Beberapa hari ini denpasar diguyur hujan. Aku suka sekali dengan hujan. Terkadang aku habiskan waktu berjam-jam saat hujan untuk memandang keluar. Kadang juga aku main hujan, dengan sengaja diguyur hujan deras. Saat-saat kepala ini basah dengan hujan, kita bisa berpikir dengan kepala dingin. Kembalai merasa seperti anak kecil, seolah melihat semua masalah menjadi kecil.
Semenjak pergi dari Jakarta, ada kebiasaan yg aku rasakan sudah tidak pernah aku lakukan lagi di sini. Saat-saat terakhir aku diJakarta, aku senang sekali nonton dvd. Sepertinya waktu cepat berlalu (aku pernah bilang dulu kalo TV adalah mesin waktu, mesin waktu yg hanya bergerak kedepan), dan ini adalah alat paling ampuh untuk membunuh waktu. Maka dari itu setiap pulang kerja aku selalu sempatkan untuk membeli beberapa keeping dvd untuk aku habiskan dirumah.
Suatu ketika aku membeli dua dvd didekat tempat kerjaku. Untuk pertama kalinya aku membeli dvd yg keduanya bagus. Biasanya jika yg satu bagus yg lainnya amit-amit. Ya mungkin juga karena saya lebih pandai menonton ketimbang memilih film. Pokoknya aku beruntung kali ini.
Film pertama yg saya tonton ‘The Illusionist’. Nothing is what it seems. That’s right. Endingnya tidak terduga, seperti layaknya cerita-cerita misteri. Mungkin biasa saja buat orang lain, cuma menarik buatku. Ini film roman klasik misteri, latarnya, krangka cerita, alurnya. Kisahnya menceritakan seorang anak yg belajar sulap (sulap selalu identik dengna romantisme) yg memiliki kekasih pujaan hati. Mereka saling menyayangi namun orang tua sang gadis yg notabene bangsawan kerajaan tidak setuju, dan akhirnya sang pria pergi dari desa tsb. Dia pergi untuk mencari, sebuah sulap yg mampu menghilangkan dia dan gadisnya.
Selang puluhan tahun kemudia pemuda tsb kembali, namun tentunya kali ini dia tidak dikenali karena sudah menjadi pria dewasa. Pemuda ini membuka pertunjukan ilusinya dikota tsb. Singkat cerita sang gadis menyadari, namun kali ini posisinya lebih sullit karena sekarang dia sudah menjadi tunangan raja. Singkat cerita sang pemuda berhasil melakukan pertunjukan terbesarnya sepanjang masa, menghilangkan sang gadis….
Film berikutnya lebih ringan dan comedian, ‘Rumor Has it…’ Based on a true rumor. Saat ini tidak hanya true story yg bisa dijadikan film, namun true rumor juga. Mungkin besok-besok kita tidak akan kaget kalo muncul film ‘based on a true untrue’.
Eniwei film ini menceritakan tentang seorang pria (entah bisa dibilang beruntung atau tidak) yg tidur dengan tiga generasi sebuah keluarga, neneknya, ibunya, dan anaknya. Namanya Beuh (Kevin Costner). Ceritanya dimulai dengan Sarah (Jenifer Aniston) merasa ragu untuk menikahi tunangannya Jeff (Mark Ruffalo). Ditengah kebimbangannya dia mendapatkan rumor kalo ternyata dia bukan anak dari ayahnya (lupa euy nama ayahnya), namun anak dari Beuh itu. AKhirnya dia menyelidiki, sampai akhirnya mereka berhubungan intim. Udah gitu belakangan dia baru tahu kalo si Beuh ini tidur sama neneknya (Shirley MacLaine), nyokapnya, dan sama dia! Udah gitu tunangannya tahu dan hubungan mereka terancam.
Klo dulu aku nonton film kek gini, pasti sudah saya matikan sebelum selesai filmnya. Bagi saya tidak ada yg menarik dalam sebuah perselingkuhan untuk ditonton, dan it bukan hiburan. Tapi film yg satu ini saya sangat menikmati. BUkan karena saya pernah selingkuh, atau selingkuh itu menyenangkan, namun karena film tsb begitu manusiawi. Bahwa hal-hal tsb bisa terjadi disekitar kita, atau mungkin kita sendiri yg mengalaminya. Apa lagi buat orang Asia yg katanya memiliki budaya serta kesusilaan lebih tinggi dari orang barat, aib seperti di film ini pasti tak terampuni, dan walopun bebas dari penjara besi, namun tetap harus mendekam dalam penjara sosial.
Film ini bercerita lebih banyak lagi, bukan apa yg telah kita perbuat yg menentukan diri kita, namun apa yg akan kita perbuat untuk memperbaikinya. Bukan seberapa banyak kita jatuh, namun seberapa banyak kita bangun. Sedikitnya aku pernah mengalami dalam posisi Jef, walopun tidak benar-benar sama.
".... aku tidak datang untuk bilang 'aku tidak bisa hidup tanpamu' karena aku bisa, tapi aku tidak ingin itu."
0 comments:
Posting Komentar