cewek; selalu ditembak cewek'

'Iya Yud, memang selama ini demikian'

'Nah, sekarang ini kamu mendapat kesempatan untuk menjadi cowok yang sebenarnya. Kalo kodrat cewek harus melewati sakitnya melahirkan, maka kodratnya kita sebagai cowok, harus mengalami sakitnya jatuh-bangun ngejar cewek; sakitnya ditolak padahal sudah mau mati rasanya nyatain perasaan kita'

Mobil kami berhenti sesaat untuk membari jalan busway di depan kami, sebelum melaju kembali.

'Kamu suka sama cewek karena kamu suka dia. Tidak lebih, tidak kurang. Selesai. Titik. Di luar itu adalah usaha kamu dalam mengejar dia. Bukan karena tuh cewek suka kamu maka kamu ngejar dia - itu mah bukan ngejar namanya, wong orangnya aja sudah bersedia, untuk apa dikejar. Ngejar cewek itu karena awalnya dia lari, alias bertepuk sebelah tangan, atau bahkan dia gak suka sama-sekali.

'Makanya sebelum mengejar cewek, kamu pastika dulu, bener gak ini wanita yang kamu pilih? Benar gak ini wanita yang kamu sayangi? Karena kalo kamu sudah yakin, kamu akan dengan gigih ngejar tuh cewek'. Hatiku kecilku tersenyum, karena ini kalimat Benny untuk saya beberapa waktu lalu.

Taksi kami melintasi tepi kali Ciliwung sebelum mengurangi kecepatan dan berhenti di persimpangan lampu merah Harmoni. Jam menunjukan pukul 22 kurang sedikit, tapi jalan masih ramai.

'Gw rasa kamu sudah mulai dengan baik, dan tuh cewek sudah memberi lampu hijau. Sekarang saatnya kamu melangkah lebih dalam. Ajak dia jalan, ajak dia makan, telpon dia. Kan gak mungkin kamu smsan terus sama dia sepanjang hubungan kalian kan?'

Niko sempat tertawa kecil, karena sejauh ini, dari tiga bulan kedekatan mereka, Niko hanya berani dengan sms. 'tapi kadang gw suka gak percaya diri, Yud. Apa lagi lihat dia lulusan luar, sudah mapan, punya mobil, sedangkan gw? Paling keren juga naik taksi seperti sekarang. Sisanya naik ojeg'

'Lebih baik kan dari pada harus naik PPD dengan berpilu keringat'

Kami berdua tertawa.

'Tapi tolong Niko, tolong, gw minta jangan biarkan dirimu menilai dirimu bagi dia. Kan yang akan pacaran sama kamu itu dia, bukan dirimu. Makanya ijinkan dia yang menilai dirimu dengan lengkap. Yang perlu kamu lakukan adalah menyajikan dirimu dengan jujur dan tulus hati; tidak ada yang disembunyikan, tidak ada yang ditutupi, apa adanya. Agar penilaian dia objektif terhadapmu dan tidak kecewa dikemudian hari.

Dengan semngat saya melanjutkan kembali, 'Terkadang kita, khususnya para cowok, menggunakan 'materi' sebagai barometer menilai kematangan, karena materi mudah dilihat. Sedangkan karakter susah untuk dilihat. Itu yang membedakan orang dihargai dengan dihormati; dihargai karena dia diberi harga dengan materi, dihormati karena dia memberi harga dengan sikap'

'Wah Yud, loe ini sudah kek pembicara di seminar-seminar motivasi aja'

'Ya, tapi belum ada EO yang mau mengundang gw, Nik. Lagi pula kalo pun ada, sepertinya gw milih seminar yang ngomongin soal cinta saja'

Kami sama-sama tertawa lebar. Sudah lama rasanya saya tidak merasa sehangat ini, ditemani rintik hujan yang mulai mereda dan seorang sahabat lama.

'Jadi apa yang harus gw lakukan sekarang, Yud?'

'Telpon dia, ajak nonton, lalu jemput ke rumahnya, dan selamat bersenang-senang bung!'

'Semudah itu Yud? Semudah itu gw jemput dia dengan taksi ke rumahnya di Pondok Indah??'

'Yup, semudah itu! bahkan kalo perlu, kamu naik ojeg, Nik. Orang tidak hidup dari materi yang banyak, tapi dari karakter yang dimiliki. Ijinkan dia yang menilaimu, dan kalaupun dia menolakmu karena alasan materi, berarti materi lah yang dicari, bukan pria sejati seperti kamu', senyum hangatku mengakhiri kultumku pada malam itu.

