Sudah seharusnya seseorang belajar dari pengalaman hidupnya, dan bagi orang yang pintar, dia akan belajar dari pengalaman orang lain. Tapi tidak semua pengalaman orang lain menyenangkan untuk dipelajari. Ada kalanya pengalaman tersebut, ehm sulit.
Beberapa hari yang lalu saya menerima telpon dari nomor +9665443247**
penelpon: halo, bisa bicara engan Fian?
saya: oh maaf mas salah sambung.
penelpon: gak, saya mau bicara dengan Fian
saya: iya mas, tapi tidak ada yang namanya Fian
penelpon: kalo begitu Anton aja
penelpon: ini penting.
'klik'
Bagian mana sih dari 'salah sambung' yang tidak dia mengerti? Atau mungkin dia pikir kalo ganti nama orang yang dicari, bisa jadi tidak-salah-sambung.
Beberapa saat telpon berbunyi kembali. Nomor yang sama.
penelpon: ini dari Mekah. Penting!
penelpon: bla... bla... bla... bla... (sudah diterjemahkan dari bahasa arab)
saya: mualaikum salam mas...
Seharusnya dia belajar, masih ada 30% orang Indonesia yang sama sekali tidak mengerti bahasa Arab, kecuali mualaikum salam.
See?? Itu makanya saya jarang bisa belajar dari orang lain. Mungkin kurang sabar, atau mungkin juga saya terlalu bego untuk belajar dari orang lain. Atau bisa jadi saya tidak berbakat menjadi orang pintar. Akhirnya saya berpikir kembali, jika tidak bisa menjadi orang pintar, setidaknya saya harus menjadi orang kebanyakan, belajar dari pengalaman sendiri. Berbeda dengan belajar dari orang lain, belajar dari diri sendiri membutuhkan ketekunan, ketabahan dan ugh daya tahan untuk menghadapi penderitaan.
Beberapa hari yang lalu saya baru saja membeli sebuah buku, salah-satu bukunya David Sedaris. Hampir semua buku-bukunya menggondol bestseller, bahkan internasional bestseller. David Sedaris ini orang berbakat dalam menulis buku-buku yang mengocok perut, bahkan disebut-sebut penggantinya Woody Allen atau Oscar Wilde.
Dengan gairah, nafsu dan birahi tinggi (tolong sebelumnya bagi yang masih dibawa umur membaca blog ini, harap didampingi oleh orang tuanya.disclaimer) saya menyerbu Aksara bookstore terdekat - yang sebenarnya 8 km kalo ditempuh dari apartemen saya.
Awalnya judul buku yang saya cari habis, akhirnya saya cari bukunya David yang lain. 'mau dibungkus mas?' Gak usah, mau langsung dibaca mba. Akhirnya saya buka buku tersebut sambil senyum-senyum najong. lalu berlanjut ke halaman berikutnya. Masih dengan senyum najong. Lalu halaman berikutnya, lalu berikutnya. Sepuluh halaman kemudian saya ngakak, gede bangat. Sumpah gw gak ngerti!!
Untungnya gak ada orang yang baca buku ini di samping saya. Mungkin kalau ada, itu orang sudah terbahak-bahak dari halaman pertama. Terus di halaman ke empat lebih terbahak-bahak lagi. Selagi dia terbahak-bahak, dia melihat keheranan ke arah saya. Ehm sori gigi gw lagi sakit jadi gak bisa ketawa lebar-lebar he... he... he...
Saya belajar, sebenarnya tidak ada yang salah dengan selera humornya David Sedaris. Yang salah adalah orang yang membacanya, sori tepatnya orang sok-sok mau membacanya.
Dengan penuh ketabahan, masih mencoba mencerna bukunya om David, saya habiskan waktu seharian di Take a Break, berdua dengan Richard. Ow iya, kalian sudah baca kan posting tentang dia? Hehe tunggu foto-foto yang lain ya. Selagi Richard asik inet, dan saya sekarat bersama David, telpon berbunyi. Halo... ow, ok... bagaimana... ow ok, ok... Bye. Setelah menutup telpon saya langsung bergegas mengambil dompet dan HP. "Mau ke mana kak?". Mau jalan sama temen, jawabku tergesa-gesa. "Tunggu dulu kak!". Ade gak bisa ikut, potong saya. "Bukan itu, kak belum bayar duit kopi. Gw gak mau bayar, gak ada duit!".
Setengah jam kemudian, saya masuk ke cafe. Cafe yang sama. "Loh, gak jadi pergi kak??". Ditinggal. "Kenapa basah kuyup begitu??" Karena kakak baru belajar, sekencang-kencangnya berlari menembus hujan lebat dengan angin kencang tidak akan membuatmu tetap kering. Sedikit pun tidak. Dan setelahnya adik gw ketawa dengan biadab bangat di sudut ruangan. Asem!
Terkadang otak yang kita memiliki cara 'berjalan' yang lebih cepat dari pada indra kita. Tidak jarang pengalaman yang kita ceritakan kembali sebenarnya sudah jauh dari faktanya, karena banyak opini yang menjadi bumbu cerita kita.
Contohnya dua malam yang lalu, selagi saya sedang mengetik, TV saya sedang menyiarkan berita. Saya lupa tepatnya apa nama liputannya, tapi yang bisa saya pastikan, berita tersebut di MetroTV. Kira-kira begini bunyi beritanya, "...terjadi pembunuhan di desa tegal. Korban diduga dianiaya terlebih dahulu sebelum di bunuh dan dirampas harta bendanya. Tersangkanya tukang krupuk yang masih teman korban, yang berprofesi sebagai tukang nasi goreng..."
Dan tebak apa yang disimpulkan benak saya, '...terjadi pembunuhan oleh tukan krupuk. Korban dianiaya dan dibunuh dengan jalan mulutnya disumpel pake krupuk sampai megap-megap dan akhirnya mati kehabisa nafas. Terus harta tukang nasi goreng; wajan, kecap manis, piring dan gelas, di angkut tukang krupuk yang selama ini iri karena hanya bisa berjualan krupuk...'
Pesan moralnya, jangan terlalu cepat beropini, apa lagi jika kamu memiliki otak sama besar dengan saya.
Happy sunday guys ^^
Richard Pemegang Rekor Keluarga
Karena adanya permintaan dari salah-seorang pembaca blog ini, maka posting kali ini mengenai Richard, adik nomor duaku. Kalo kamu pembaca blogku, kamu pasti sering menjumpai nama Richard di posting-postingku. Bukan, Richard bukan pasangan homo saya, melainkan adik kedua dari lima bersaudara. Lahir Oktober 1986 di Makasar dengan nama lengkap Richard Nicolas Pringgodigdo. Saya sebenarnya agak heran dengan orang tuaku. Sudah tahu sekeluarga tidak bisa melafalkan huruf 'R' dengan baik, tapi kenapa banyak ajah huruf R di nama anak-anaknya?
Kembali ke Richard. Kenapa saya dekat dengan Richard, karena selama karier saya merantau dan tinggal jauh dari orangtua, Richard ini lah yang selalu menemani saya. Entah dosa apa dia harus selalu bersama saya. Jadinya kami banyak berbagi waktu dalam kehidupan.
Dengan tinggi 168 cm dan bobot 68kg (kalo lagi lapar.red), dia terlihat kontet dengan perut tambun mehehe. Tapi yang harus saya akui, dengan terpaksa, dia lebih tampan dibanding sodara-sodaranya yang lain. Kentang.
Memiliki
Tidak ada perabotan atau keramik yang bertahan lebih dari seminggu di rumah, kalo tidak dijadikan mainan dan berakhir menjadi kompos. Tapi Richard punya cara tersendiri untuk membuat orangtuaku bangkrut.
Kata orang, kalo anak punya dua ubun-ubun, pasti bandel sekali. Nah kalo Richard tidak hanya dua, tapi tiga ubun-ubun dan satu puser! Walaupun dia mirip tuyul, tapi dia masih punya puser. Jadi tenang kamu tenang aja.
Sewaktu kecil Richard tidak mengerti bahasa manusia. Jadi kalo dibilang bermain batman-batmanan (dengan sarung bokap sebagai sayap) dan lompat dari ketinggian 4meter itu berbahaya, maka dia tidak akan mengerti sampai kepalanya harus dijahit enam jahitan. Atau saat dibilang memasukan jari ke dalam mesin kapal yang berputar itu berbahaya, maka dia tidak akan paham sampai jarinya putus.
Dan saat dibilang jari yang putus bukan buat mainan untuk menakuti teman-teman perempuan di TK, dia tidak dengar itu sampai jarinya lepas dan menggelinding hilang. Oh Tuhan, mahluk apa yang kau ciptakan ini??
Di keluargaku, dia memecahkan rekor jumlah perolehan masuk RS paling banyak dalam setahun. Bahkan rekor dia 100 hari dalam setahun. Bukan 100 hari masuk RS, tapi 100 hari dalam setahun bisa sekolah. Sisanya, dihabiskan di RS atau dirawat jalan di rumah.
Bekas luka di kepalanya, bahkan ditubuhnya lebih banyak dari yang bisa dihitung. Sampai dokter keluarga kami pun sudah bosan karena sangkin seringnya Richard nongol di RS, lebih sering dari istrinya sendiri.
Bahkan di RS dia memecahkan rekor sadar tercepat selama RS itu berdiri. Ditengah jahitan ke dua dari total enam jahitan di bagian kepalanya, dia tersadar dari biusnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali, dan menatap sang dokter. "Suster!!!! Kenapa anak ini masih bisa sadar??!!! Bius dia sampai lusa!!!".
Setelah dia beranjak dewasa, kedisfungsional untuk mengerti bahasa manusia masih berlanjut. Hanya saja dengan cara yang berbeda. Walaupun dia berbeda diantara kami berempat, tapi satu yang menyakinkan kami bahwa dia anak kandung orangtuaku adalah kemampuan tidurnya yang diturunkan secara genetis oleh bokap.
