Saat ini masih banyak yg beranggapan bahwa made in Cina, khususnya Smartphone, adalah 2nd grade, atau murahan. Tapi apakah benar demikian?
Kalau saya jawabnya dengan bertanya balik, memang ada saat ini brand smartphone yang gak dibuat di cina? Bahkan produk Samsung dan Apple (iPod, iPhone, Macbook, iMac) saja dibuat di Cina :)
Untuk memahami ini, mungkin kita perlu tahu dulu bahwa manufacture IT di Cina itu ada 3 jenis, yaitu Global Brand, OEM, dan assembling manufacture.
Ok, kita mulai dulu dari Assembling Manufacture, jenis industri ini ‘hanya’ mengerjakan perakitan, semua order dan lisensi produk berasal dari klien. Contohnya yang paling terkenal adalah Foxconn, pabrikan yang mengerjakan perakitan produk-produk Apple. Di Cina sangat banyak sekali manufacture seperti Foxconn, bahkan yang sekelas industri rumahan juga ada. Justru industri ini yang menjadi penyokong awal industri IT di Cina.
Bagaimana dengan OEM? OEM atau Original Equipement Manufacture membuat smartphone sendiri, namun di-branding ke perusahaan pemegang brand, contohnya yg familiar kita tahu Heisen dan Inos (yg bahkan sudah ada service centernya di Indonesia). Beberapa global brand besar pun masih ada yang membuat unit OEM seperti ZTE yag memproduksi unit untuk Smartfren Andromax V.
Biasanya industri OEM ini kelanjutan dari industri Assembling Manufacture yang mulai mencoba sendiri membuat unit smartphone dari hasil riset selama mereka mengerjakan unit bagi brand lain, namun masih belum cukup ‘PD’ untuk menjadikannya brand sendiri. Industri OEM pun dianggap sebagai batu lompatan dari Assembling Manufacture untuk menjadi Global Brand. Contohnya seperti yang kita kenal saat ini, brand HTC. Jauh sebelum mereka membuat produk sendiri, mereka merakit unit OEM untuk O2, HP, dan Dopood. Makanya jaman Windows-Phone dulu unit PDA brand-brand tsb sangat mirip, karena memang yang buat satu manufacture.
Global Brand, adalah manufacturing yang memiliki brand dan produk sendiri. Singkatnya ini seperti Samsung, HTC, atau LG. Contoh global brand ini adalah ZTE, Huawei, Xiaomi, Lenovo, atau yang belakangan ini sedang naik daun, Oppo. Dulu mungkin merek-merek ini memproduksi yang modelnya saja kita amit-amit ingin menggunakannya, apa lagi menyempatkan melihat fiturnya. Namun saat ini produk mereka tampil dengan design yang melegan, mewah, fitur yang bagus, bahkan framework software mereka semakin baik. Kenapa bisa demikian?
Selain mereka belajar dari pengalaman mereka saat menjadi OEM, juga karena mereka berinvestasi pada sumber daya manusianya. Saya beberapa kali meeting dengan engineer asal Cina, baik hardware maupun software. Rata-rata usia mereka masih sangat muda, bahkan sempat ketemu programernya WeChat yg usianya baru 22 tahun. Tapi mereka semua lulusan S2 luar, bahkan ada yg PHD. Bahasa Inggris mereka bagus-bagus, dan rata-rata mereka menguasai lebih dari 3 bahasa asing. Jadi saat ini memang tahapan industri di Cina bukan lagi meniru, tapi mulai ke tahap berinovasi.
Contohnya kamera pada smartphone Oppo N1 yg memiliki mode slow shutter (ini bukan aplikasi loh, tapi memang kemampuan kameranya) sehingga kita dapat mengatur bukaan aperture dari kamera. Ada juga smartpohne Huawei Ascend P6 yg sukses ‘mempermalukan’ iPhone 5 dengan sempat menjadi Smartphone tertipis di dunia, 6.7mm (namun akhirnya dikalahkan brand senegaranya dengan ketebalan hanya 5mm). Juga smartpohne terbaru ZTE yg punya layar 4K, bikin retina display nya iPhone jadi so lame. Dari sisi software juga Smartphone ini dilengkapi dengan ROM masing-masing yg memiliki keunikan dan performa di atas rata-rata (jadi bukan lagi pake framework developer bawaan google), artinya insinyur software mereka pun hebat-hebat.
Tapi kenapa masih banyak sih produk made in China yg murahan?
Nah itu karena OEM dan manufacturing. Masalahnya kalau OEM, karena kebanyakan pengusaha lokal Indonesia open PO ke OEM Cina dengan low budget. Mereka ingin produk yg punya spek terbaru tapi terjangkau. Alhasil materialnya yg dikorbankan, riset software dikorbankan (makanya spek bisa OS jellybean tapi gak ada updatean lagi), after sale dibuang. Spek boleh bagus, tapi kalau framework software nya asal-asalan (karena ya itu, yg penting murah), ya jadinya smartphone nya mudah crash/hang, cepat panas, boros batre padahal kapasitas batre besar, dsb.
Makanya kalau ada yang nyeletuk, "HP cina?! Memang bagus ya?", pasti itu orang datang dari masa lalu, deh :D
0 comments:
Posting Komentar