Gak banyak hiburan di kota Banjarmasin. Hanya ada satu mall dan satu 21 yang filmnya update kalah-kalah bioskop lokal di Jakarta. Bahkan sangkin desperate-nya, adik gw sempat berujar, "pacaran di sini paling mentok dipamerin ke tukang pentol di jembatan" (pentol sejenis makanan ringan berbentuk bola-bola baso - pic menyusul).
Ada sih hiburan lain seperti pub, diskotik lengkap dengan segala bonus negatifnya, sayang itu bukan hiburan yang gw harapkan.
Beruntung gw nemu komunitas milis i-SatBerry yang suka nongkrong di Excelso Duta Mall. Namun kali ini gw pengen review sebuah cafe yang terbilang unik di Banjarmasin ini. Namanya cafe Capung.
Hal pertama yang langsung bikin gw suka dengan cafe ini adalah konsepnya rumah yang interiornya diset jaman baheula, alias jaman kolonialis. Banyak terpajang foto-foto dari jaman kolonial, atau poseter-poster lapuk yang masih menggunakan ejaan lama. Tidak ketinggalan furniture dan ornamen-ornamen di dindingnya.
Awalnya gw kira itu berasal dari Banjarmasin sampai gw melihat salah-satu poster dan foto yang ada, ternyata itu semua dokumentasi dari Batavia, alias Jakarta. Iya lah, secara gw ragukan Banjarmasin sudah ada penghuninya saat jaman kolonial itu.
Selain ornamen dan konsep rumah tersebut, cafe ini terbilang murah. Sebagai contoh minuman andalannya Spicy Teh ala Capung cafe yang tidak sampai IDR20.000, atau Nasi goreng Capung yang cuma IDR22.000. Rasanya? Gw jamin mantab dan gak rugi dengan harga segitu.
Mereka memiliki halaman belakang yang sering digunakan untuk gathering komunitas musik, atau komunitas apa saja yang ingin menggunakan tempat mereka. Ini menambah nilai positif dari cafe ini.
Nah kalo itu semua positifnya, ada juga kekurangannya. Gw baru sadar saat gw datang berkunjung untuk ke dua kalinya ke kafe ini. Saat ini meang waktu sudah menunjukan pukul 20.30 dan memang pengunjungnya sepi. Saat gw menanyakan wifi-nya yang gak menyala, dijawab layanan server mereka dari pusat rusak. Padahal gw tahu pasti mereka menggunakan fast net dari Jakarta, padahal di kantor gw yang notabene menggunakan fast baik-baik aja.
Saat gw mulai memesan banyak menu, dan ada beberapa pengunjung yang datang, secara tiba-tiba hotspot wifi mereka aktif. Saat gw konfirmasi, mereka bilang layanannya baru baik kembali. D'oh mereka pikir pelanggan bisa dikadalin ya? Dari sana gw berkesimpulan bahwa wifi hanya menyala dalam kondisi tertentu saja.
Saran gw, lebih fair jika mereka menggunakan minimal order untuk pengguna hotspot mereka seperti yang banyak dilakukan di cafe-cafe Jakarta. Itu lebih terbuka dan pelanggan tidak merasa dibohongi.
Tapi untuk ukuran Banjarmasin, ini kafe terbaik yang bisa kamu temukan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
jujur bangeeet,,,
Posting Komentar