Saat gw nyetir ditemani dia.
Gw: Cad, gak tidur?
Richard: gak. Gw nemanin kakak.
Gw: Ow gitu. Habis biasanya kan mobil belum jalan aja loe sudah tidur.
Rcihard: gak lah
Gw: Wah baik juga ya kamu de. Btw ini lewat mana yang enaknya? Kalo lewat Sudirman kena 3 in 1, kalo lewat Senayan macet. Baiknya enak mana ya Cad?
Richard: "........"
Gw: ada ide gak?
Richard: "........"
Gw: Kok diam??
Gw: Cad? cad?
Ternyata dia sudah tidur dengan suksesnya. Rekor tercepat dia yang pernah gw itung adalah 46 detik dari dia terakhir berbicara sampai akhirnya tertidur.
Walaupun demikian, dikeluargaku hanya dia saja yang mendapat kesempatan untuk menjadi artis, walaupun banyak tawaran yang ditolak karena doi merasa malu mehehe. Awas, ada malu di awal tiada malu diakhir. Ini dibuktikan dengan hobinya 'lupa mengancing' resleting celananya. Tidak jarang saat dijalan, orang senyum-senyum ke arahnya, dia malah senyum najong keGRan. Setiba di rumah baru disadari aibnya. Setidaknya itu membuktikan kepada orang tua yang sering menasehati anaknya untuk pake celana, bahwa 'burung' gak akan terbang kok tante walaupun celana tidak dikancing.
Segitu dulu untuk Ricahard. Setelah mendengar tentang Richard, biar ini menjadi rahasia di antara kita saja ya, jangan sampai dia tahu mehehehe.
Ps. Sungguh nista kakak yang membuka aib adik sendiri hehehe.
Labels:
ngeblog
Cafe Club
Ah, tidak habis tempat hangout di Mediterania Tanjung Duren Raya ini. Setelah Take_a_break, kali ini giliran Cafe Club yang menjadi tujuan penyatronan dalam berburu wifi gratis. Sebenarnya sudah beberapa kali kaki ini ingin melangkah masuk, sayangnya posisi yang terletak di sisi kanan Mediterania I ini lah yang membuat tempat ini sering terlewatkan.
Sewaktu memasuki cafe ini, kesan pertama dalam benak saya, Starbucks aja kalah boo!! Dari sekitar 11 meja yang di sediakan, delapan meja terisi dengan minimal satu laptop di atasnya, bahkan satu meja ada yang empat laptop. Kebanyakan berlogo apel. Gila, sepertinya dreass code cafe ini macbook! Bepata sofisicated-nya cafe ini, pikirku. Pasti koneksi di sini di atas rata-rata sehingga ramai begini.
Untuk memilih meja saja saya sempat dibuat bingung. Pasalnya kesebelas meja (dan satu meja bar) memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Ada yang bundah dilengkapi sofa. Ada juga yang berkursi malas dengan lampu gantung yang rendah. Akhirnya saya memutuskan untuk duduk di meja persegi tinggi, dengan sandaran tinggi. Kurang nyaman sih, soalnya posisi pantat agak terbenam ke dalam kursi.
Ternyata cafe ini dibuat, atau setidaknya pemiliknya merupakan penggila kopi. Berbagai macam kopi ada dalam daftar menunya dengan titel coffee club. Setelah membolak-balik beberapa kali daftar menu tersebut, saya memutuskan memilih Italiano Machiato dengan sepiring pancake maple.
Sambil menunggu pesanan, saya melayangkan mata menjelajah ruangan cafe ini. Dengan meja dan kursi berbagai bentuk dan ukuran, menciptakan suasana yang homey, alias seperti di rumah sendiri. Setiap orang mendapatkan meja yang sesuai dengan pilihannya, dan berbeda dengan meja lain. Meja-meja tersebut dikhususkan sedemikian rupa agar sesuai dengan mood pengunjung. Misalnya meja yang saya pilih sebenarnya untuk makan hidangan berat. Sedangkan beberapa sofa set, seperti yang biasa kita jumpai di ruang tamu kita, dikhususkan untuk ngbrol dan bersantai bersama teman.
Meja barnya mengingatkan saya pada satu cafe di Kuta, Bali. Nuansa westernya kental dengan mesin pembuat kopi serta beberapa brista ikut bercengkramah dengan pengunjung. Ornamen yang digunakan pada dinding didominasi cermin besar. Beberapa gambar berpigura pun menghiasi dindingnya. Wait, wait, ternyata bukan sekedar gambar, melainkan hasil jepretan foto! Baru saya sadari di salah-satu sudut ruangan terdapat tripot dan blitz gun. Damn, pantas aja di sini banyak macbook dan SLR berserakan di atas meja. Sepertinya juga mereka saling kenal. Tidak heran kalo cafe ini club-nya para fotografer, setidaknya pemiliknya pastilah seorang pencinta kopi dan fotografer, hingga menuangkannya dalam konsep cafenya.
Akhirnya pesanan saya datang. Saya kurang tahu maksud machiato di Starbucks apa, tapi sepengetahuan saya - tentunya jika masih up to date, bahwa yang dimaksud machiato adalah campuran antara espresso dengan susu 5:1 dan biasanya disajikan dalam gelas mungil. Dan kalau namanya Italiano, seharusnya menggunakan kopi impor dari sana. Ternyata dugaan saya tidak keliru. Memang kopi-kopi di sini didatangkan dari luar (walaupun peramusajinya keberatan memberitahukan mereknya).
Tidak sabar saya mencicipi kopinya. Damn! Enak ajah!!Pahitnya tidak tajam dan tetap terasa gurih dari susunya. Decay time-nya short dan tidak seperti kopi Indonesia yang asam. Hanya saja agak kuat (kata agak menerangkan rasa malu mengakui), karena sampai sekarang saya belum bisa tidur. Harganya pun murah! Edan!!
Berbeda dengan pan cake-nya, rasanya buruk. Terlalu kering, dan bisa saya tebak wajannya terlalu panas. Adonannya pun kurang lembut. Yang masih belum saya mengerti adalah sirop maple yang dituang ke piring, bukan ke atas adonan. Apa makan pancake-nya sambil jilatin piring ya? Sungguh saya tidak mengerti.
Semakin lama saya berada di sana, semakin saya sadar, bahwa laptop yang digunakan di sana bukan untuk ber-wifi, karena terus-terang koneksinya lambat. Memang yang saya perhatikan, kebanyakan yang datang ke sana bukan untuk berinternet. Misalnya cowo di depan saya, dia menggunakan G4-nya untuk mengedi ribuan foto di foldernya. Atau grombolan pengguna macbook hitam di belakang saya yang sepertinya sedang mengetik presentasi kuliah, begitu juga dengan dua cewe yang duduk di tengah.
Selain itu, walaupun sirkulasi udaranya lebih baik dari pada Take a Break, ternyata berlama-lama di ruangan berasap rokok bukan pilihan yang bijak bagi kesehata dan bau badan. Ah, di mana ya hak untuk mendapatkan udara bebas asap rokok dijunjung tinggi?
Sooo....
Rasa-rasanya internet yang lamban, kuliner yang 'standar' serta asap rokok menjadi penilaian yang buruk di mata saya. Walaupun saya pencinta kopi, tapi kopi saja tidak akan cukup untuk membuat kita berlama-lama kan? Rangkin B buat Cafe Club.
Sewaktu memasuki cafe ini, kesan pertama dalam benak saya, Starbucks aja kalah boo!! Dari sekitar 11 meja yang di sediakan, delapan meja terisi dengan minimal satu laptop di atasnya, bahkan satu meja ada yang empat laptop. Kebanyakan berlogo apel. Gila, sepertinya dreass code cafe ini macbook! Bepata sofisicated-nya cafe ini, pikirku. Pasti koneksi di sini di atas rata-rata sehingga ramai begini.
Untuk memilih meja saja saya sempat dibuat bingung. Pasalnya kesebelas meja (dan satu meja bar) memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Ada yang bundah dilengkapi sofa. Ada juga yang berkursi malas dengan lampu gantung yang rendah. Akhirnya saya memutuskan untuk duduk di meja persegi tinggi, dengan sandaran tinggi. Kurang nyaman sih, soalnya posisi pantat agak terbenam ke dalam kursi.
Ternyata cafe ini dibuat, atau setidaknya pemiliknya merupakan penggila kopi. Berbagai macam kopi ada dalam daftar menunya dengan titel coffee club. Setelah membolak-balik beberapa kali daftar menu tersebut, saya memutuskan memilih Italiano Machiato dengan sepiring pancake maple.
Sambil menunggu pesanan, saya melayangkan mata menjelajah ruangan cafe ini. Dengan meja dan kursi berbagai bentuk dan ukuran, menciptakan suasana yang homey, alias seperti di rumah sendiri. Setiap orang mendapatkan meja yang sesuai dengan pilihannya, dan berbeda dengan meja lain. Meja-meja tersebut dikhususkan sedemikian rupa agar sesuai dengan mood pengunjung. Misalnya meja yang saya pilih sebenarnya untuk makan hidangan berat. Sedangkan beberapa sofa set, seperti yang biasa kita jumpai di ruang tamu kita, dikhususkan untuk ngbrol dan bersantai bersama teman.
Meja barnya mengingatkan saya pada satu cafe di Kuta, Bali. Nuansa westernya kental dengan mesin pembuat kopi serta beberapa brista ikut bercengkramah dengan pengunjung. Ornamen yang digunakan pada dinding didominasi cermin besar. Beberapa gambar berpigura pun menghiasi dindingnya. Wait, wait, ternyata bukan sekedar gambar, melainkan hasil jepretan foto! Baru saya sadari di salah-satu sudut ruangan terdapat tripot dan blitz gun. Damn, pantas aja di sini banyak macbook dan SLR berserakan di atas meja. Sepertinya juga mereka saling kenal. Tidak heran kalo cafe ini club-nya para fotografer, setidaknya pemiliknya pastilah seorang pencinta kopi dan fotografer, hingga menuangkannya dalam konsep cafenya.