Kami sama-sama terdiam untuk beberapa waktu lamanya. Entah apa yang Niko pikirkan, tapi saya punya pikiran sendiri, yang sedang hinggap pada seorang gadis.

'Nah Nik, giliran gw yang mau nanya. Gimana caranya ngajakin cewek kenalan?'

Niko sempat terperanjat kaget mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulutku. 'Hei, bukannya kamu yang lebih jago dalam urusan itu?! Gw aja nanya sama loe'

'Itu dia Niko, gw hanya pandai ngomong buat orang lain, dan buruk dalam mendengarkan diri sendiri. Makanya gw butuh sahabat seperti kamu'

Tawa terakhir sebelum kami berpisah malam itu.

Double Espresso, tanpa Gula!

Awalnya saya bukan penikmat kopi yang baik. Kopi instan sudah lebih dari cukup untuk mengawali pagi saya. Pengetahuan saya terhadap jenis kopi mulai bertambah saat saya mengenal Starbucks. Ok, perlu saya jelaskan bahwa saya bukan kelompok hedonis yang gemar menghabiskan uang di warung kopi paman Sam ini, namun bukunya Joshep Michelli, The Experiance of Starbucks mampu mengiklankan warung kopi ini dengan baik, sehingga membuat saya addicted terhadap warung ini.

Seperti kebanyakan nubie, maka yang saya ketahui dari macam-macam kopi hanyalah Cappuccino dan kopi kapal api. Sisanya tinggal dikelompokan dalam dua golongan tsb. Ternyata selain cappucciono, dan kopi kapal api, ada yang disebut espresso, machiato, bahkan kahlua (minuman beralkohol beraroma kopi).

Menurut saya, cappuccino sudah cukup enak dan gurih untuk diminum. Itu sebelum saya mengerti bahwa gula bukan diminum bersama air. Setelah saya mencoba untuk hidup sehat, maka gula (pasir yang paling saya gemari) pun, salah-satu yang harus saya kurangi; yang sebelumnya tiga sendok makan untuk secangkir kecil menjadi satu sendok teh. Tapi lama ke lamaan saya sadar bahwa konsumsi gula yang baik adalah dua sendok teh, bukan persatu kali saji, melainkan dalam satu hari. Gosh! Kebayang gak sih berapa banyak gula yang masuk dalam tubuh kita dalam sehari, mengingat banyaknya makanan dan minuman yang manis-manis dewasa ini?

Banyak makanan atau minuman yang kita tidak bisa atur kandungan gulanya, seperti cake atau minuman kemasan. Jelas tidak masuk akal kita minta cake yang tawar atau cari minuman kemasan tanpa gula (ada sih, seperti green tea no sugar, cuma masih jarang dijual). Akhirnya saya mensiasati dengan tidak mengkonsumsi sama sekali gula untuk minuman atau makanan yang bisa saya kendalikan gulanya, seperti kopi tanpa gula, jus tanpa gula atau tanpa susu kental, dan nasi tanpa gula. Dari sini juga saya membiasakan menikmati cappuccino tanpa gula, alias pahit.

Selain gula, dalam diet saya pun sangat memperhatikan kandungan lemak yang masuk dalam tubuh. Mungkin kamu heran, cowo kurus seperti saya berlemak. Berita buruknya, memang ada kawan. Kandungan lemak tubuh saya 23% dari berat badan saya. Padahal lemak yang sehat dalam tubuh harus di antara 10-15% per berat badan. Tapi berita baiknya, kalo kamu merasa lebih besar dari saya, maka bersiaplah dengan jumlah lemak yang lebih besar dari saya LOL.

Makanan jaman sekarang tidak lepas dari lemak, baik minyak goreng maupun bahan makanan itu sendiri. Alasannya, karena lemak itu gurih; semakin banyak lemak, semakin enak.

Oops, sepertinya ini menyinggung cappuccino saya.

Ya benar, cappuccino terdiri dari 2/3 ekspresso dengan 1/3 susu. 1/3 susu di sini sudah cukup untuk membuat diet kamu berantakan, karena bukan susu low fat. Belum lagi kalo kamu memesan minuman lain di SB, karena kalorinya jelas tinggi. Hanya ada 2 minuman tanpa lemak dan tanpa kolesterol di SB (wanita pasti senang mendengarnya), americano dan espresso (saya rasa tidak juga).

