Gw lagi di cafe warnet, dan barusan gw denger lagu kenangan patah hati gw. Jadi sedih deh. Judulnya d'hardest day, d'Corrs. Bentar-bentar gw nyanyiin baitnya:
" One more day, one last look.... Before I leave it all behind ....And play the role that's meant for us.... that said we'd say goodbye......nana....na....na..naaaa........(gak hafal lagi)"
*dengan suara yg fals*
Hm.... Nah ini bagian reff-nya:
"Never wanna wake up from this night.... Never wanna leave this moment.... Waiting for you only, only you.... Never gonna forget every single thing you do.... When loving you is my finest hour.... Leaving you, the hardest day of my life.... The hardest day of my lifeee......... uuuuu..... aaaa...."
*harus diakui suarnya menyerempet suara tenor, tapi banyak gak kenanya, plus beberapa kaca warnet pecah*
Huhuhu hari yg tragis. Melupakan orang yg tidak mampu tuk dilupakan namun harus berjalan terus. Seandainya pun kita hidup 100 kali, tapi kalo tidak berjodoh tidak ad disatu kehidupan pun kita bisa bersama.
Anyway, gw di Bali sekarang, dan sinilah gw sekarng, Denpasar yg sekarang lagi panas-panasnya walopun sudah masuk musim hujan. Bagi gw, orang yg gak tahan panas, Bali ini -- mengambil istilah ade gw, bagai neraka bocor. Tapi disinilah orang-orang menjulukinya pulau dewat, diman par dewa tinggal dan bersemayam, dimana ritual adat sebanyak pasir laut terbentang, dimana arwah dan orang tinggal berdampingan, dimana kasta masih berlaku.
Walopun yg sebutkan terakhir berpadanan dengan kata 'Siti Nurbaya' -- terdengar kampungan dan tabuh di kehidupan kota yg hedonis, namun sayangnya kota yg memiliki kasta ini memperlakukan sesamanya manusia dengan wales asi. Walopun memiliki kasta yg baik dilingkungannya, namun tidak serta merta mereka meng-ekslusif-kan diri. Justru mereka menjadi panutan masyarkat.
Orang Bali terkenal dengan keramahannya dan rendah hatinya. Mungkin ini juga yg membuat kota Denpasar terkena bom sampai dua kali. Antara penduduk asli dan pendatang pun ada ikatan yg khusus. Sebagai contoh, disini, antara keturunan tionghoa dan penduduk asli hidup rukun karena salah-satu dewanya orang Bali ada yg tionghoa.
Ironisnya, kota yg mengisukan persamaan derajat dan martabat, membuat kasta yg tak kasat mata. Sebut saja kota Jakarta, atau Surabaya, yg merupakan kota metropolitan di negara ini. Di kota-kota tsb punya Kasta Tak Kasat Mata (yg setelah ini kita singkat menjadi KTKM agar mempermudah penulis). KTKM berdasarkan uang, antara si punya uang yg berada diatas, dan yg tidak punya uang, anatar si akay dan si miskin.
Contoh sehari-hari yg bisa kita lihat, bagaimana perlakuan sso atas orang yg tampil 'mahal' dengan yg sederhana. Bukankan itu merupakan KTKM? Sso diperlaklukan berdasarkan jumlah uang yg dia miliki.
Orang bilang Bali tidak kenal Tuhan dan menyembah berhala, namun nyatanya ditempat yg orang bilang tidak ada Tuhan justru ada kerukunan dan kebaikan hati. Orang bilang Bali memiliki kasta, namun justru dikota besar kasta diperlakukan secara tegas.
Buka tanganmu. Sesungguhnya dimanakah Tuhan yg membawa kedamaian dan kerukunan? Buka hatimu...
0 comments:
Posting Komentar