Akhirnya pesanan saya datang. Saya kurang tahu maksud machiato di Starbucks apa, tapi sepengetahuan saya - tentunya jika masih up to date, bahwa yang dimaksud machiato adalah campuran antara espresso dengan susu 5:1 dan biasanya disajikan dalam gelas mungil. Dan kalau namanya Italiano, seharusnya menggunakan kopi impor dari sana. Ternyata dugaan saya tidak keliru. Memang kopi-kopi di sini didatangkan dari luar (walaupun peramusajinya keberatan memberitahukan mereknya).
Tidak sabar saya mencicipi kopinya. Damn! Enak ajah!!Pahitnya tidak tajam dan tetap terasa gurih dari susunya. Decay time-nya short dan tidak seperti kopi Indonesia yang asam. Hanya saja agak kuat (kata agak menerangkan rasa malu mengakui), karena sampai sekarang saya belum bisa tidur. Harganya pun murah! Edan!!
Berbeda dengan pan cake-nya, rasanya buruk. Terlalu kering, dan bisa saya tebak wajannya terlalu panas. Adonannya pun kurang lembut. Yang masih belum saya mengerti adalah sirop maple yang dituang ke piring, bukan ke atas adonan. Apa makan pancake-nya sambil jilatin piring ya? Sungguh saya tidak mengerti.
Semakin lama saya berada di sana, semakin saya sadar, bahwa laptop yang digunakan di sana bukan untuk ber-wifi, karena terus-terang koneksinya lambat. Memang yang saya perhatikan, kebanyakan yang datang ke sana bukan untuk berinternet. Misalnya cowo di depan saya, dia menggunakan G4-nya untuk mengedi ribuan foto di foldernya. Atau grombolan pengguna macbook hitam di belakang saya yang sepertinya sedang mengetik presentasi kuliah, begitu juga dengan dua cewe yang duduk di tengah.
Selain itu, walaupun sirkulasi udaranya lebih baik dari pada Take a Break, ternyata berlama-lama di ruangan berasap rokok bukan pilihan yang bijak bagi kesehata dan bau badan. Ah, di mana ya hak untuk mendapatkan udara bebas asap rokok dijunjung tinggi?
Sooo....
Rasa-rasanya internet yang lamban, kuliner yang 'standar' serta asap rokok menjadi penilaian yang buruk di mata saya. Walaupun saya pencinta kopi, tapi kopi saja tidak akan cukup untuk membuat kita berlama-lama kan? Rangkin B buat Cafe Club.
Labels:
ngeblog
AW, King of Play Boy
Kalo ada orang yang paling santai yang pernah saya kenal, itu sudah pasti abang sepupu saya. Dia orang dengan tempramen 95% sanguin, apesnya 5% adalah plegmatis.
Kalo saya paling cepat butuh 10 menit untuk akrab dengan orang baru, maka doi ini paling lama butuh waktu 55 detik untuk akrab dengan orang baru. Tidak heran teman-teman ceweknya banyak, dan tidak ada pesta tanpa doi.
Bicara mengenai teman ceweknya, tidak ada batasan usia, alias dari berbagai kalangan usia. Dari anak ABG sampai mahasiswa. Sori kalo ternyata ada juga tante-tante. Moto pria bernama Michael Arthur aka 'AW' aka 'si AW Raja Chating' (pernah dengar lagu dengan titel demikian? Itu lagu sebenarnya untuk doi, hanya saja namanya di ganti) ini adalah memperhatikan cewek orang lain. Masih kata dia, lebih enak memperhatikan cewek orang lain, dari pada cewek sendiri. Alasannya karena saat itu dia belum punya pacar. "Saat butuh teman jalan, banyak yg bisa diajak. Saat males jalan tidak ada kewajiban ngapelin cewek Yud".
Sehubungan dengan memperhatikan dan diperhatikan, abang yang satu ini penuh perhatian terhadap ade-adenya. Pernah satu-waktu saat saya masih di Bandung, doi nelpon,
AW: de, abang lagi di Bandung nih, mau mampir ke rumah. Alamat rumah di mana?
Gw: ow, abang dari arah mana? Kalau dari selatan, lewat BSM lalu bla bla bla, kemudian bla bla bla....
AW: Ok, nanti abang telpon lagi.
Tunggu punya tunggu, saya sms, sudah di mana bang?
Di depan BSM. 15 menit lagi sampai.
Satu jam berlalu..
Gw: ada di mana bang?
AW: Sori de, tadi sudah sampai depan rumah, cuma temen (cewe.red) abang telpon mau jalan. Jadi abang langsung tancab gas putar balik huehue.
Gw: '......'
Selang beberapa waktu lamanya;
AW: de, abang lagi di Bandung nih, mau main ke rumah. Ada siapa di rumah?
Gw: bang, kami sudah pindah ke Banjarmasin....
Dengan begitu jangan pernah mengharapakan keseriusan dari kalimatnya. Adiknya saja, maksudku Nina, adik kandungnya, saat curhat mengenai cowok dengan berlinangan air mata, tidak dibutuhkan waktu lama untuk membuat adiknya tertawa. Memang dia bukan pendengar yang baik, tapi setidaknya dia penghibur yang baik.
Walaupun dia selalu percaya diri, supel dan mudah bergaul, dia punya aib yang hampir semua kawan-kawannya tahu - dia begitu kikuk saat harus berhadapan dengan wanita yang disukanya. Pernah satu ketika, saat dia di kantin kampus sedang asik ngbrol dengan teman-temannya, tiba-tiba doi bergegas mengambil tas dan ngbrit. "Eh, loe mau ke mana we?", tanya temannya yang heran. "Kabur Don. Si Siska datang!". Teman-temannya masih clingukan di mana gerangan Siska, gebetan AW. "AW, Siska masih 10 meter lagi kali dari kantin...Cupu loe!".
Makanya tidak terbayangkan bagaimana caranya tahun lalu dia menjalin hubungan dengan seseorang. Tentunya seorang wanita, dan tentunya yang ia sayangi. Penasaran gak gimana tuh bisa jadian? Sama, saja pun demikian. Kesempatan untuk menanyakan langsung prihal ini, tiba saat saya menjenguk ayahnya yang oprasi bulan lalu (cek di sini). Kebetulan, tidak hanya abang sepupu saya saja, tapi pacarnya pun ada.
Bagaimana pun, pertemuan dengan Ana, pacar abang sepupu saya, merupakan sebuah sebuah awal 'penderitaan' bagi hidup Ana. Diawali dengan mengangkut, maksud saya dengan benar-benar menggotong abang saya keruangan sekolah minggu, hanya, HANYA, untuk berkenalan. Huhuhu gila cupu bangat sih nih cowo. Tapi itu, ugh, awalnya.
Dari situ dimulailah pertemanan mereka. Setelah sekian lama berteman, akhirnya abang saya memutuskan untuk melangkah lebih jauh nyemplung ke kali belakang rumah. Saya tahu ini pasti 'penderitaan' tersendiri bagi abang sepupu saya. Bukan karena basah lah! Tapi karena harus nembak cewek.
Rencana menyatakan perasaan sebenarnya sewaktu ngajak Ana jalan-jalan ke Jakarta. Berangkat dari Bogor pagi. Muter-muter seharian di Jakarta, eh baru kesampaian setelah perjalanan pulang kembali ke Bogor. Itu pun karena sudah mau sampai Bogor lagi.
Memang menyenangkan untuk berteman dengan seorang sanguinis, tapi mengharapkan seorang yang tidak dapat serius menjadi pacar bukan merupakan mimpi cewek pada umumnya, dan Ana termasuk cewe pada umumnya. Jadi tidak heran penolakan menjadi jawaban pertama dari Ana. Kenapa saya bilang pertama? Karena masih ada tembakan yang lain.
Sebelum Ana turun, ini pesan abang saya kepada Ana, 'penolakan hari ini bukan berarti penolakan untuk besok'. Itu dibuktikan dengan nongolnya abang saya pagi-pagi di pagar rumah Ana. Lengkap dengan celana training, handuk olahraga, dan bandana, 'hi darling! Yuks, kita lari pagi di Sentul?'
HAREEE GINI NGAJAK GEBETAN LARI PAGI???!!!
Foto sehabis lari pagi di Sentul: kalo kamu lihat ini sebagai foto mesrah, kamu keliru bangat. Yang ada Ana hampir pingsan disuruh lari pagi hehehe
Kali kedua, abang saya mengirim surat, lengkap dengan sesajen, maaf maksud saya kado. Barang yang dikasih adalah pasminah. Isi suratnya, 'kain ini kuberikan untuk menghangatkan tubuhmu saat dingin, tapi aku ada untuk menghangatkan hatimu'. Di akhir surat tertera sebaris pantun, Ikan Hiu geleng-geleng, i love u girl. '....................'
Keputusan Ana masih tepat. Yup, ditolak lagi! Ya iya lah, cewe mana sih yang mau ditembak kek gini??!!! Ow malang bener nasibmu Ana!!
Tapi sesuai dengan moto abang saya, maka berikutnya restoran Dunia Baru menjadi saksi bisu penganiyaan abang saya terhadap Ana secara mental.
Pelayan: pesan apa?
Ana: teh manis
(gak makan? Lihat panduan dating dari AW di bawa)
AW: teh tawar aja
pelayan: teh tawar sama teh manis harganya sama aja mas
AW: gak mas, nanti kemanisan. Soalnya di sini sudah ada yang manis.
pelayan & Ana: '.......'
