Sebenarnya ini film lama (2002), tapi dasar saya jarang nonton film (baca: katro), makanya baru nonton film ini beberapa minggu yang lalu. Itu pun secara tidak sengaja. Saat hunting file di LAN, ada yang lagi share film, iseng saya copy, salah-satunya adalah film ini. Film yang saya dapat tanpa ada terjemahan sama sekali, kecuali pada percakapan-percakapan tersirat, itupun terjemahan dari film-nya, agar penonton bisa tetap dapat mengikuti pembicaraan yang sebenar-benarnya.
Film ini mengisahkan mengenai kebodohan cowok, the pot calling the kettle black. Owen (David Krumholtz), tokoh utama film ini, memiliki hidup yang sempurna. Karirnya sebagai penulis semakin menanjak, dan pacarnya pun, Chloe (Denise Richards), semakin sukses sebagai artis Hollywood. Memiliki pekerjaan yang diidam-idamkan, memiliki pacar yang cantik dan mencintainya; benar-benar hidup yang sempurna.
Sampai tiba akhirnya Owen mendapati pacarnya berselingkuh dengan rekan kerjanya di studio (Rodger yang diperankan oleh Landy Cannon) . Tentu saja hal ini membuat kisah cinta mereka berakhir. Tapi tidak semudah itu bagi Owen, karena sebenarnya ia masih mencintai pacarnya itu. Kemarahan karena dikhianati, kesedihan karena harus sendiri, dan kekesalan karena harus melihat mantan pacarnya bercumbu dengan pria lain masih bernaung di hatinya.
Untungnya Owen memiliki seorang sahabat yang baik, Jack (Dan Montgomery Jr.). Ditengah kesedihan tsb, Jack memperkenalkan Owen dengan teman dari tunangannya. Sebenarnya Owen malas untuk menjalin hubungan dengan wanita lain, tapi ia juga tidak bisa menolak permintaan Jack.
Singkat cerita akhirnya Owen bertemu dengan wanita tsb, Nadine (Milla Jovovich). Kencan pertama ini, Owen dengan sengaja membuat impresi yang buruk terhadap dirinya. Mulai dari sengaja salah ucap, membicarakan lah yang tabu untuk first date, sampai memberhentikan taksi bagi dirinya sendiri. Dari sini pula dimulainya percakapan tersirat bermakna ganda, seperti i'm great, ujar Nadine yang sebenarnya bermakna, you're an assho**. Atau saat Owen berkata, I guess I give you call padahal makna sebenarnya i'd sooner kill myself. Gak ngerti? Sama dong!
Pertemuan kedua juga masih buruk, secara sengaja Owen farting on Nadine's frock. Damn! Hebat kalo masih ada cewe yang mau dijadwalkan lagi buat kencan sama Owen, termasuk Nadine pun sudah jengah dengan ulah Owen. Sayangnya impresi buruk tsb buyar saat Jack melangsungkan pernikahannya dengan tunanganya Diane (Jessica Cauffiel). Pada acara ini, tidak hanya Owen dan Nadine saja yang hadir sebagai teman dari Jack dan Diane, melainkan mantan kekasih Owen, Chloe beserta pacarnya.
ini membuat Owen kegerahan. Puncaknya, secara tidak sengaja ia kelepasan melepaskan makian penuh sindiran saat memberikan pesan dan kesan di pernikahan sahabatnya. Tapi di sinilah Owen mempertunjukan kepandaianya dalam merangkai kata dan kalimat, dan justru menunjukan daya tarik aslinya kepada Nadine. Singkat cerita mereka menjadi akrab dan bersahabat. Sayangnya Owen terlalu bodoh untuk melihat siapa orang yang benar-benar mencintai dia. Bahkan setelah hubungan yang dekat itu, Owen masih kembali bersama kekasih lamanya.
(+) pros
You Stupid Man bergenre drama comedy. Berbeda dengan kebanyakan film dengan genre serupa yang cendrung slapsticks, film ini diracik sedemikian rupa sehingga humor yang disuguhkan hangat dan cerdas. Lucu namun tidak kampunngan. Penggunaan idiom yang melimpah serta makna-makna tersirat pun menjadi kekuatan tersendiri dalam film ini. Tidak hanya ditunjukan melalui kata-kata, tapi juga dalam aksi dari para tokohnya. Misalnya sewaktu Owen mengetahui bahwa ternyata kisah cinta Nadine sedikitnya mirip dengan dia, Owen melepas sepatunya dan mengigitnya; padanan dari menarik kembali kata-katanya. Atau sewaktu mereka saling bertukar kado valentine. Nadine memberikan Owen sepasang alas kaki - buatlah keputusan kawan.
Saya sendiri perlu sedikit waktu untuk mencerna setiap idiom dan kiasan di balik perkataan maupun tindakan tokoh-tokohnya. Namun justru ini yang membuat film ini semakin menarik untuk ditonton.
Pewatakan para tokohnya pun benar-benar kuat. Misalnya seperti Milla Jovovich yang memerankan Nadine, ia benar-benar penuh ekspresi. Watak tokoh digambarkan dengan sempurna melalui mimik, sikap dan gerakan-gerakan kecil lainnya. Perubahan hati dan arti ditunjukan dengan sempurna hanya dari mimik wajah dan bahasa tubuh. Walaupun dalam film ini Milla Jovovice berbadan besar (digambarkan dengan kontras melalui lawan mainnya, David Krumholtz) , tapi justru menjadi favorit saya. Berbeda dengan peran dia di Resident Evil yang menyohorkan namanya, saya justru kurang begitu suka.
(-) cons
David Krumholtz pun menjadi favorit saya dalam film ini. Cerdas, suple dengan percakapan yang menarik. Sayangnya justru kelemahan film ini datang dari hal teknis. Di beberapa screen terlihat adegan yang menunggu. Seperti adegan antara Owen dan Nadine sehabis kencan pertama mereka. Mereka sengaja berjalan ke luar dan berhenti di spot yang sudah ditunggu oleh kamera, berdiri di dead center (istilah dalam pengambilan gambar saat POI - obyek, berada tepat di tengah kamera). Atau seperti saat Owen dikejutkan saat ulang tahunnya di bar, untuk sesaat ada jedah antara kejutan dengan keterkejutan Owen.
Tapi secara keseluruhan film ini bagus untuk ditonton. Antara penyampaian dan pesan moralnya memiliki pertalian yang jelas walaupun baru terlihat di akhir cerita,
You can't have the best of both worlds. It's not love.
Ranking A untuk film ini.
.
3 comments:
Very good synopsis Bro ...
Tq bro...
Saya juga suka film ini memberikan kesan yg sangat dalam
Posting Komentar