Trip to Pujon

Tepat Senin minggu lalu gw berangkat ke Pujon. Belum pernah dengar? Gpp, lu gak ndeso kok. Bahkan GPS gw aja gak tahu itu kabupaten kordinatnya mana. Google earth jg gagal, yang ditunjukan cuma foto hutan rimba aja.

Pujon itu berada, gak jauh sih sebenarnya, kurang-lebih 100 km dari Palangkaraya. Cuma akses jalannya agak susah. 60 km sisa perjalanan ditempuh melalui jalan yang berbatuan dan menyebrangi beberapa anak sungai kecil. Actually sih ada 33 jembatan dan sungai yg gw lewati. Walaupun disebut jembatan tapi sebenarnya lebih mirip titian mobil. Bayangkan aja, susunan kayu yang menyerupai jembatan itu hanya bisa dilewati satu mobil di waktu bersamaan. Orang jalan aja susah.

Selain itu jalan menuju Pujon hanya bisa dilewati dalam dua kondisi, tidak hujan dan tidak gelap.

Tidak hujan; karena banyak lewati anak sungai, jadi kalo ada hujan dikit aja berarti banjir. Ok, sebenarnya gak dalam sih secara sungainya sudah mengalami pendangkalan akibat penambangan emas, cuma arusnya lumayan kuat. Jangankan mobil, rumah tembok aja banyak yang terbawa arus.

Tidak gelap; sudah gw singgung kalo ini daerah penambangan emas. Jadi orang yang lewat jalan tersebut ya kalo menuju Pujon pasti bawa uang untuk beli emas, kalo dari Pujon ya pasti bawa emas. Yang mana pun, mobil yang lewat pasti bawa harta, jadi kalo gelap pasti dirampok. Dari tiga kali gw ke sana, 2 X nya ada mobil yang dirampok. Yang pertama kijang supirnya dibunuh, yg ke dua kemarin, avanza dirampok plus dibakar. Udah mirip kayak di Simbabwe?

Gw berangkat dari Palangkaraya jam 10 pagi dan tiba di Pujon jam 2 siang. Kondisinya asik, gak terlalu panas seperti biasanya. Oh iya, walaupun listrik belum masuk di kabupaten ini, tapi hampir semua rumah di sini besar, bertembok dan memiliki TV, kulkas, bahkan hi-fi. Listriknya dari mana? Masing-masing rumah pake genset coy, dan sudah pasti berkali-kali lipat dibandingkan TDL kita.

Kabupaten ini gak besar, isinya cuma rumah penduduk yang berderet rapi, satu lapanghan bola, satu gereja, dan satu mesjid di dekat sungai. Ada juga bioskopnya loh! Tapi yang dimaksud bioskop di sini adalah ruang pertemuan yang tiap malam minggu disulap jadi ruang nonton layar tancap.

Kalo kamu tahu sungai kapuas (salah-satu sungai terbesar di Indonesia), nah salah satu hulu sungainya ya di Pujon ini. Letak geografi kabupaten ini berada di pebukitan namun gersang. Memang banyak ditemui pepohonan tapi bukan tanaman produktif. Mayoritas masyarakat di sini bekerja sebagai penambang emas. Katanya sih emas dari daerah ini terkenal karena kualitas dan karatnya yang bagus.

Tapi yang namanya nambang emas, apa lagi tambang rakyat, bisa dibilang untung-untungan. Gak setiap nambang dapatkan emas, atau mungkin dapat tapi gak seberapa. Padahal tiap kali nambang keluar duit untuk bahan bakar mesin dompeng (mesin untuk mengisap lumpur) dan untuk makan sehari-hari aja gak kecil loh. Kalo kamu mikir harganya kayak di Jakarta emang gak seberapa, masalahnya hidup di sana mahal.

suasana salah-satu sudut kabupaten Pujon

Parkiran mobil Rp5000! Kalah-kalah Sency kan. Indomie telor Rp25.000! Gw buka warung di sana bisa jadi jutawan deh. Belum lagi seperti kebanyakan kabupaten di Kalimantan, gak ada SPBU. Harga seliter solar saat kemarin Rp17.000! Jadi hanya orang yang memiliki keteguhan hati dan mental baja aja yang dapat menjadikan nambang sebagai pekerjaan sehari-hari.