Seusai
Kamu pernah di 'prospek' oleh agen asuransi? Bagi yang sudah, tentunya tidak asing dengan skema yang sering di buat para agen asuransi. Para agen akan menggambar garis lurus, dan menunjuk satu titik di antara garis tersebut sebagai usiamu saat ini. Sehabis itu mereka akan menunjuk titik lain sebagai harapan dan cita-citamu, dan diakhir garis tersebut adalah selesainya hidupmu; time line. Dapat yang saya maksud?
Nah proposal itu juga yang kali ini digunakan abang sepupu saya.
Aw: Ana, Aw sekarang ada di sini (menunjuk satu titik di tengah garis)
Ana: '....'
Aw: Ana juga ada di sini (sambil menunjuk titik yang sama). Papa ingin Aw menikah usia 28 tahun(menunjuk titik di depan titik sebelumnya), sedangkan Aw ingin menikahnya usia 30.
Ana: '................'
AW: bla... bla... bla....
Saya kurang memperhatikan kelanjutannya lagi, karena dehidrasi kebanyakan muntah dengar cerita abang saya. Yang saya tahu proposal itu diberi judul 'be my girl' di depan map biru, lengkap dengan riwayat hidup, potensi, serta rencana-rencana hidupnya yang lain. Dan hal berikut yang saya tahu pasti, abang saya tetap di tolak.
Sepertinya saya tidak makan daging kaleng yang terkontaminasi akhir-akhir ini, tapi kok terkena histeria juga ya?
Tapi memang kesabaran itu dekat dengan keberhasilan, walaupu keberhasilan yang terpaksa.
Akhirnya Ana mau juga menerima abang saya sebagai pasangannya. Pasti penasaran dong bagaimana sampai Ana terperangkap juga sama playboy yang satu ini? Dan ide gila apa yang digunakan abang saya?
Nyatanya, tidak ada yang istimewa dari kali terakhir ini, kecuali tindak penganiyaan yang bertubi-tubi mencedrai mental dan fisik Ana hingga akhirnya dia sakit tipes. Sering kita dengar, saat demam, orang jadi berhalusinasi. Begitu juga yang di alami Ana saat melihat Aw merawatnya dengan setia. Dia pikir Aw itu pangeran, dan dengan kelicinannya, akhirnya abangku mendapatkan Ana.
Beberapa tips langsung dari AW
- jangan pernah
malu menjadi sales MLMmenyerah! Penolakan hari ini bukan berarti penolakan untuk esok hari. Jiwa MLM sekali - kalo cewe sudah mau diajak makan, itu artinya kita postif di mata dia
- selalu sediakan aqua, gorengan, kacang kulit yang banyak di mobil. Isi kegiatan mengendara dengan ngemil bersama gebetan anda. Ini akan membuat anda tidak akan keluar kocek untuk mentraktir gebetan
- Durasi maksimal untuk kencan adalah empat jam, setelah itu anda harus sesegra mungkin mengembalikan gebetan anda kerumah/kostnya. Kenapa? Karena lebih dari itu dia akan merasa lapar. Kan lebih baik kalo gebetan anda lapar di rumah
- selalu manfaatkan evant kondangan sebagai pererat hubungan, sekalian makan geratis bersama gebetan
- walaupun kita tahu gebetan kita sudah kenyang, tapi selalu tawarkan untuk makan atau sekedar minum di cafe atau restoran - walaupun kita tahu mereka akan menolaknya
- siap sedia kata-kata [s]gombal[/s] mutiara dalam draft sms dan dibawa kemudi, yang dapat digunakan sewaktu-waktu.
Maaf, saya tidak bermaksud membuat posting ini terlihat lucu. Kalau kamu tertawa, mungkin karena tingkah 'be your self' dari abang saya. Walau mungkin terlihat konyol, tapi abang saya serius kok.
Kalau kamu mencintai seseorang, rasanya itu sudah cukup menjadi satu-satunya alasan untuk memperjuangkannya. Kamu akan berbuat yang terbaik dalam dirimu, tidak hanya untuk dirimu saja, tapi untuk orangtua, sodara, teman, bahkan pasanganmu.
Hari ini, setelah melewati penantian sekian lama, akhirnya abngku kawin juga. Maaf, bukan yang ini penutup postingku. Akhirnya abangku maju sidang juga hari Rabu 27 Agustus pukul 10.30. Untuk setiap mimpi yang sudah kamu harapkan, kejar, dan kerjakan, saya doakan agar yang terbaik yang menjadi milikmu bang. Selamat ya bang!
Ps. Ini bukan free edvertasing. Diharapkan kesediaannya untuk mentraktir penulis!
Up Date Agustus
Selamat hari Senin kawan. Ini hari yang baik untuk memulai minggu. Sebenarnya sih hari pertama dalam seminggu adalah minggu, setidaknya berdasarkan injil. Hanya saja karena awal kerja adalah Senin, maka entah sadar atau tidak, kita menganggap Senin adalah hari pertama dalam seminggu.
Ok, memang gak penting bangat ngomongin hari apa yang seharusnya menjadi hari pertama dalam seminggu, setidaknya di blog saya, karena blog saya bukan blog yang mempelajari asal muasal sebuah hari.
Sudah lama nih gak posting sejak blog yang terakhir. Jadi rasa-rasanya perlu sedikit update mengenai apa yang saya lakukan, kerjakan, alami, selama seminggu terakhir ini.
Seputar Apartemen
Pertama, mengenai jerawat. Dari awal pindah ke apartemen baru, jerawat menyerbu wajah yang tidak seberapa ganteng ini. Argh saya tidak tahu dari mana mereka berasal, atau karena alasan apa mereka menyerang wajah saya. Saya mengenal wajah saya, setidaknya sabelum jerawat yang sekarang ini. Memang wajah saya banyak menyisahkan bekas jerawat, bahkan mungkin tidak ada tempat lagi yang tersisa. Sebenarnya jerawat di wajah saya tidak bandel-bandel amat, asal saya menjaga kebersihan muka, tidak stress, dan yang paling berasa bangat, tidur yang cukup. Begitu sedikit kurang tidur, langsung berjerawat. Makanya ini salah-satu kenapa terkadang gw benci insomnia gw.
Sayangnya sudah hampir setahun itu hanya lah bekasnya saja, alias saya tidak berjewarawat lagi. Malah sebelumnya teman saya pernah menyarankan agar saya Erhaclinic untuk menghilangkan bekas-bekas jerawat. Tapi sekarang, sepertinya saya harus ke Erhaclinic, bukan untuk sekedar menghilangkan bekasnya saja, tapi sekalian dengang jerawatnya. Crab!
Kedua, di apartemen ini banyak sekali cewek cakep! Di lantai saya saja, yang baru empat unit dari 16 unit yang ada, hampir semuanya cewek, dan cakep-cakep!! Malah dengar-dengar Sandra Dewi juga tinggal di sini. Hahahahahahaha...... *ketawa sambil mikir jorok*
Namun di saat SDCE (sumber daya cewek cakep) melimpah, banyak hal yang menjadi sandungan, seperti jerawat dan ugh stamina. Ini saya alami hari Minggu kemarin. Minggu pagi saya bangun pagi, tepatnya tidak tidur. Pagi itu, belum ada pukul6 pagi.
Sewaktu saya berdiri di branda, sambil liat-liat city view dan swiming pool, eh ada yang berenang. Walaupun dari tingkat 18 tapi saya tahu pasti yang berenang cewek. Kok bisa tahu? Yah dari pakaiannya lah! Yang satu menggunakan baju renang hijau, dan yang satu hitam. Padahal biasanya kalau lampu merah yang jaraknya enam meter, saya gak bisa bedakan antara merah dan hijau - semakin dekat semakin buta, semua lampu berwarna hijau. Menurut feeling saya sih yang hijau cakep nan bening lagi. Akhirnya dengan tekat bagai Rama menyelamatkan Shinta, saya turun ke kolam renang buat ngecengin cewek hehehe.
Setiba di swiming pool, saya berdiri dengan gagahnya di tepi kolam renang sambil bertolak pinggang, seperti adegan cowok-cowok gagah di film Baywatch. Bedanya cowok-cowok tersebut kekar, sedangkan saya kek kecebong beranak pake tshirt. Mata saya mengikuti cewek yang berenang dari ujung ke ujung terjauh, lalu kembali lagi. Belum sempat berhenti, dia berenang kembali ke ujung lalu balik lagi, ke ujung, balik lagi, ke ujung, lalu balik lagi. Anjriit, kuat bangat!! Pakai gaya bebas lagi! Sedangkan saya, gaya kecebong (gaya katak belum jadi).
Sebelum cewek tersebut sadar ada kecebong di tepi kolam renang, saya sudah menghilang, persis seperti adegan Hanoman meninggalkan Shinta. Hiks.
Memang ironis sih, di mana kedua orang tua saya jago berenang, anaknya ini malah hanya mewariskan bakat tidur ayah dan bakat marah-marah ibunya.
Sedikit mengenai orang tua saya, mereka lulusan STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan), instansi pendidikan milik departemen kelautan. Jadi jangankan cuma berenang (empat gaya), diving pun mereka punya serifikatnya. Bahkan kalau kamu pernah lihat mamaku, kamu tidak akan percaya kalau dia paling jago berenang di angkatannya. Soalnya saya juga tidak percaya.
Ok, memang gak penting bangat ngomongin hari apa yang seharusnya menjadi hari pertama dalam seminggu, setidaknya di blog saya, karena blog saya bukan blog yang mempelajari asal muasal sebuah hari.
Sudah lama nih gak posting sejak blog yang terakhir. Jadi rasa-rasanya perlu sedikit update mengenai apa yang saya lakukan, kerjakan, alami, selama seminggu terakhir ini.
