Obrolan Mei

Menengok blog gw lagi sama halnya seperti menengok rasa bersalah gw, sekaligus meyakinkan diri gw kalo waktu itu cepat sekali berlalu, seperti pernyataan retorik lainnya, rasanya baru kemarin posting terakhir, eh ternyata sudah selisih sebulan.

Apa saja yang gw alami sebulan ini?
Ini pertanyaan yang susah dijawab mengingat waktu berjalan cepat sekali buat gw. Kalo bisa diandaikan saat orang lain mengalami peristiwa seminggu penuh, gw merasa itu seperti dua hari. Agak lebay memang, tapi kalo lo pembaca setia blog gw, pasti itu bukan hal yang mengherankan buat lo.

Mungkin yang bisa gw ingat adalah pengalaman yag baru- baru ini terjadi, seperti gw masih terbawa emosi sehabis membaca bukunya Robert Harris, the Ghost Writer. Sudah lama gw gak membaca novel yang membawa emosi gw larut dalam kisah ini. Akan ada reviewnya.

Ada juga the Man Who Loved Books too Much, karya Allison Hoover Bartlett. Berbeda dengan buku yang pertama, buku ini merupakan kisah nyata yang disusun secara menarik. Kalo dalam jurnalisme ini dikenal sebagai Jurnalisme Sastrawi. Mugkin ini bibliografi yang ditujukan kepada para pencinta, bahkan maniak buku.

Selain buku gw juga memperoleh, bisa dibilang, hadiah yang menarik dari teman di milis. Hadiah tsb adalah sebuah gadget Google Nexus One! Yohhhoo like a dream come true! Berawal dari celetukan yang gak masuk akal yang berbuah kenyataan.

Tapi celetukan yang sama pada hari ini membawa gw pada sebuah pengalaman yang bisa dibilang buruk; buah dari terlalu banyak menggemakan lidah.

Berawal dari gw mencarikan ade gw yang paling kecil sebuah blackberry. Ini bisa dibilang hadiah atas kelulusan dia (akhirnya) dari SMU. Gak mudah mencarikan HP yang dia inginkan itu, mengingat tipenya yang terbilang lumayan lama. Kenapa gak beli yang baru?

Duit kakaknya gak cukup.

Ternyata diujung pencarian tsb duitnya harus terpakai untuk bayar uang masuk kuliahnya. Sebagai kakak yang baik gw harus menanggung sebagian uang kuliah ade gw, mengingat bokap gw sebentar lagi akan pensiun.

Namun yang tidak dinganya, saat duitnya terpakai ada teman yang mau lepas blackberrynya, walaupun tipenya di atas yang gw incer. Gw sebut lah sebuah angka yang seharusnya gak masuk akal dia terima. Gw iseng aja menyebut angka tsb, pikir gw gak mugkin diiyakan oleh temen gw ini. Tapi dasar orang kaya, pikirannya sulit ditebak kaum sudra, tawaran tsb diiyakan tanpa diduga-duga.

Giliran gw yang pusing setelah mendengar jawaban temen gw itu. Sebagai cowok gw gak bisa mundur dari kata-kata gw, tapi di sisi lain gw tahu bulan ini gw sudah terlalu boros ditambah pengeluaran-pengeluaran yang besar. Masih ada sisa duit, tapi perasaan menyesal dan bersalah telah menggemboskan pendatan bulan ini yang terus menghinggap.

Di sini gw belajar, dalam kondisi apapun juga kita gak bisa main-main dengan kata-kata kita, setidaaknya kata-kata kita harus bisa dipertanggungjawabkan kelak jika ada yang memperkarakannya.

Sekarang tinggal gw yang pusing.... ada yang mau beli diri gw?