Gw sendiri selama kerja di sana nginapnya di rumah penjaga site BTSnya, soalnya penginapan di sana gak ada (jelas, siapa yang mau berlibur ke tempat begitu??). Yang lucu pas gw tanya kamar mandinya di mana. Terus yang punya rumah nunjuk ke belakang. Pas gw sampai belakang yang ada tepian sungai di tengah hutan rawa yang gelap gulita. Jadi lah gw mandi berasa kayak tarsan, back to nature. Dengan bermodal sempak mandi di alam terbuka. Habis mandi gw masuk angin.

bagian belakang rumah, tempat gw mandi

Keesokan paginya pas gw ke belakang, gw baru sadar, ternyata gw mandi di tempat cuci piring dan mereka punya WC....

Yang menyeramkan gak hanya dari lingkungan dan harga barang-barang yang seenak jempol kaki mereka, tapi juga dari kerusakan mesin yang gw hadapi. BTS di Pujon full genset karena listrik belum masuk. Gensetnya sebenarnya ada dua, tapi selama beberapa bulan terakhir ini yang berjalan hanya satu mesin.

Sampai sekarang pun gw masih belum tahu apa penyebabnya. Bayangkan aja genset tsb sudah dalam posisi off tapi tiap kali dipasang accu mesinnya nyala!

Bagus dong Joe kalo nyala?

Nah masalahnya kalo sekedar nyala aja gpp, ini biar kunci starter posisi off dan batre/accu nya dilepas mesin tetap aja nyala!! Dapat tenaga dari mana coba?!

Menambah seremnya tuh mesin, kalo gensetnya mati sinyal BTSnya on (ya mungkin karena cadangan daya di batre BTS), TAPIIII... kalo gensetnya nyala sinyal BTSnya faulty! *garuk-garuk tiang BTS*

menara BTS yang aneh bin ajaib

Setelah menempuh waktu yang panjang menelusuri tiap kabel yang kayak akar beringin itu (apesnya tuh ATS masih menggunakan contactor analog jadi trace-nya non computing - eh kamu jg gak ngerti ya, pokoknya intinya mah lebih susah) akhirnya didapat modul control pannel-nya yg konslet. Wah seneng bangat! Kaya ketemu pacar yang hilang di mall aja. Eh gak deng, ketemu pacar di mall pasti disuruh bawa belanjaan.

Masalahnya ini gak bisa diperbaiki melainkan harus replace hardware, jadi memang harus keluar hutan. Untuk sementara genset di bypass aja biar nyala.

Akhirnya gw balik Palangkaraya setelah lapor ke user-nya. Cumaaa... belum ada mobil gw sampai palangkaraya, dapat email dari Jakarta kalau BTS Pujon faulty LAGIII!! *siapin bensin buat bakar BTS*

Hari sudah gelap kalo mau balik lagi, dan gw sudah pusing kalo mau balik lagi ke sana, jadi gw putuskan aja buat balik ke Banjarmasin.

Minggu paginya dapat kabar dari Indosat, mesinnya sudah hidup. Gw telpon ke penjaga site BTS, katanya mesinnya memang mati tapi nyala sendiri *desperate*

Isi laporan kerja gw di BTS Pujon: Mohon tumbal untuk BTS ditambah.

untitled

"Jadi bagaimana ya, Ca?"

"Yudaaaa..... kok lu bego bangat sih?? Biasanya lu paling pinter kalo nebak pikiran orang?!"

Ah benar juga.... Mungkin ini sebabnya orang suka bilang lebih mudah menasehati orang lain dibanding menasehati diri sendiri.

Sebenarnya gw mau cerita lengkapnya di sini, cuma itu berarti melanggar ikatan perjanjian antara gw dengan blog ini, Gw sudah pernah berjanji gak bakal ngomongin soal cinta di blog gw, itu sama tabunya seperti ngomongin sex di gereja. Kadang-kadang memang kita membicarakan sex di gereja, tapi tidak sama motifnya saat kita ngomongin hal tsb di room BB17; dan memang sangat gak kontekstual, tapi tolong maklumi, gw lagi bingung.

