Bulan ini saya lagi getol makan sushi. Sebenarnya sih karena ketemu teman yang sehobi dengan saya, makanya jadi sering hangout makan sushi. Bulan ini saya nyobain tiga tempat sushi baru - baru di sini adalah tempat yang baru saya kunjungi.
Hachi Hachi BistroBerlokasi di Taman Anggrek, lantai 4, bersebelahan dengan KFC. Lucunya bulan lalu, saat sepulang ibadah natal, saya dengan ade mampir ke KFC TA dan heran kenapa tempat makan yang remang-remang itu bisa sampai ngantri makannya. Kalo dilihat dari luar sih sok eksklusif, jadi sepertinya bukan tipe tempat makan yang bakalan saya kunjungi.
Sayang pikiran tersebut harus saya tarik saat diajak makan sushi oleh teman saya. Kali itu pun hampir batal karena saya sudah malas menunggu, tapi ternyata kesabaran itu selalu berbuahkan emas.
Penampilannya yang sok mewah itu tidak terbawa pada harga makanannya. Harga sushi di sini relatif murah. Berkisar antara IDR12.000 sampai dengan IDR70.000. Waktu itu saya sendiri memesan Salmon Nigiri, Sashimi Salmon dan groovy sushi (lupa namanya). Nasinya pulen, salmonnya segar. Selain itu cangkir ocha-nya gede bangat! Lebih besar dari mangkok ayam. Makanya sewaktu pertama datang saya sudah norak duluan, 'Siapa yang pesan sop nih?'
Puas minumnya? Sayang sekali tidak. Karena gak refill! Gila tuh Hachi-Hachi, masa teh tawar aja bayar?? Kalah-kalah warteg. Selain itu, kelemahannya juga datang dari kapasitasnya yang terbatas. Kalo tidak salah ada lima meja bundar untuk kapasitas 6-8 orang, delapan meja kotak untuk dua orang, dan satu meja panjang di tengah-tengah ruangan.
Salmon Maki ala Hachi-Hachi
Salmon Sashimi yang menjadi salah-satu korban lupa difoto sebelum dimakan
Direkomendasikan bagi yang nyari Sushi Tei dengan kelas medium.
Ichiba SushiTempat ini sudah lama ingin saya kunjungi, namun karena lokasinya yang kurang strategis maka tidak pernah menyempatkan diri ke sini. Letaknya di dekat Gunung Agung Citra Land. Awalnya tidak berencana singgah ke sana, cuma karena kebetulan sedang cari buku di Gunung Agung, maka saya sempatkan untuk mampir mencicipi sushinya. Ichiban tampil dengan sederhana ala restoran fast food. Spacenya juga tidak terlampau besar, dengan konsep terbuka.
Saya memesan dua Salmon Maki (termasuk Hosomaki) dan Nigiri salmon. Rasanya ok lah, dalam arti tidak seburuk tempatnya. Nasinya malah lebih otentik dari Sushi Naga yang sebentar akan kita bahas.
Kelemahannya mungkin bisa dibilang tidak ada untuk ukuran resto seperti ini.Paling untuk beberapa orang yang maniak groovy sushi akan berkomentar kurang lengkap. Saya sendiri jarang memesan sushi-sushi varian seperti itu, karena rasanya yang terlalu ramai, jadi tidak tahu apa saja yang masuk di dalamnya.
Salmon roll dan Nigiri Salmon
Sangat direkomendasikan bagi yang ingin makan sushi tapi kantong lagi tipis.
Sushi NagaNah nih sushi asik bangat. Lokasinya sulit ditemukan kalo bukan orang daerah Kebun Jeruk. Kalo lihat dari fengsui, dan letaknya yang tidak strategis, justru harusnya nih tempat sepi bangat. Sewaktu sampai sini aja, pengunjungnya sedikit bangat. Tapi tunggu lebih malam sedikit, nih tempat langsung ramai!
Sepertinya yang langganan makan di sini bukan orang-orang sekitar, tapi yang memang sengaja nyari sushi jauh-jauh.
Interior ok bangat. Seperti masuk warung sushi di prefektur-prefektur Jepang. Begitu masuk, langsung disambut dengan gaduh .... Setelah naik ke lantai dua, yang ternyata sushi barnya di lantai tersebut, kami memesan makanan. Sayang tidak lupa mengambil foto.
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan untuk lupa mengambil foto sushi. Mungkin karena sudah kalap begitu melihat sushi datang, dengan beraneka ragam bentuk dan warna, sehingga bikin air liur menetes. Itu yang terjadi tadi malam, saat saya bersama teman-teman greja pergi makan di sini. Sudah diwanti-wanti untuk tidak lupa mengambil gambar, sayang nafsu mulut lebih menggoda dari pada nafsu ngeposting sushi di blog.
Tapi kita masih sempat mengambil beberapa gambar
sisa makanan kok, dan ini foto-fotonya (ow iya, untuk teman-teman yang ikut tadi malam, bantu saya dong buat nama-nama sushinya, maklum cuma tahu salmon maki, sasimi, dan nigiri - seperti ke SB hanya tahu cappuccino dan americano, poor me...):
Tepanyaki bar, di salah-satu sudut Sushi Naga
Lupa nih apaan?(no.1) Gak, ini bukan aslinya begini, tapi sudah dimakan separo sama Melly no.2 ini juga termasuk sushi korban kerakusan kami. Belum sempat di foto sudah ilang dua. Lina, balikin dulu nih sushi buat blogging
Nah kalo ini sih namanya Sushi Spider.... LUPAAA JUGA! Gila, gw cuma tahu makan doang. no.3 tolong dijawab ya
Bagi yang tahu, langsung saja dijawab untuk sushi no.4
Sushi no.5 please namanya?
Ikannya segar. Baik yang mentah (sasimi) maupun yang matang, tidak berbau amis. Bagi penikmat sushi yang saya ajak di sana, rata-rata mereka memberi nila 8 untuk Sushi Naga. Selain tempat yang cozy, harga yang tidak begitu mahal, rasa dan posrinya mantab. Belum lagi wasabinya yang dasyat, bikin hidung yang pilek jadi plong. Mungkin kelemahannya adalah tempatnya yang terpencil. Tapi justru bukannya itu bagus? Karena pasti selalu tersedia tempat buat saya di sana.
IntermezoPertama, kuis menebak sushi hanya dibuka untuk teman-teman yang ikut tadi malam. Jawaban dikirim ke comment posting ini.
Kedua, mungkin setelah lihat menu-menu yang saya pesan, jadi penasaran kenapa saya suka makan yang mentah. Ini salah-satu trik saya dalam menemukan tempat sushi yang enak. Menurutku, jika sushi shokunin (ahli pembuat sushi) mampu menyajikan sushi mentah yang enak dan segar, tentu bukan perkara sulit baginya untuk menghidangkan sushi yang matang. Ya, saya tahu resikonya, bahwa bisa saja saya keracunan bahan makana yang tidak higienis. Namun untuk sushi, saya pantas mengambil resikonya.
Selain sashimi dan nigiri, ada pula sushi yang menjadi benchmark dalam menentukan sushi yang enak, dan harga rata-rata, khususnya sushi groovy, yaitu dragon roll sushi. Saya kurang tahu alasan pastinya.
Ketiga, ini beberapa foto bukti kerakusan dan kebrutalan teman-teman tadi malam:
Baru nunduk ambil kamera HP, eh sudah sisa satu aja nih sushi?!!
Mina takut ketahuan bentonya habis duluan!