Selamat Natal 2011!

Tanpa terasa, sudah ke lima kalinya blog ini menulis dan mengucapkan Natal kepada pembacanya. Tahun ini menjadi tahun yang hebat dan punya kisahnya sendiri dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selama lima tahun berjalan, tahun ini merupakan tahun paling sedikit saya ngeblog. Setidaknya di blog ini. Walau demikian tahun ini saya punya beberapa web, komunitas, dan menemukan sahabat-sahabat baru. Tahun ini saya sadar betapa hebatnya power of community, dan power of social media.

Android Killing Field, is it true?

Beberapa waktu lalu ada topik menarik di milis. Judul subjectnya 'killing field'. Karena email tersebut muncul pada topik yang kurang relevan sebenarnya, sehingga tidak banyak yang mereplay. sepertinya...

Kira-kira begini isi emailnya:

Bukannya sekarang tiap vendor kenceng2an spek masing2 ya? Tanpa menonjolkan keunggulan dari android itu sendiri. Terimanya android yang udah jadi dari sananya, paling dimodif dikit dengan ui khas masing2. Ada liat samsung pasang iklan dengan menonjolkan kemampuan atau kebisaan android seperti google voice dll?
Masing2 mau menonjolkan kelebihan produk handsetnya,bukan Androidnya..
Liat ga trendnya di android itu nyari prosesor yang paling tinggi angkanya? Buat apa?
Gua ngikutin android cuma sampe desire hd. Abis itu ga sanggup lagi. Bahkan sekarang kalo gua pake desire aja udah dianggap so yesterday. Gua pake iphone 4 udah setaon...dan masih tetep iphone 4 dengan segala kemampuannya. Dengan segala kehebatannya,dan dengan segala kekurangannya
Tetep stabil harganya,tetep diminati orang. Sekarang gua masih ada nexus one brand new in box. Mau dihargai berapa? Padahal ga butut loh. Bukannya nexus one jadinya udah dibunuh sama tipe yang lain ya?
Sekarang ada teknologi Siri di iOS,dan semua langsung mencibir serta sibuk...ah itu kan udah ada di android... Sama seperti facetime, siri akan booming dan berguna bagi pengguna iOS. Gak seperti google voice yang bahkan temen2 gua yang jago2 android gak pernah sentuh sama sekali....
Itu killing field yang gua maksud.


Part of Dead (bagian 2)

(sambungan dari sini)

Malam itu saya sedang merenung mengenai kematian. Mengenai misteri dibaliknya dan tertidur. Setengah tiga, sebuah telpon berdering berkali-kali di kamar sebelah. Setengah jam kemudian orang tuaku keluar dari rumah menuju Handil Bhakti. Pesannya, istri pak Tedja masuk UGD. Saya kembali jatuh terlelap.

Pk 6.30, ayah saya berdiri di samping ranjang. Wajahnya kusut, persis kalau ia lagi tidak ada uang. "Istrinya pak Tedja meninggal dunia...". Spontan saya bangun dengan mata hampir keluar. "You must be kidding, dad!"

Part of Life (bagian 1)

Namanya Tedja Ayub (nama samaran), salah-satu jemaat di gereja lokal saya. Sudah pernah saya bercerita mengenai dia di twitter, bagaimana kagum bahwa ada seorang manusia yang diuji beban hidup melebihi kemampuan yang pernah saya tahu.

Dia termasuk dari keluarga Dayak yang cukup terpandang, masih keluarga dengan Teras Narang, gubernur Kalimantan Tengah dua periode. Beberapa tahun lalu ditipu oleh (oknum) bank Swasta nasional. Singkat cerita dia berhutang sampai 10 milyar. Walaupun demikian dia bukan pengusaha, hanya seorang peternak dan penjual daging dengan omset sekitar 10juta per bulan. Bekerja selama 10 tahun dengan menyetor semua penghasilannya saja baru genap 1,2 milyar. Artinya dia perlu bekerja sekurang-kurangnya 90 tahun untuk dapat melunasi hutangnya. Seharusnya kalau dia mau lari atau menolak membayar bisa saja dilakukan, karena ini bukan sepenuhnya kesalahan dia. Herannya oknum tsb hanya di pecat oleh bank, dan tetap menagihkan ke pak Tedja. Benar! Saya pun berpikir dia bodoh.

Selamat Ulang Tahun untukmu Pancasila

Apa arti Pancasila untukmu? Atau mungkin kita sudah lupa apa saja isi Pancasila itu.

Mungkin sudah waktunya merenung kembali makna Pancasila untuk kita, para pemuda Indonesia.

5 Reasons Smartphone Camera Better Than Digicam





Dulu gw termasuk orang yang konservatif. Gw gak suka konvergensi gadget. Itu alasan gw selalu pakai casual bag saat pergi ke mana-mana, sampai sekarang (jadi bukan karena gw dulu mantan tukang kredit ya). Isinya? Mulai dari iPod, hanphone, gps, buku, sampai digicam *kok bawa GPS segala??* Maklum, gw di Jakarta jg sering nyasar.

Back to topic. Gw berpikir kamera hanphone itu hanya untuk sekedar aksesoris saja, nilai tambah yg sebenarnya gak ada nilainya, selain sekedar menambah deretan fitur HP tsb. Karena secanggih-canggihnya camera hanphone, pasti digicam akan lebih canggih lagi.

Namun setelah gw kenal android dan menggunakan android, stigma gw dipatahkan mentah-mentah. iPhone4 jg bagus, sayang belum ada yg bersedia ngasih *mental gratisan*.

Happy New Year!

Akhirnya gw menemukan tempat pengasingan diri (disaat semua tempat berlomba-lomba segera menutup toko mereka) untuk menunggu waktu pergantian tahun; cafe Excelso Duta Mall. Memang ini tempat paling rasional di Banjarmasin dan jika kamu dari Jakarta tiba di Banjarmasin tanpa kenal satu orang pun di Banjarmasin, gw sarankan kamu berkunjung ke Excelso Duta Mall. Karena kebanyakan pengunjung tetapnya orang Jakarta yg nasibnya sama dengan kamu - terdampar di sini.

Berbeda dengan suasana di jalan raya yang mulai riuh dengan suara trompet, petasan dan iring-inginan kendaraan bermotor, di sini hanya 3-4 meja yg terisi. Suasana lengang, diselingin musik bernuansa jazzy dan aroma kopi bikin tempat ini jadi terasa lebih nyaman. Coba seandainya tempat ini buka sampai dini hari, pasti akan gw habiskan malam tahun baru di sini.

Di tempat yg sepi begitu??