Jadi karena Joe telat masuk kantor, dia mau cerita-cerita di blognya.
Arisan
Ada yang pernah ikut arisan di sini? Kalo kamu ikut arisan dan suka arisan, maka mohon maaf karena sudah mnyinggung hobimu. Awal bulan lalu, adik saya ikut arisan. Katanya sekalian nabung. Belum lama ini di greja saya juga ikutan mau bikin arisan. Ok, saya rasa saya tidak bisa terlalu jujur memaki di sini, karena ehm ada orang greja juga yang baca blog ini :D Alasannya jamak dengan semua orang yang memulai arisan, yaitu menabung dan bisa digunakan saat urgent. Faktanya, arisan itu merepotkan! Menyelesaikan masalah dengan masalah lain.
Ada sebuah paradoks dalam arisan, yaitu Arisan itu membuat uangmu menjadi milik bersama, sekaligus milikmu sendiri. Contoh, kamu ikut arisan dengan member 10 orang, iuran 100 ribu per minggu, diundi per bulan. Kalo kamu dapat undian pada giliran ke10 (artinya bulan ke10), maka kamu seolah menabung 400.000/bulan selama 10bulan. Itu menjadi uangmu. Namun kalo kamu sudah mendapatkan undian pada giliran pertama, itu sama dengan kamu berhutang kepada teman-temanmu. Kamu harus terus menyicil sampai hutangmu lunas. Tapi hutangmu itu sebenarnya uangmu juga.
Memang ini hampir sama dengan menabung, hanya saja resikonya lebih besar dari sekedar menabung, bukan? Karena banyak kepala dengan kepentingan masing-masing yang terlibat di dalamnya. Jarang satu putaran selesai dengan selamat, apa lagi kalo anggota arisannya banyak. Belum lagi ada sistem nembak, orang yang menang, undiannya bisa dibeli oleh member yang lain. Kalo arisan hanya sekedar menabung, mungkin tidak jadi soal, yang sering jadi kendala adalah saat uang arisan dimanfaatkan untuk hal urgent. Kenapa ini jadi maslah? Karena walaupun ini uang tabunganmu, ini juga uang bersama, yang artinya saat kamu butuh, kamu harus meminjam dan akan menyicilnya. Fakta yang sering terjadi, semua orang butuh uang! Dan di sini lah dimulainya keributan.
Paradoks berikutnya, Arisan yang tepat guna adalah yang iurannya kecil (di bawah 5% dari penghasilan rata-rata per anggota), dengan member yang banyak. Tapi kendalanya semakin banyak orang semakin banyak masalah. Dan banyak orang tidak sabar untuk putaran berikutnya (biasanya yang sudah menang diawal - sudah dapat duit, males bayar). Akhirnya membernya dibatasi dan iuran dinaikan, agar keuntungannya sama. Kalo sudah begini, akhirnya kembali pada polemik yang di atas.
Kalo ini tujuannya untuk membantu orang yang kesulitan finansial karena keterbatasan dana, maka sudah pasti arisan bukan jalan keluar, karena justru kita membebaninya dengan hutang (tentunya dia yang kana menang duluan kan). Dan karena dia lagi butuh, tentu dia akan kesulitan untuk membayar iuran. Makanya terus terang saya kurang setuju ada arisan di greja, alih-alih membantu orang yang kesusahan, malah menambah masalah baru, padahal masalah lama saja belum selesai. Kalo memang mau membantu, kenapa gak kantong diakonia yang digalakan. Itu baru namanya membantu, saat memberi tanpa mengharapkan kembali.
Lalu kenapa saya gak ngomongnya kemarin saat rapat, tapi malah di blog ini? karena kemarin saya yang paling muda, dan sepertinya semuanya setuju-setuju saja.... Atau mungkin karena saya saja yang
STOP Berasumsi!
Kedua, belakangan ini saya sering sekali ketemu orang yang berasumsi, dan berdasarkan pengalaman tersebut saya menarik sebuah kesimpulan, gw benci bangat orang yang berasumsi sendiri!!
Maksud saya di sini adalah orang yang terlalu cepat berasumsi, dan ternyata SALAH! Menurutku orang yang berasumsi itu orang paling sok pintar dan paling egois.
Sok pintar; orang berasumsi karena dia pikir dia mengetahui sesuatu dan dia pikir dia cukup pintar menebaknya. Misalnya, kalo saya ditemukan lagi jalan dengan seseorang, cewek tentunya, sambil gandengan tangan, maka orang-orang seperti ini akan BERASUMSI itu cewek pacar gw! Contoh lain saat saya mengubah status YM saya menjadi permanen invisible, ada yang BERASUMSI saya pasti marah ke dia. Kenapa ada orang-orang yang berpikir bahwa segala sesuatu itu terjadi karena dia??! Sebegitu hebatnya kah dia sampai saya harus menghindari dia di YM? Atau sebegitu pintarnya dia sehingga tidak perlu bertanya untuk mengetahui yang sebenarnya?
Yang sebenarnya adalah cewe tersebut adik saya. Yang sebenarnya adalah setiap ol YM dari blackberry pasti permanen invisible karena saya tidak ingin mindahin kantor ke rumah.
Egois; ya, bagi saya orang-orang yang senang berasumsi adalah orang-orang yang tidak ingin mendengarkan. Biasanya mereka buruk dalam menceritakan ulang, karena mereka bercerita menurut asumsi dan imajinasi mereka. Mereka merasa tidak perlu mengetahui setiap kalimat sampai akhir, karena berkat kepintaran, mereka hanya perlu mendengarkan sepotong kalimat, bahka hanya kalimat pembuka, maka mereka sudah pasti bisa menebak maksud orang tersebut. MENAKJUBKAN! BRAVO! MANTAB! KENTANG!!!
Jadi kalo ada yang bilang Joe gak mau menolong karena gak ikut arisan digrejanya, maka saya tegaskan itu ASUMSI. Kalo ada yang bilang Joe benci sama orang yang ikut arisan, maka itu juga ASUMSI. Dan kalo ada yang...... ASUMSI!
Kesimpulannya ARISAN dan ASUMSI adalah dua hal yang tidak saya sukai. Bagaimana denganmu?
Powered by XL BlackBerry® smartphone
5 comments:
Kalo judulnya salah ketik, itu juga asumsi? EKEKEKEKEK!
ya, itu hanya asumsi lo aja kok :lol
Sabtu ada acara ngapain, Yos?
Sabtu mo ke puncak ada LKMM klub komputer jaman kuliah.
Kalo proposal lu lebih baik dan melibatkan lebih banyak gender wanita... hmm... hmm... mungkin gue bisa pertimbangkan.
kayaknya kalo telat, walau ga ujan tetep sering deh...*ini bukan asumsi, tp fakta* wkwkwkkkkk ;p
about arisan ada benernya juga, kemaren g juga mikir, kalo yg ikut nyampe 30orang gituh...
itukan nariknya butuh 30bulan
apa dalam 30bulan ke depan ga akan ada perubahan2, entah itu tiba2 ada yg pindah ke LN, dan lain sebagainya...
butuh pertimbangan mateng tuh,palagi g dapet jatah megangin 'n nagihin uangnya lagi...
hix hix hix...puciiingggg akuuhhh
@Ribka
Nah, betul kan? Bikin kerjaan baru aja. Kerjaan lama aja numpuk, eh inimalah bikin kerjaan baru. Gw sudah dari awal gak ikutan deh, jadi jangan tagih gw mehehe
Posting Komentar