Seputar Apartemen
Pertama, mengenai jerawat. Dari awal pindah ke apartemen baru, jerawat menyerbu wajah yang tidak seberapa ganteng ini. Argh saya tidak tahu dari mana mereka berasal, atau karena alasan apa mereka menyerang wajah saya. Saya mengenal wajah saya, setidaknya sabelum jerawat yang sekarang ini. Memang wajah saya banyak menyisahkan bekas jerawat, bahkan mungkin tidak ada tempat lagi yang tersisa. Sebenarnya jerawat di wajah saya tidak bandel-bandel amat, asal saya menjaga kebersihan muka, tidak stress, dan yang paling berasa bangat, tidur yang cukup. Begitu sedikit kurang tidur, langsung berjerawat. Makanya ini salah-satu kenapa terkadang gw benci insomnia gw.
Sayangnya sudah hampir setahun itu hanya lah bekasnya saja, alias saya tidak berjewarawat lagi. Malah sebelumnya teman saya pernah menyarankan agar saya Erhaclinic untuk menghilangkan bekas-bekas jerawat. Tapi sekarang, sepertinya saya harus ke Erhaclinic, bukan untuk sekedar menghilangkan bekasnya saja, tapi sekalian dengang jerawatnya. Crab!
Kedua, di apartemen ini banyak sekali cewek cakep! Di lantai saya saja, yang baru empat unit dari 16 unit yang ada, hampir semuanya cewek, dan cakep-cakep!! Malah dengar-dengar Sandra Dewi juga tinggal di sini. Hahahahahahaha...... *ketawa sambil mikir jorok*
Namun di saat SDCE (sumber daya cewek cakep) melimpah, banyak hal yang menjadi sandungan, seperti jerawat dan ugh stamina. Ini saya alami hari Minggu kemarin. Minggu pagi saya bangun pagi, tepatnya tidak tidur. Pagi itu, belum ada pukul6 pagi.
Sewaktu saya berdiri di branda, sambil liat-liat city view dan swiming pool, eh ada yang berenang. Walaupun dari tingkat 18 tapi saya tahu pasti yang berenang cewek. Kok bisa tahu? Yah dari pakaiannya lah! Yang satu menggunakan baju renang hijau, dan yang satu hitam. Padahal biasanya kalau lampu merah yang jaraknya enam meter, saya gak bisa bedakan antara merah dan hijau - semakin dekat semakin buta, semua lampu berwarna hijau. Menurut feeling saya sih yang hijau cakep nan bening lagi. Akhirnya dengan tekat bagai Rama menyelamatkan Shinta, saya turun ke kolam renang buat ngecengin cewek hehehe.
Setiba di swiming pool, saya berdiri dengan gagahnya di tepi kolam renang sambil bertolak pinggang, seperti adegan cowok-cowok gagah di film Baywatch. Bedanya cowok-cowok tersebut kekar, sedangkan saya kek kecebong beranak pake tshirt. Mata saya mengikuti cewek yang berenang dari ujung ke ujung terjauh, lalu kembali lagi. Belum sempat berhenti, dia berenang kembali ke ujung lalu balik lagi, ke ujung, balik lagi, ke ujung, lalu balik lagi. Anjriit, kuat bangat!! Pakai gaya bebas lagi! Sedangkan saya, gaya kecebong (gaya katak belum jadi).
Sebelum cewek tersebut sadar ada kecebong di tepi kolam renang, saya sudah menghilang, persis seperti adegan Hanoman meninggalkan Shinta. Hiks.
Memang ironis sih, di mana kedua orang tua saya jago berenang, anaknya ini malah hanya mewariskan bakat tidur ayah dan bakat marah-marah ibunya.
Sedikit mengenai orang tua saya, mereka lulusan STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan), instansi pendidikan milik departemen kelautan. Jadi jangankan cuma berenang (empat gaya), diving pun mereka punya serifikatnya. Bahkan kalau kamu pernah lihat mamaku, kamu tidak akan percaya kalau dia paling jago berenang di angkatannya. Soalnya saya juga tidak percaya.
Di luar masalah berenang dan jerawat, di apartemen saya banyak memiliki kuliner yang yahud. Selain yang pernah saya review di posting ini, ternyata ada roti enak milik Daily Mart. Roti tawar kejunya enak. Dan baru-baru ini saya menemukan satu lagi yang enak di Daily Mart ini, Lemon Cake! Harganya sih murah IDR4,500 tapi rasanya mahal!! Ugh bikin ketagihan dan gak bisa berhenti kalo sudah makan satu hehe.
Labels:
ngeblog
Takebreak
Sebelumnya saya ucapkan selamat ulang tahun yang ke 63 kepada Ibu pertiwi kita. Rasanya tahun ini perayaan hari kemerdekaan lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mungkin juga karena tahun ini bertepatan dengan 100 tahunnya hari kebangkitan nasional. Dan bersamaan dengan itu, presiden kita mencanangkan tahun ini sebagai awal dari kebangkitan 'Indonesia Bisa'!
Saat ini saya sedang berada di Takebreak Apartemen Mediterania I, Tanjung Duren Raya. Takebreak adalah cafe dengan panganan tradisional. Sebut saja macam-macam bubur termasuk bubur kacang hijau yang berada di diretan Traditional Heritage, atau pisang goreng di menu Traditional snack. Macam-maca Wedang, kolak dan cold serve tradisional seperti es Palu Butung dan es kacang merah pun ada.
Walaupun demikian, Takebreak juga menjual panganan western, seperti yang terdapat di deretan menu Special Country dan Sandwich. Tidak hanya macam-macam snack saja, menu makanan berat pun ada seperti Soto Ayam atau Rawon.
Seperti kebanyakan cafe, tentu saja Takebreak pun menjual bermacam-macam jenis minuman kopi, dibagi dalam dua jenis, panas dan dingin. Jangan harapkan varian seperti Starbucks atau bahkan Dante, karena minuman kopi yang dijual di sini hanya yang umum-umum saja, seperti Coffee Caramel, Moca, Vanilla, dan Latte.
Saya sendiri memesan segelas hot cappuccino dan pisang penyet. Sebenarnya ingin memesan pisang goreng sebagai teman cappuccino-nya, namun sayang isang gorengnya habis. Kopinya lumayan, malah hampir istimewa untuk harga 12 ribu. Gurih, penuh dan lembut. Campuran susunya dominan dan sedikit coklat sebagai pemanis tampilan di atas mouse-nya yang agak tipis. Dihidangkan di cangkir kecil, mirip cangkir cappuccino Dunkin.
Pisang penyetnya sendiri enak. Awalnya saya pikir konotasi penyet di sini hampir sama dengan ayam penyet-nya Surabaya. Pisang yang dibakar lantas digejrot, mirip seperti pisang epe' Makasar. Ternyata hasilnya jauh dari kesan gepeng. Dua buah pisang yang dibakar, lantasi ditaburi susu kental manis, coklat dan keju. Argh diet gw berantakan deh hari ini.
Takebreak memiliki suasana yang cozy, cendrung mewah malah. Dari sekian lama lalu-lalang di depan cafe ini, baru sekarang ini mencoba, karena saya pikir selama ini pasti mahal. Ternyata tidak sama sekali. Mulai dari IDR 3000 (untuk satu porsi pisang goreng) sampai yang paling mahal IDR 17.500 (Coffee Caramel/Mocca Vanilla Latte).
Interiornya didominasi warna kuning remang dari lampu. Kitchen setnya sederhana dengan dominan kayu. Lemari dinding untuk menyimpan cangkir dan gelas. Ada juga meja bar, tapi sepertinya tidak difungsikan. Mungkin juga karena di sini belum terlalu ramai.
Meja dan kursi makannya ada dua jenis. Jenis pertama dengan sofa rendah dan meja kayu. Jenis kedua mirip seperti Pizza Hut, kursi dengan sandaran tinggi dari kayu dengan meja setinggi dada. Sedangkan sisi yang lain kursi dengan sandaran bantal menempel di dinding yang juga merupakan bagian dari interior.
Nilai lebih yang istimewa lagi bagi saya adalah fasilitas WiFi yang gratis! Tanpa batas, tanpa limit waktu.
Ada juga TV plasma 54". Tapi sepertinya tidak diaktifkan karena tidak ada orang yang sekonyol itu untuk memindahkan ruang nontonnya ke cafe.
Kalo lihat Takebreak, mirip seperti coffee shop asia, seperti di Korea atau Jepang. Sederhana namun cozy. Selain itu juga tidak ramai, mungkin karena bukanya di tempat hunian, bukan di bisnis park. Sebenarnya saya suka tempat sepi seperti ini, cuma jadinya saya jatuh hati karena dengan panganan yang murah meriah, dan tempat yang bagus begini, tentunya untuk biaya oprasional saja tidak tutup, apa lagi untuk untung.
Saya hampir tidak menemukan nilai kurang dari tempat ini di awal kunjunga saya. Ranking A deh buat Takebreak.
(Up date 21 Agustus 2008) Ternyata Takereak punya kelemahan yang fatal, setidaknya untuk orang-orang seperti saya, perokok pasif. Takebreak tidak memiliki ruangan khusus bagi yang ingin merokok, sehingga para perokok seenak mulut mereka merokok di ruangan ber AC tanpa sirkulasi yang baik. Alhasil, setiap pulang dari sini harus mandi karena nikotin yang menempel.
Saat ini saya sedang berada di Takebreak Apartemen Mediterania I, Tanjung Duren Raya. Takebreak adalah cafe dengan panganan tradisional. Sebut saja macam-macam bubur termasuk bubur kacang hijau yang berada di diretan Traditional Heritage, atau pisang goreng di menu Traditional snack. Macam-maca Wedang, kolak dan cold serve tradisional seperti es Palu Butung dan es kacang merah pun ada.
Walaupun demikian, Takebreak juga menjual panganan western, seperti yang terdapat di deretan menu Special Country dan Sandwich. Tidak hanya macam-macam snack saja, menu makanan berat pun ada seperti Soto Ayam atau Rawon.
Seperti kebanyakan cafe, tentu saja Takebreak pun menjual bermacam-macam jenis minuman kopi, dibagi dalam dua jenis, panas dan dingin. Jangan harapkan varian seperti Starbucks atau bahkan Dante, karena minuman kopi yang dijual di sini hanya yang umum-umum saja, seperti Coffee Caramel, Moca, Vanilla, dan Latte.
