Apa saja keunggulan BB Curve (83xx)?
- pastinya blackberry connect
- blackberry browser (HTML)
- 3,5 mm streo headset- ada kamera 2MP
- dukung micro SD tentunya selain memori internal 64MB (flash)
Sedangkan keunggulan 8310 adalah GPS.
Update: Ternyata gw nyasar juga di Jakarta dan begonya gw butuh sampai 2X nyasar sampai sadar gw punya GPS.
Sedangkan di mata saya keuntungan BB adalah koneksi tanpa henti. Saya tidak begitu suka menjadi bagian dari latah kolektif BB saat ini, tapi yang ini harus saya akui blackberry itu bikin saya autis! Makan sama BB, beol sama BB, pacaran sama BB, tidur mimpi BB, sampai-sampai posting blog pun dengan BB.
Kelemahannya justru datang dari hal teknis. Pertama batrainya kurang mumpuni. Dipakai koroyokan (MP3 nyala, kamera nyala, messaging, browsing, telponan), batre hanya kuat setengah hari. Padahal GPS belum ikut dipakai. Penggunaan standar hanya mampu bertahan sehari, jarang sampai dua hari, kecuali saat koneksi GPRS saya down seharian, yang artinya BB berubah menjadi HP biasa.
Kelemahan kedua adalah trackballnya. Ini memang asik banget, cuma lama-kelamaan akurasinya berkurang. Pernah kejadian saya sampai lima kali bertutur-turut mematikan BB gara-gara folder yang ingin saya eksekusi berada tepat disebelah icon power off.
Kelemahan ketiga adalah, bahwa antara iPod dan BB ada sebuah persamaan, yaitu sama-sama social killer. Apesnya, saya punya keduanya. Berbeda dengan iPod, BB lebih akut. BB membuat seseorang secara terus-menerus dan dalam kurun waktu yang lama, memutuskan hubungan sosial disekitarnya dan sibuk dengan 'dunia BBnya' sendiri. Bahkan ada seorang teman, setelah menabrak mobil di depannya karena asik dengan BBnya, masih tetap cuek dan kembali sibuk. Yang menjengkelkan adalah bahwa sebelum memiliki BB, seseorang baik-baik saja saat tidak chating atau membuka email real time. Namun setelah memiliki BB, 'chating' berubah menjadi teramat penting dan email terlalu berharga untuk tidak dibaca saat itu juga, bahkan sekalipun di tengah kecelakaan.
social killer
Sama seperti demam HP dan sms di masa keemasannya dulu. Saya sempat dengar beberapa teman mengeluh kalo dia bisa merasa uring-uringan kalau HPnya ketinggalan, bahkan merasa hidupnya tidak lengkap tanpa HP. Mantan saya dulu, lebih memilih ketinggalan dompet dari pada ketinggalan HP (ya, kamu benar, itu HP buat telpon saya, suruh jemput dia). Tidak heran jika 'kelompok cowok militan' (kamu bisa ganti dengan: saya.red) menyalahkan HP sebagai biang keladi absennya wanita di dapur. Memang jamak ditemui bahwa wanita sekarang lebih fasih menggunakan HP dari pada menggunakan bumbu di dapur. Mungkin malah mereka sudah lupa di mana dapurnya.
Dulu Benny sempat ngomong mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kapasitas dan kebutuhan. Kalo tidak salah, kira-kira begini bunyinya: kebutuhan akan selalu mengikuti kapasitas. Atau mungkin terbalik ya? Ya, nanti kita tanyakan langsung kepada narasumbernya. Tapi kira-kira yang bisa saya simpulkan adalah, tidak pernah ada kata cukup dalam permintaan. Sebesar apapun kapasitas, uang, nominal (dan semua yang bisa kamu kategorikan di sini) pasti tidak ada kata lebih atau setidaknya cukup dalam permintaan. Akhirnya permintaan atau rasa puas itu mungkin dilambangkan dengan tak terhingga.
Kenapa bisa demikian? Kenapa tidak nyaman saat kita tidak sibuk dengan BB? Kenapa kita merasa seperti orang yang hilang saat tidak membawa HP? Kenapa kita tidak pernah cukup dengan gaji kita? Kenapa kita tidak pernah cukup dengan barang yang kita miliki? Dan kenapa saya tidak pernah cukup bertanya kenapa?
Karena takaran dari rasa puas itu 'rasa'. Padahal kita tahu pasti perasaan bisa menipu.
'Rasanya kita belok kiri deh di perempatan berikutnya', dan yang terjadi adalah kita tersesat.
'Perasaan gw gak enak deh', padaha yang terjadi sebenarnya uang kiriman dari kampung belum tiba. Dan masih banyak rasa-rasa lainnya yang kita tahu itu bukan yang sebenarnya. Rasa itu tidak bisa ditakar/dihitung, makanya sulit jika takaran cukup kita adalah perasaan.
Cukup itu datangnya harus dari keputusan. Saya memutuskan untuk tidak sibuk dengan email dan chating di BB saat ada orang lain bersama saya. Saya memutuskan tanpa HP pun saya bisa jalani hari ini sama baiknya dengan menggunakan HP. Saya memutuskan dengan gaji 5 juta itu cukup buat saya dan keperluan saya. Saya memutuskan untuk cukup memberi contoh.