Sesekali gw pernah ngomongin cinta, tepatnya 2X, dengan title Saat Joe Ngomong Cinta dan Saat Joe (Kembali) Ngomong Cinta. Tapi itu gak merujuk kepada sso seperti kali ini.

"Ya memang bukannya gitu, Ca? Kita lebih mudah saat ngomong dibanding saat mengalaminya sendiri? Lagian kan psikologi itu untuk anda bukan untuk saya"

"Iya sihh... Terus lu sudah hubungi lagi?"

Bercanda nih Ica! Gw bukan sudah, tapi sering menghubunginya setelah peristiwa itu, tapi diacuhkan. Ok, gw sadar saat itu gw masih setengah hati. Gw memang sudah lama mengenal dia, tapi baru akhir-akhir ini tertarik. Gw tertarik tapi gw ragu. Gw punya, anggap lah, sebuah trauma dalam menjalani hubungan. Gw pernah pacaran beberapa kali dan gw sadari selama gw menjalin hubungan yang gw cari adalah kesalahan, kejelekan, untuk membuktikan gw punya alasan untuk putus.

Aneh?

Mungkin, tapi gw merasa selalu kurang dan tidak pernah lengkap. Itu sebab utama gw masih menjomblo sampai sekarang. Gw sudah pernah jalani hubungan yang terlalu sempurna untuk putus. Jadi saat hubungan tsb hancur.... ah sudah lah, gw gak cocok ngomongin cinta di sini.

"Ehm lu coba aja langsung minta maaf soal itu ke dia, Yud"

"Maaf? Kan belum tentu dia menyimpan hati untuk gw?"

"Bego! Itu mah sudah pasti"

Aihh kalo gw pintar gw sudah menemukan beberapa penemuan yang berguna bagi umat manusia. Gw juga bingung, kenapa gw gak bisa melihat apa yang biasanya bisa gw lihat dari seorang. Dari sanakah munculnya idiom 'Cinta itu buta?' Suck! I don't believe love. Entah kenapa gw tersinggung kalo dibilang jatuh cinta, merasa terhina.

Sebenarnya terlalu naif kalo kita gak tahu, mungkin sebenarnya kita tahu, sangat tahu malah, tapi kadang kita terlalu takut berharap sesuatu yg bagus - terlalu bagus, untuk terjadi. Mungkin karena kita bukan anak kecil lagi yang sadar tidak semua hal yang menyenangkan dan inginkan akan kita dapatkan. Justru sebaliknya, semakin kita berharap semakin kita dikecewakan.

Itu sebabnya kita lebih mudah mengacuhkan pengharapan dibanding berusaha mengejar pengharapan.

Ternyata kekecewaan itu membuat putus asa dan putus asa membuat kita berhenti berharap...

Beruntung kekecewaan itu bukan suatu permainan dadu hidup tapi sesuatu yang bisa dipilih. Kita bisa memilih untuk kecewa atau untuk terus berharap. Kekecewaan itu pilihan.

Dan saat ini gw rasa hati gw mulai terbuka untuk mulai berharap, berharap sesuatu yang baik, bahkan yang terlalu baik karena sering kali hidup memberikan kita kejutan dengan sesuatu yang melebihi harapkan kita.

"Terus apa yang sudah lu lakukan?" Ribka menyadari gw dari lamunan singkat.

"Oh, gw akan ajak dia nonton lagi"

"Tapi kan dia gak jawab?"

"Itu nanti akan gw pikirkan lagi, yang penting kali ini gw maju aja dulu hehe..."


Hati gw yang girang membuat badan gw sedikit menghangat di bawah guyuran hujan malam. Terlalu cepat memang untuk bilang ini 'love' dan terlalu suck, tapi gw coba jalanin aja dengan hati terbukan.

Saat gw tiba di depan rumah, bokap gw lagi ngobrol dengan seseorang. Ternyata dia.