Saya sendiri memesan segelas hot cappuccino dan pisang penyet. Sebenarnya ingin memesan pisang goreng sebagai teman cappuccino-nya, namun sayang isang gorengnya habis. Kopinya lumayan, malah hampir istimewa untuk harga 12 ribu. Gurih, penuh dan lembut. Campuran susunya dominan dan sedikit coklat sebagai pemanis tampilan di atas mouse-nya yang agak tipis. Dihidangkan di cangkir kecil, mirip cangkir cappuccino Dunkin.
Pisang penyetnya sendiri enak. Awalnya saya pikir konotasi penyet di sini hampir sama dengan ayam penyet-nya Surabaya. Pisang yang dibakar lantas digejrot, mirip seperti pisang epe' Makasar. Ternyata hasilnya jauh dari kesan gepeng. Dua buah pisang yang dibakar, lantasi ditaburi susu kental manis, coklat dan keju. Argh diet gw berantakan deh hari ini.
Takebreak memiliki suasana yang cozy, cendrung mewah malah. Dari sekian lama lalu-lalang di depan cafe ini, baru sekarang ini mencoba, karena saya pikir selama ini pasti mahal. Ternyata tidak sama sekali. Mulai dari IDR 3000 (untuk satu porsi pisang goreng) sampai yang paling mahal IDR 17.500 (Coffee Caramel/Mocca Vanilla Latte).
Interiornya didominasi warna kuning remang dari lampu. Kitchen setnya sederhana dengan dominan kayu. Lemari dinding untuk menyimpan cangkir dan gelas. Ada juga meja bar, tapi sepertinya tidak difungsikan. Mungkin juga karena di sini belum terlalu ramai.
Meja dan kursi makannya ada dua jenis. Jenis pertama dengan sofa rendah dan meja kayu. Jenis kedua mirip seperti Pizza Hut, kursi dengan sandaran tinggi dari kayu dengan meja setinggi dada. Sedangkan sisi yang lain kursi dengan sandaran bantal menempel di dinding yang juga merupakan bagian dari interior.
Nilai lebih yang istimewa lagi bagi saya adalah fasilitas WiFi yang gratis! Tanpa batas, tanpa limit waktu.
Ada juga TV plasma 54". Tapi sepertinya tidak diaktifkan karena tidak ada orang yang sekonyol itu untuk memindahkan ruang nontonnya ke cafe.
Kalo lihat Takebreak, mirip seperti coffee shop asia, seperti di Korea atau Jepang. Sederhana namun cozy. Selain itu juga tidak ramai, mungkin karena bukanya di tempat hunian, bukan di bisnis park. Sebenarnya saya suka tempat sepi seperti ini, cuma jadinya saya jatuh hati karena dengan panganan yang murah meriah, dan tempat yang bagus begini, tentunya untuk biaya oprasional saja tidak tutup, apa lagi untuk untung.
Saya hampir tidak menemukan nilai kurang dari tempat ini di awal kunjunga saya. Ranking A deh buat Takebreak.
(Up date 21 Agustus 2008) Ternyata Takereak punya kelemahan yang fatal, setidaknya untuk orang-orang seperti saya, perokok pasif. Takebreak tidak memiliki ruangan khusus bagi yang ingin merokok, sehingga para perokok seenak mulut mereka merokok di ruangan ber AC tanpa sirkulasi yang baik. Alhasil, setiap pulang dari sini harus mandi karena nikotin yang menempel.
Labels:
ngeblog
Safari Duo at Maha Lounge
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, baru kemarin saya dapatkan foto-foto sewaktu main di Maha cafe, Sudirman. Hm sebenarnya bukan foto-foto sewaktu main, karena yang terjadi hanya ada satu foto saja saat bermain ala Safri Duo - mungkin kalo yang ini Safari Duo. Sisanya? Seperti kebanyakan party lainnya yang sering disatronin kaum hawa, maka tidak berbeda juga dengan party kali ini yang diadakan oleh Citibank. Jadi sudah bisa ditebak foto-foto yang bertebaran adalah foto-foto kaum hawan. Ya benar, fotografernya semuanya cowok, jadi wajar kan?
Eh saya belum cerita ya? Ok, jadi hari Jumat tanggal 18 Juli kemarin, saya diajak teman bermain di party kantornya. Permainannya apa?Petak umpet Duet perkusi ala Safri Duo. Sebenarnya ini cukup mendadak, bahkan terlalu mendadak, dikarenakan yang seharusnya bermain berhalangan, jadilah akhirnya saya menggantikan. Ini bukan gig, atau party sungguhan, karena sebenarnya ini hanya party kecil-kecilan teman-teman Citibank. Walaupun kecil-kecilan, tapi tetap saja party-nya membutuhkan uang yang tidak 'kecil-kecilan'.
Balik ke Jumat itu. Setelah berbenah diri dan mengambil keperluan untuk bermain, saya menuju Pelangi untuk bertemu Benny dan adik iparnya. Dari sana kami sempat kerumahnya sebentar, sebelum ahirnya berangkat ke Maha Cafe. Awalnya sempat salah tempat ke 'karoke remang-remang'. Untunggak ada duit masih kuat iman, sehingga bergegas mencari tempat yang tepat.
Tiba di Maha cafe, kami mencari tempat duduk dan memesan minuman. Sialnya saya belum tahu aturan main di party ini. Setelah minuman kami datang, kami disuruh pindah ke meja bar dengan alasan kami musisi. Saya sempat kaget, kok dia bisa tahu saya musisi ya? Bukan! Saya sempat kaget karena saya pikir saya datang ke sana atas undangan teman. Dalam hati, wah rejeki nomplok nih, niatnya hanya sekedar main, eh dianggap musisi, di bayar doong!
Tapi begitu tiba di meja bar, saya langsung disodorkan bil. Buseet, minuman belum habis, sudah di kasih bil, cafe apa restoran cepat saji nih?? Atau mungkin pikirnya musisi itu kere kali ya, takut sanggup bayar. Yang menambah kejengkelan, teman saya yang berada disamping, dengan santainya menyeruput ice cappucinonya, tanpa mengindahkan bil yang di sorong di depan hidung temannya ini. Buseet deh tuan rumahnya!
Kekonyolan party tersebut masih berlanjut. Entah band dari mana yang diundang (yang katanya sudah rekaman - katanya, ck, ck..), dalam sekejap party berubah dari santai menjadi ayan; dari lounge menjadi konser ABG. Syukurnya tidak ada yang pingsan.
Tiba lah pada puncak acara, penampilan Safari Duo! Sebelumnya perlu dijelaskan, ini menjadi puncak acara karena saya yang main, dan berhubung ini blog saya, jadi tidak salah kalomerasa saya lah bintang acaranya. Mungkin kalo kamu yang di sana, puncak acaranya Bali Dance (yang gw bingung di mana letak ke-Bali-an-nya??).
Eh saya belum cerita ya? Ok, jadi hari Jumat tanggal 18 Juli kemarin, saya diajak teman bermain di party kantornya. Permainannya apa?
Balik ke Jumat itu. Setelah berbenah diri dan mengambil keperluan untuk bermain, saya menuju Pelangi untuk bertemu Benny dan adik iparnya. Dari sana kami sempat kerumahnya sebentar, sebelum ahirnya berangkat ke Maha Cafe. Awalnya sempat salah tempat ke 'karoke remang-remang'. Untung
Tiba di Maha cafe, kami mencari tempat duduk dan memesan minuman. Sialnya saya belum tahu aturan main di party ini. Setelah minuman kami datang, kami disuruh pindah ke meja bar dengan alasan kami musisi. Saya sempat kaget, kok dia bisa tahu saya musisi ya? Bukan! Saya sempat kaget karena saya pikir saya datang ke sana atas undangan teman. Dalam hati, wah rejeki nomplok nih, niatnya hanya sekedar main, eh dianggap musisi, di bayar doong!
Tapi begitu tiba di meja bar, saya langsung disodorkan bil. Buseet, minuman belum habis, sudah di kasih bil, cafe apa restoran cepat saji nih?? Atau mungkin pikirnya musisi itu kere kali ya, takut sanggup bayar. Yang menambah kejengkelan, teman saya yang berada disamping, dengan santainya menyeruput ice cappucinonya, tanpa mengindahkan bil yang di sorong di depan hidung temannya ini. Buseet deh tuan rumahnya!
Kekonyolan party tersebut masih berlanjut. Entah band dari mana yang diundang (yang katanya sudah rekaman - katanya, ck, ck..), dalam sekejap party berubah dari santai menjadi ayan; dari lounge menjadi konser ABG. Syukurnya tidak ada yang pingsan.
Tiba lah pada puncak acara, penampilan Safari Duo! Sebelumnya perlu dijelaskan, ini menjadi puncak acara karena saya yang main, dan berhubung ini blog saya, jadi tidak salah kalo
Rencana awalnya pertunjukan Safari Duo ini menampilkan DJ, saxophonist, dan dua orang percussion (saya dan teman yang mengundang). Dua orang perkusi ini akan jammin' bareng dengan saxofonist dan diiringi DJ.
Yang terjadi: dua orang percussion yang berusaha bikin gaduh selama lima menit sampai akhirnya disuruh berhenti oleh DJ.
Dari rencana awal pulang jam21, karena Benny keesokan harinya akan presentasi, mundur menjadi pukul23. Oh Benny, maafkan temanmu ini.
Akhirnya begitu usai Safari Duo, saya membereskan perlengkapan dan beranjak pulang. Ow, kalo kamu pikir ini dibayar, lupakan itu. Jangankan dibayar, tiga gelas aqua dan sebotol beer yang saya dan Benny pesan, masuk tagihan saya. Itupun dengan makan di luar.