Ok, sebelum kamu berpindah ke blog lain karena tidak menggemari kopi, ijinkan saya memaparkan kebaikan-kebaikan dari kopi. Apa manfaat dari meminum kopi? Apa yang kita dapatkan dari minuman kental berwarna hitam ini, sampai dengan rela hati berpahit-pahit ria meneguknya?

Menurut para ahli dan pakar nutrisi, dan Joe yang sotoy ini, kopi dalam porsi sedang dapat menurunkan resiko terkena kangker, sirosis hati, parkinson, mencegah/mengurangi resiko terkena batu empedu dan diabet. Bahkan antioksidanya mampu melawan kangker 3-4 kali lebih banyak dari teh hijau! Menarik bukan?

Kopi seduh pun, selain tidak memiliki lemak dan kolesterol seperti yang sudah saya utarakan di atas, juga tidak mengandung karbohidrat, kalori dan sodium. Yang terkandung dari secangkir kopi adalah asam pantotenat, riboflavin, niasin, folat, potasion, magnesium dan masih banyak lagi (hoho terdengar keren kan?). Benar-benar minuman diet sejati bukan.

Lantas bagaimana dengan masalah jantung yang sering dikeluhkan oleh sebagian orang?

Kamu boleh bergembira, karena masalah dada berdebar seusai meneguk kopi, dikarenakan jantung yang sensitif. Kafein yang dikandung kopi merupakan stimultan ringan bagi sistem saraf pusat. Ini yang membuat sebagian orang merasa dada berdebar-debar. Bahkan kopi aman dikonsumsi penderita jantung, jika dikonsumsi dalam porsi sedang. Hasil penelitian di Inggris malah menyebutkan kopi mengurangi resiko terkena penyakit jantung.

Lantas bagaimana hubunga kopi dengan pengganjal kantuk?

Masih karena kafein. Cara kerja kafein dengan menghambat kerja adenosine, yaitu zat kimia dalam tubuh yang berfungsi sebagai obat penenang/tidur. Selain itu dalam porsi yang sedang kafein meningkatkan kewaspadaan kita, meringankan nyeri otot (cocok bagi praktisi fitnes), meringankan gejala-gejala asma, meningkatkan ketahanan, dan menghilangkan jetlag (itu sebabnya warung kopi harus jualan 24jam).

Ralat, karena justru kafein membuat gigi kuning. Disebabkan asam lambung meningkat, menyebabkan kadar asam berlebih dalam mulut yang menyebabkan plak pada gigi. Mohon maaf sebesar-besarnya atas info yang menyesatkan ini. Trima kasih.

Lantas dampak kafein terhadap gigi kuning?
Hoho sepertinya kamu terlalu banyak nonton iklan kawan. Selain di Indonesia, kopi begitu digemari di amerika maupun eropa, tapi gigi mereka tetap baik-baik saja. Gigi kuning yang sering kita jumpai, karena memang orang asia, khususnya asia tenggara memiliki gigi yang cendrung kekuningan. Ini bukan faktor makanan, tapi geobiologi.



Agar adil, perlu juga untuk mengungkapkan kekurangan kopi. Untuk sebagian orang, kopi bisa mengakibatkan asam lambung berlebih. Ini menyebabkan maag untuk beberapa orang. Makanya, minum lah kopi sesudah makan, jangan sesudah tidur. Saya heran kalo setelah saya ngebacot panjang lebar, masih ada yang beranjak meninggalkan blog saya.

Ok, saya mau minum, tapi seberapa banyak kah porsi sedang itu?

Mungkin yang ini kamu agak kaget, karena ternyata porsi 'sedang' yang dianjurkan para ahli adalah 3-4 ekspesso dalam sehari. Menakjubkan! Karena sejauh ini saya hanya mampu meneguk 2 gelas ekspresso pahit dalam sehari.

Tapi kopi bisa menjadi tidak sehat karena kita berusaha menghilangkan pahitnya kopi agar kita pikir tetap bisa menikmati khasiatnya kopi. Tambahkan cream, whip, gula, caramel, dan kamu akan menemukan minumanmu lebih berkalori, berlemak, berkarbohidrat dan berkolesterol dari pada makan siangmu.