jadi beginilah gw mulai bercerita... (perjalanan i)
Senyumnya sinis, tatapannya penuh curiga, tapi gw tidak mengacuhkannya. Gw gak peduli apa yang ada di otaknya, atau yang ada di kepala temannya Benny, atau di kepala orang lain, dan gw juga gak mau mencoba untuk peduli. Gw hanya bisa berharap mengetahui isi kepala dia saat ini. Gw berharap dia masih seperti orang yang gw kenal dulu dan gw sama-sekali gak berani berpikir kalo ternyata gw salah, dia berubah.
Semua orang Berubah...
Tadi pagi gw bangun dengan rasa nyeri di dada. Ketakutan yang menjalar pelan ke sendi-sendi saat sms gw ternyata gak sampai. Nomor dia tidak aktif untuk ditelepon. Gw masih berusaha menepis pikiran-pikiran buruk dalam hati. Gw coba hubungi rumah orang tuanya, dan ternyata kemarin dia tidak pulang ke rumah orang tuanya, seperti yang dia katakan saat meminjam mobil ke gw.
Kali ini gw tidak bisa berbantah dengan pikiran-pikiran gw. Tengkuk gw merinding karena dingin menjalar menggerogoti tubuh. Nyeri yang menjalar seolah mendapat alasan untuk menyesakan tubuh. Kepala gw pusing seperti dihujam gadam, menggudam menyebabkan mual yang tak bisa dimuntahkan. Gw mencari pegangan untuk menopang tubuh.
Gw telpon orang tua gw, gw telpon teman gw, dan gw telpon Benny...
Benny yang meminjamkan mobil itu ke gw. Dia sendiri pun meminjam dari ayahnya. Lihat, betapa hebatnya gw berani meminjamkan kepercayaan Benny ke orang lain. Mungkin kesalahan Benny dan gw adalah meminjamkan apa yang bukan milik sendiri dengan jaminan rasa percaya.
Gw dan Benny mengerjakan perusahaan yang sama, systronic-id, dan minggu itu sebenarnya kami akan sangat sibuk dengan pekerjaan kami, tapi gw mengacaukannya.
Benny datang ke apartemen gw, dan kami berdua melapor ke pos keamanan. Untuk kamu ketahui, mobil yang dibawa lari tanpa paksaan bukan digolongkan curanmor (Pencurian Kendaraan Bermotor), melainkan penggelapan. Orang yang menatap gw dengan curiga dan tersenyum sinis itu adalah kepala keamanan mediterania residen 2, Rustam.
Jelas, gw meminjamkan apa yang bukan punya gw untuk dibawa lari, siapa yang gak curiga. Belum lagi setiap ditanya gw terkesan tidak becus menjawabnya. Gw akui itu, karena pikiran gw punya caranya sendiri untuk mencerna apa yang sudah dan akan terjadi dengan semuanya ini. Dan karena itu gw gak protes bila orang curiga ke gw, bahkan sekalipun itu... sahabat gw.
Hei, gw gak takut semua dari kamu mencurigai gw. Gw sama-sekali gak takut! Gw cuma takut kalau mobil itu tidak ketemu. Gw cuma takut kalo ternyata sahabat gw memang benar-benar menghianati gw! Gw cuma takut apa yang tidak pernah gw pikirkan menjadi tamu dalam hidup gw. Itu yang ada di otak gw.
Malam itu gw dan benny ke rumah orang tua dia. Gw lahir dan besar dari keluarga baik-baik, bersahaja, dan setidaknya cukup harmonis di mata kebanyakan orang. Gw rasa keluarga gw salah-satu dari sedikit keluarga yang mengerti akan arti kata 'keluarga', bahkan sering kali malah terlalu berlebih. Jadi saat gw ketemu dengan orang tua yang mengutuk anaknya sendiri, bahkan ingin memutuskan hubungan keluarga, itu gak bisa masuk di otak gw.
Ok lah kalo diusir dari rumah karena kurang ajar, atau kawin tanpa restu. Tapi setahu gw dari pengalaman teman-teman gw, orang tua mereka akan menolong anaknya saat anaknya dalam masalah bahkan saat sudah memiliki cucu biasanya hati orang tua akan cair. Tapi gw gak lihat itu. Gw gak lihat. Dan gw pengen nangis saat lihat ada seorang ibu yang punya hati selegam tembaga. Tapi get real lah!! Masa anaknya habis bawa lari mobil orang, gw yang nangis?!! Gw cuma berharap semua ini berhenti di sini dan gw terbangun dalam ranjang berpeluk guling.
Gw masih berharap hari itu dia menghubungi gw, atau setidaknya mengembalikan mobil dengan diam-diam, dan meminta maaf setelahnya. Gw masih berharap dia hanya sekedar khilaf, atau memang dia punya kepentingan yang dia tidak bisa katakan, namun akan mengembalikan setelahnya. Menurut kamu, masih naif kah gw untuk mempercayai itu semua?
Atau memang gw keras-kepala untuk tidak menerima kenyataan bahwa setiap orang berubah. Bahwa ternyata setiap orang berjalan maju untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, terhadap hidup dan kebutuhan mereka -- terlepas ke arah positif atau negatif langkah mereka. Sedangkan gw masih tetap di sini, seperti seorang bocah yang mengira setiap orang akan selalu dia temukan di tempatnya yang sama, seperti matahari yang selalu terbit dari timur.
Mungkin itu sebabnya gw gak pernah bertahan dalam sebuah hubungan, karena gw berharap pasangan gw tetap sama, atau bisa jadi karena gw tidak bisa berubah seperti yang mereka mau.
Mujizat ke dua...(perjalanan iii)
.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 comments:
uhhh...knapa lo sama naif-nya kek g seh???
sabar yah, Joe..
BTW masih blm ketemu jg yah?!
moga2 cepet kelar dan mobil itu cepat kembali yah, Joe ^_^
Aminnnn
@ribz
entah lah, mungkin karena kita terlalu lama di greja.
@Lala
Aduh La, justru mobilnya sudah ketemu. Bukannya waktu itu sudah atur janji sama ko Benny buat cerita-cerita ya? Ini gw kembali menceritakannya di blog gw, soalnya sebelumnya gw gak cerita apa-apa mengenai mobil :)
kitaaaa?????
g aja kali...lo mah perasaan baru kemaren g liat kembali beredar di greja :P
wkwkwkwkkkkkk ;p peaceeee :D
Si kampret itu kan nyuri mobil di PT longjohn Bandung juga tuh, Sring berkedok agama, rajin gereja dll, dari dulu Sring nipu, mungkin itu alasan emaknya mau putusin hubungan, banyak Korban nya
Posting Komentar