Pesan moralnya, sebelum ikut party, pastikan dulu aturan mainnya. Jangan ragu untuk bertanya siapa yang bayar, karena kalo kamu di Australi atau US, bukan hal yang aneh membayar makanan sendiri di pesta ulang tahun teman. Tapi kalo pun party-nya gagal, tenang saja, selalu ada cewe-cewe yang siap mencuci mata.
Klik pada gambar untuk melihat lebih jelas. Semua foto diambil dari sini.
Welcome back!
Mari bersama-sama kita panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat yang Maha Besar itu blog ini dapat kembali terisi. Trima kasih juga kepada Selvyna (maaf, yang punya nama meminta menghapus namanya.red), adeku yang paling sering minta ditelpon menelpon, karena berkat dia merengek-rengek agar saya menulis blog sebagai hiburannya dalam belajar (terlalu!), akhirnya saya jengah juga dan mengabulkan permintaannya itu. Trima kasih juga untuk ko Benny dan ci Onik yang telah mengingatkan bahwa sudah dua minggu lebih saya tidak mengisi blog ini.
Pada kesempatan ini juga saya ingin menyapa teman-teman baru yang sudah meninggalkan comment di shout box. Selamat datang di rumah yang semuanya kebun ini (baca: berwarna hijau).
Banyak alasan, baik yang benar-benar ada maupun yang dicari-cari, kenapa saya absen di 'rumah Joe'. Dari karena saya naik jabatan menjadi direktur, sampai harus ke Amerika bertemu rekan bisnis. Ok, saya berbohong untuk kedua hal tersebut. Yang benar karena selama dua minggu ini saya sibuk pindahan dan tinggal bersama ke tiga adik-adik saya yang tengil-tengil. Sori yang terakhir di ralat, karenadiancam tidak dibayarin kopi diprotes oleh adik yang duduk di sebelah saya.
Kenapa pindahan kali ini repot? Karena kali ini bukan pindahan kost saja, melainkan pindah ke rumah, tepatnya apartemen, sehingga banyak penyesuaian dan yang lebih merepotkan harus mencari furnitur sendiri, bersih-bersih sendiri, nyuci sendiri, masak sendiri dan mandi sendiri.
Selain pindahan tersebut, juga karena ayah saya... sekarang... ehm.. ugh... menjadi pengunjung dan pembaca blog ini. Ya, kamu tidak salah baca, doi sering berkunjung ke blog saya ini. Sigh.... (doaku semoga dia tidak tahu bagaimana cara meninggalkan comment). Terkutuk-menjadi-pinta-lah Richard karena sudah menunjukan blogku kepada bokap!
Nah masih dengan bokap yang sama, dari Jumat kemarin dia berada di Jakarta. Tapi untunglah beliau sudah pulang kemarin (Puji Syukur kepada Tuhan). Sedikit mengenai ayah saya ini, walaupun sudah berusia kepala lima, namun masih tetap aktif beraktifitas, baik di kantor maupun di rumah. Ya, di rumah. Walaupun papaku seorang eksekutif leader, tapi dia juga biasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, bahkan mencuci pakaian - mencuci di sini bukan dengan mesin cuci ya, tapi dengan tangan. Makanya di rumah, tidak ada yang aneh kalo cowok bisa mengerjakan pekerjaan rumah - selain tidak ada mesin cuci.
Inilah ayahku dengan tampang tidak berdosanya
Sayangnya semua hal harus di kerjakan sesuai dengan yang ia mau, tipikal para manager dan GM (sigh). Mulai dari mencuci.
Dengan tinggi badan 169 cm, dan bobot 84 kg, dia menyikat pakaian dan memerasnya dengan biadab. Saya yang melihatnya hampir mejeret tertahan seperti anak perawan melihat pakean yang melar dan celana yang baru dibeli harus tercerai berai di tangannya. Ok, itu berlebihan, tapi memang celana itu hampir sobek. Dia menyikat seperti membersihkan kuali yang telah hitam pantatnya, dan memeras seperti memeras pilu buruh tabrik dengan kerja rodi. Belum lagi air yang dipakai dengan semena-menanya. Oh ayahku, tidak tahukan kau bahwa air di apartemen itu mahal?
Setelah puas dari mencuci, dia beranjak ke dapur. Ok, memang papaku bisa masak, tapi idenya selalu, ugh... luar biasa. Pernah di kesempatan yang lain, dia membuat nasi goreng. Tidak ada yang salah dengan tampilan nasi goreng tersebut, juga dengan warnanya. Rasanya pun tidak berbeda dengan nasi goreng kebanyakan. Hanya saja ada sebuah benda yang tidak seharusnya ada bersama nasi goreng tersebut - JAHE. Jahe yang digoreng bersama nasi dan telur. Luar biasa.
Di hari sebelum papaku pulang, tanpa sepengatuhan kami sebelumnya, dia membeli minyak goreng, beras, telur, tahu, daging, cabe dan bumbu masakan lainnya. Alhasil dia memindahkan rumahnya ke Jakarta. Oh ayahku, kami berada di Jakarta bukan untuk menjadi ibu rumah tangga, tapi belajar dan bekerja. Hiks.
Udah gitu tidur kami tidak bisa nyenyak, karena seperti komandan yang bangukan prajuritnya di tengah pagi buta, dia membangunkan kami. Oh Tuhan, kami minta seorang ayah, kenapa Engkau kirim Jendral perang! Rasa-rasanya ayahku itu tidak pernah ada lelahnya, karena sehari sebelum dia pulang, dia pergi ke Depok (jahanam yang macetnya seperti ke neraka) melihat tanah. Setelah seharian berada di jalan, masih sempat-sempatnya berenang beberapa putaran dengan gaya dada kebanggaannya setelah pulang. Dan sebelum malam berakhir, dia masih sempat-sempatnya mencuci dan memasak. Ayahku gaga perkasa...
Begitu juga di rumah Banjarmasin, papaku bangun pagi pergi kerja, pulang kerja masih sempat-sempatnya bantuin mamaku sampai malam, dan besok bangun pagi untuk kerja. Selalu saja ada yang dikerjakannya, dan tidurnya tidak pernah lebih dari lima jam. Mungkin kalo dia tidak bekerja justru akan sakit.
Yah walaupun dia sedikit mau mendengarkan orang lain dan buruk dalam menunggu, tapi saya bangga dengan dia. Hanya sedikit cowok yang mau turun kedapur dan mengerjakan pekerjaan rumah. Dia juga begitu menyayangi empat putra, satu putri dan satu istrinya. Apapun akan dia lakukan demi kami. We love you dad!
Akhinya bagi teman-teman pembaca blogku, aku ucapkan selamat menikmati kembali tulisanku.
Ps. Pa, kalo baca blog ini, papa harus kasih kami mobil karena sudah banyak memujimu! Lol
.
Pada kesempatan ini juga saya ingin menyapa teman-teman baru yang sudah meninggalkan comment di shout box. Selamat datang di rumah yang semuanya kebun ini (baca: berwarna hijau).
Banyak alasan, baik yang benar-benar ada maupun yang dicari-cari, kenapa saya absen di 'rumah Joe'. Dari karena saya naik jabatan menjadi direktur, sampai harus ke Amerika bertemu rekan bisnis. Ok, saya berbohong untuk kedua hal tersebut. Yang benar karena selama dua minggu ini saya sibuk pindahan dan tinggal bersama ke tiga adik-adik saya yang tengil-tengil. Sori yang terakhir di ralat, karena
Kenapa pindahan kali ini repot? Karena kali ini bukan pindahan kost saja, melainkan pindah ke rumah, tepatnya apartemen, sehingga banyak penyesuaian dan yang lebih merepotkan harus mencari furnitur sendiri, bersih-bersih sendiri, nyuci sendiri, masak sendiri dan mandi sendiri.
Selain pindahan tersebut, juga karena ayah saya... sekarang... ehm.. ugh... menjadi pengunjung dan pembaca blog ini. Ya, kamu tidak salah baca, doi sering berkunjung ke blog saya ini. Sigh.... (doaku semoga dia tidak tahu bagaimana cara meninggalkan comment). Terkutuk-menjadi-pinta-lah Richard karena sudah menunjukan blogku kepada bokap!
Nah masih dengan bokap yang sama, dari Jumat kemarin dia berada di Jakarta. Tapi untunglah beliau sudah pulang kemarin (Puji Syukur kepada Tuhan). Sedikit mengenai ayah saya ini, walaupun sudah berusia kepala lima, namun masih tetap aktif beraktifitas, baik di kantor maupun di rumah. Ya, di rumah. Walaupun papaku seorang eksekutif leader, tapi dia juga biasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, bahkan mencuci pakaian - mencuci di sini bukan dengan mesin cuci ya, tapi dengan tangan. Makanya di rumah, tidak ada yang aneh kalo cowok bisa mengerjakan pekerjaan rumah - selain tidak ada mesin cuci.
Inilah ayahku dengan tampang tidak berdosanya
Sayangnya semua hal harus di kerjakan sesuai dengan yang ia mau, tipikal para manager dan GM (sigh). Mulai dari mencuci.
Dengan tinggi badan 169 cm, dan bobot 84 kg, dia menyikat pakaian dan memerasnya dengan biadab. Saya yang melihatnya hampir mejeret tertahan seperti anak perawan melihat pakean yang melar dan celana yang baru dibeli harus tercerai berai di tangannya. Ok, itu berlebihan, tapi memang celana itu hampir sobek. Dia menyikat seperti membersihkan kuali yang telah hitam pantatnya, dan memeras seperti memeras pilu buruh tabrik dengan kerja rodi. Belum lagi air yang dipakai dengan semena-menanya. Oh ayahku, tidak tahukan kau bahwa air di apartemen itu mahal?