Saat saya tidak bisa berkata cukup kepada BB ku, atau kepada HP ku, atau kepada uangmu (loh??), maka bisa dipastikan itu semua adalah tuan atas hidupku - siapa yang mengikat kasutnya dan pergi dengan seseorang, dia menjadi hamba untuk orang tersebut. Namun saat kamu bisa berkata cukup dengan barang dan uangmu, maka mereka (barang dan uangmu.red) adalah hamba yang baik bagimu.
Ok, sekian dulu sebelum gw terlalu sibuk dengan bb gw.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
17 comments:
wuisss.... BB mau jg donk, Joe!!!!
pengen yg bold, tapi mahal pisan euy hahaha...
Hei, sudah lama nih gk main k blogmu.
Kalo gw kurang tertarik dg bold, terlalu borju, it's not my style.
Tapi kalo punya duit ambil aja.
Eniwe thx buaĆ¾ commentnya :)
Gak tau kenapa gue gak ngefans banget pake Blackberry. Lebih sering teronggok dilaci, dan bayar XL for nothing ...
Gimana sih caranya enjoy pake Blackberry sampe autis???
Ada saran Joe?
@Benny
Kamu gak harus enjoy kok Ben :)
Asas kebutuhan aja, kalo gak butuh kenapa harus punya. Sewaktu pertama kali punya BB, memang eforia, kemana-mana bawa BB. Cuma gw pikir gw gak harus hidup dengan cara demikian.
Gw butuh fasilitasi push email, dan messaging untuk kerja, tapi di luar itu, gw gak harus gimana bangat sama BB. Dampaknya, gw ke mana-mana gak harus bawa laptop, karena dari serius sampe bersenang-senang, bisa dengan BB, contohnya ngeblog :D
Eniwei, kabari gw ya kalo BBmu butuh majikan baru, gw mau belikan buat sso.
buat g yah...??? ;p asyikk!! asyikk!! dapet BB...
duh makasih yah...jadi terharu...ga usah kasih kado natal segitu mahal lah...wkwkwkwkkkk
kan g jadi ga enak neh...
;p
waaaxxxxxxxxxxx narsis ga tobat2 juga!!! ;p
kalo saya sih mau autis sebenernya nggak usah pake BB atau laptop. bisa aja duduk di pinggir trotoar sambil makan es krim jagung dalam setangkup roti, es krimnya habis, ya duduk aja bengong gitu. atau duduk di pantai sambil bengong liatin ombak dan orang-orang yang berselancar di bawah terik matahari jam 1 siang. kalau dipikir-pikir, jangan-jangan saya emang punya bakat autis. hihihihi.
@sent from my StrawBerry wireless device.
@Ben: sini, BB-nya gue pake dulu aja :D hihihi
@Ribka
Gimana tawaran gw tadi siang? Tolong dipertimbangkan ya. Gw akan dengan senang hati kasih BB ke lo, Ca :D
@Hanny
Nama belakang gw memang Autis *jayus Yud*
Autis itu bukan bakat, tapi kesadaran *wah, emang jayus nih Yuda*
Sudah ah, tidak menarik membicarakan kematian dan autis di blog, bawa sial.
yud...ehmmm tawaran u cukup menarik...
tar g tanya nyokap g dulu yah...
**wkwkwkwkkkkk biar lo dihajar sama mak g**
;p
@Ribka
Justru salah lo, Ca. Nyokap lo justru setuju bangat lo kerja di tempat gw. Gaji gede; pekerjaan mudah; nemu di mana coba kerjaan kek gitu :D
sejak punya BB gw juga jadi autis nih!!
btw lo ngeblog pake BB? emang ga pegel apa ngetik sepanjang gt? :D:D
@krim susu
Pegal sih enggak, lagian kan ada keyboard gigi biru hehe
wow
aloe mr.jo
u harus bertangung jawab, , , , , ,
hehehehehe. . ..
gara2 liat blog ini
ampun ,g jd ngidam bgt punya BB,n now i got it. . .
nah lho tp krn baru bgt jd lum ngerti2 bgt. . .
Nahhh. . .
mr jo wajib tgung jwb jwbin pertanyaan g ttg BB. . .
oc mr.joe?
hehehehehehehehe. . .
thx^^
lupa lupa lupa. . . .
thx ya mr.jo.....
(bantuan na plizzzz....)
n hepi n u year. . .. .
@The black Ros
Ini Marly ya? Hahaha sudah punya BB juga toh. Minta PINnya dong? Hehe
Sungguh sebuah mujizat, baca posting gw bisa beneren beli BB...
Jangan sampai ada pembaca lain yg niru ya.
Hehe dengan senang hati, pasti ta bantu :D
Eniwei tq buat commentnya
masnya... gmana sih masukin poto ke blog pake BB?
@Anonim
Di attc aja fotonya di email yg mau diposting ke database-nya blogspot.
Ow iya, itu kamu harus setting dulu, jadi bisa ngeblog via email atau sms. Ada fasilitasnya di blogspot.
Posting Komentar