Setelah puas dari mencuci, dia beranjak ke dapur. Ok, memang papaku bisa masak, tapi idenya selalu, ugh... luar biasa. Pernah di kesempatan yang lain, dia membuat nasi goreng. Tidak ada yang salah dengan tampilan nasi goreng tersebut, juga dengan warnanya. Rasanya pun tidak berbeda dengan nasi goreng kebanyakan. Hanya saja ada sebuah benda yang tidak seharusnya ada bersama nasi goreng tersebut - JAHE. Jahe yang digoreng bersama nasi dan telur. Luar biasa.
Di hari sebelum papaku pulang, tanpa sepengatuhan kami sebelumnya, dia membeli minyak goreng, beras, telur, tahu, daging, cabe dan bumbu masakan lainnya. Alhasil dia memindahkan rumahnya ke Jakarta. Oh ayahku, kami berada di Jakarta bukan untuk menjadi ibu rumah tangga, tapi belajar dan bekerja. Hiks.
Udah gitu tidur kami tidak bisa nyenyak, karena seperti komandan yang bangukan prajuritnya di tengah pagi buta, dia membangunkan kami. Oh Tuhan, kami minta seorang ayah, kenapa Engkau kirim Jendral perang! Rasa-rasanya ayahku itu tidak pernah ada lelahnya, karena sehari sebelum dia pulang, dia pergi ke Depok (jahanam yang macetnya seperti ke neraka) melihat tanah. Setelah seharian berada di jalan, masih sempat-sempatnya berenang beberapa putaran dengan gaya dada kebanggaannya setelah pulang. Dan sebelum malam berakhir, dia masih sempat-sempatnya mencuci dan memasak. Ayahku gaga perkasa...
Begitu juga di rumah Banjarmasin, papaku bangun pagi pergi kerja, pulang kerja masih sempat-sempatnya bantuin mamaku sampai malam, dan besok bangun pagi untuk kerja. Selalu saja ada yang dikerjakannya, dan tidurnya tidak pernah lebih dari lima jam. Mungkin kalo dia tidak bekerja justru akan sakit.
Yah walaupun dia sedikit mau mendengarkan orang lain dan buruk dalam menunggu, tapi saya bangga dengan dia. Hanya sedikit cowok yang mau turun kedapur dan mengerjakan pekerjaan rumah. Dia juga begitu menyayangi empat putra, satu putri dan satu istrinya. Apapun akan dia lakukan demi kami. We love you dad!
Akhinya bagi teman-teman pembaca blogku, aku ucapkan selamat menikmati kembali tulisanku.
Ps. Pa, kalo baca blog ini, papa harus kasih kami mobil karena sudah banyak memujimu! Lol
.
Labels:
ngeblog
Batman: Dark Knight
Kalo ada yang bilang tahun ini musimnya film-film sequel, hal itu tidak keliru. Mulai dari bulan Mei, Chronicles of Narnia: Prince Caspian, Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, The Incredible Hulk, sampai akhir tahun, Madagascar: The Crate Escape dan Austin Powers 4 (James Bond 007). Selain demam sequel, sepertinya sedang tren juga sequel tanpa pencantuman angka. Sebut saja Batman hasil garapan Christopher Nolan dalam sequelnya yang kedua: The Dark Knight, yang akan saya review di sini.
Film ini termasuk diantara yang paling di tunggu di tahun ini, selain The Mummy: The Tomb of the Dragon Emperor dan Harry Potter and the Half-Blood Prince. Banyak juga yang memberikan penilaian luar biasa terhadap film ini, bahkan di US The Dark Knight berhasil membukukan USD 155.34 juta dalam seminggu pembukaan (sumber). Sayangnya penilaian saya berbeda terhadap kebanyakan orang.
Plot
Sebenarnya plot film cukup ramai, kalau tidak mau dibilang sesak untuk durasi 2 jam 30 menit. kota Gotham saat itu sudah mulai tentram. Para mafia tidak lagi dapat terang-terangan melakukan kejahatan di jalan-jalan kota Gotham. Aparat yang korup pun sudah mulai berkurang, walaupun belum habis. Hal ini tidak hanya karena kehadiran Batman/Bruce Wayne (Christian Bale) di kota Gotham, tapi juga karena Jaksa bersih, Harvey Dent (Aaron Eckhart) yang dengan gigih berperang melawan para mafia dan aparat yang korup.
Film ini dimulai dengan perampokan sebuah bank milik mafia kota Gotham oleh komplotan perampok. Diakhir perampokan tersebut, para perampok saling bunuh dan menyisahkan seorang, dia lah the Joker (Heath Ledger), otak dari perampokan tersebut. Bank tersebut merupakan satu dari lima bank milik para mafia. Perampokan tersebut memicu dua belah pihak. Pihak polisi berpikir bahwa mafia kota Gotham sadar bahwa uang mereka telah di lacak dan mulai bertindak mengamankan uang mereka, sehingga pihak polisi harus bertindak cepat agar uang yang lain tidak ikut raib. Sedangkan dari pihak mafia sendiri berpikir bahwa ada pihak lain yang mengambil uang mereka.
Dalam pertemua darurat prihal raibnya uang yang diadakan kelompok mafia kota Gotham, muncul Joker menawarkan bantuan untuk menyelesaikan masalah mereka; BATMAN. Awalnya mereka menolak, karena akuntan mereka, Lau (Chin Han) sudah melakukan langkah antisipasi dengan mengamankan uang mereka ke Cina. Namun seperti yang sudah diperhitungkan Joker, akuntan mereka tertangkap oleh Batman, dan hal tersebut menyeret para mafia ke dalam penjara.
Mau tidak mau, para mafia tersebut bekerja sama dengan Joker. Di sini lah awal teror Joker terhadap masyarakat kota Gotham. Dengan tuntutan agar Batman menyerahkan diri dan membuka jati dirinya, Joker mulai membunuh para aparat yang melawan mafia. Korban mulai berjatuhan, tidak terkecuali sahabat Batman, James Gordon (Gary Oldman). Teror yang ditebarkan Joker ini berguling menjadi tuntutan masyarakat luas agar Batman menyerahkan diri. Melihat hal tersebut, dan juga sahabatnya yang meninggal, membuat Batman menyerah dan berniat menyerahkan dirinya.
Namun ternyata Batman beserta Harvey memiliki rencana khusus untuk menangkap the Joker. Singkat cerita (agar tidak menjadi full spoiler.red) Joker tertangkap. Saat Batman tengah mengintrograsi Joker, Harvey dan Rachel Dawes (Maggie Gyllenhaal) tengah berada di gedung yang berbeda, penuh dengan bom. Ini menjadi dilema tersendiri untuk Batman, karena dia hanya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan salah-satu dari mereka, padahal kedua orang tersebut penting bagi Bruce; Rachel adalah mantan kekasihnya, sedangkan Harvey satu-satunya orang yang bisa menggantikan Bruce dalam menegakan hukum di kota Gotham. Dalam insiden tersebut, akhirnya menewaskan Rachel Dawes dan mengakibatkan Harvey kerusakan .
Belum sampai di situ, Joker yang berhasil keluar dari kantor polisi kembali meneror kota Gotham dengan meledakan RS setempat dan akhirnya membuat warga Godtham berbondong-bondong mengungsi karena kota mereka di sandra dengan bom. Kali ini bukan bersama para mafia, tapi dengan teman barunya Two Face.
Pros
Bagi yang belum nonton dan membaca review saya, percayalah plot dan ceritanya tidak sesederhana itu. Ada action, ada drama, ada teror; ini film yang lengkap, malah terlalu lengkap untuk film super hero. Mungkin tepatnya ini film thriller dengan salah-satu tokoh superhero.
Bintang film ini tidak lain Heath Ledger yang berperan sebagai Joker. Penokohannya begitu kuat, dan dia berhasil membuat Joker memiliki kekuatan yang menarik bagi penonton. Banyak pujian yang ditujukan kepada dia, sayangnya Ledger tidak dapat menerima semua pujian tersebut, karena meninggal OD di Apartemen-nya. Mungkin ini juga yang menambah fenomena dari film ini.
Pencitraan Batman dalam film ini juga menjadi satu yang saya suka. Batman benar-benar digambarkan sebagai manusia biasa yang hanya sekedar memiliki sebuah mimpi. Selain dari dilema psikologis yang dialami Bruce, cedra dan memar yang diterima sehabis setiap aksinya menjadi pencitraan tersebut, selain juga tidur di kantor seusai beraksi.
Kalo diamati lebih jauh lagi, film ini sebenarnya merupakan jeritan Christopher Nolan terhadap masyarakat urban yang individualis. Bahwa kebanyakan orang dewasa ini berbuat baik selama tidak merugikan diri mereka. Begitu mengancam hidup, seseorang dapat berbuat jahat.
Cons
Secara keseluruhan tidak ada yang kurang dan kehilangan fungsinya di film ini. Sayangnya justru alurnya terasa lambat. Memang plotnya padu, tapi tidak ada klimaksnya, walaupun tidak datar. Selain itu percakapan antara Joker dan Harvey Dent di RS saat Harvent dirawat karena cedra di wajahnya, menurutku omong kosong.
Screen ini sangat penting karena menjadi akil balik dari watak Harvent, tapi justru percakapan ini terasa tak bermakna. Percakapan atau kalimat yang saya maksudkan saat Joker berujar dia tidak merencanakan apa-apa dari semua tindakan dia, hanya berdasarkan intuisi dia dalam membuat kekacauan. Tapi yang kita lihat dari aksi-aksinya justru berketerbalikan dari yang dikatakan. Kalau di sini Joker berbohong hanya agar Harvent menjadi jahat, justru diluar psikologis pewatakan Joker. Mungkin Christopher Nolan sudah lelah dengan adegan-adegan penuh aksi dan plot yang rumit sehingga kurang memperhatikan dialog bagian ini.
Tapi diluar hal (yang bagi saya) mengganggu itu, secara keseluruhan ini film yang ciamik. Tapi kalo sampai overrated, itu terlalu berlebihan kawan.
Ranking A buat film ini.
Langganan:
Postingan (Atom)