Malam Natal
Aku tidak merasakan ada yg istimewa malam ini; sama seperti malam-malam lainnya. Apa yg seharusnya istimewa malam ini, atau besok? Apa yg membedakannya dengan malam-malam lainnya?
Beberapa saat lalu aku sempat menonton 'Polar Express', film animasi yg saya tonton tahun lalu. Satu hal yg aku dapat dari film tsb yaitu, 'hal baik selalu menemukan jalan dan tidak pernah gagal'.
Hal baik.
Mungkin ini yg membedakan hari ini dengan hari-hari lainnya? Apakah hanya hari ini kita bisa melihat dan merasakan 'hal baik'?
Disaat bersama dengan aku menulis ini, aku lihat sebuah film Natal di sctv. Aku tidak tahu judulnya karena aku juga baru mengikuti di pertengahan cerita. Kurang lebih ceritanya mengenai seo penerus Santa yg ragu mengambil anggung jawab tsb, karena selain ragu dia juga merupakan seo wanita negro yg jauh dari gambaran natal (rasanya anda mulai tahu filmnya).
Aku rasa karena Natal dimulai dengan pemberian terbesar bagi manusia, yaitu Yesus, maka cerita tsb memilik seo wanita negro untuk menjadi penerus santa. Sant sebelumnya berkata, "...kamu tidak hanya melihat semangat natal (damai dan sukacita Natal) dalam diri santa berjanggut putih, karena santa bisa bermata besar, atau muncul dengan warna kulit hitam, atau mungkin malah dengan tubuh seo wanita...". Santa bisa siapa saja yg memiliki kebaikan hati untuk di bagikan kepada orang lain. Karena orang tsb akan dibilang anak-anak terang, seorang santa (orang kudus, pembawa damai).
Mungkin inilah seharusnya yg membedakannya dengan hari-hari lainnya, yaitu kebaikan hati. Kebaikan hati yg menembus warna kulit, status sosial, etnis, agama dan budaya. Kebaikan hati yg seharusnya bisa dirasakan sesamanya manusia. Namun malam ini, hari ini tidak akan ada gunanya jika kebaikan itu hanya menjadi tradisi sehari, karena sebenarnya kebaikan hati harus terpancar senantiasa setiap hari, setiap waktu.
Selamat Hari Natal Kawan
Makna Hidup
Adek-adek saya yg di Jakarta tidak jadi pulang dikarenakan kuliah dan kesibukan masing-masing. Saya juga baru tahu kalo ortuku akan ke Kupang dan Rote, jenguk oma ku. Tinggalah Saya dan ade saya yg paling kecil, Daniel, di rumah Banjarmasin. Fuih. Ini Natal paling sepi seumur hidup saya! Plus ngurus rumah; msak, nyuci, sapu-ngepel, Damn!
Ortu sudah berangkat kemarin, jadi saya mulai kemarin malam sudah mulai masak, tadi pagi nyuci dan bikin sarapan. Semoga untuk 10 hari kedepan tidak ada kecelakaan yg menyebabkan rumah di Banjarmasin ilang dari peredaran. Nanti saya coba report disini hari-hari naas yg akan dilalui.
Balik ketopik hari ini. Di hari-hari yg mendekati akhir tahun ini, kebanyakan dari kita mulai berpikir mengenai apa-apa aja yg sudah kita lakukan di tahun ini. Apakah target-target kita diawal tahun tergenapi atau ada yg gagal. Terus ditahun kedepan itu mau ngapain aja, target2nya apa aja, dan masih banyak lagi renungan-renungan pribadi. Biasanya kita sebut ini evaluasi diri. Waktu terasa begitu cepat saat kita berada di penghujung tahun. Padahal sewaktu kita menginjakan diri pada bulan Januari, or Febuari, kita merasa cemas untuk hal apa saja yg akan kita kerjakan di tahun tsb, karena terasa lama hari-hari tsb (dan memang lama kawan, 356 hari!).
Apa makna jerih lelah-kita? Apa makna kita berada disini? Apa makna kehidupan kita?
Puluhan tahun, ratusan bulan, bahkan ribuan minggu akan kita atau sudah kita lewati, namun dari waktu dan semua peristiwa yg kita alami sepanjang hidup kita itu, bermakna apa?
Segala sesuatu ada artinya, ada tujuannya, termasuk keberadaan kita. Jika kita tidak memiliki tujuan, kita tidak akan tahu apa yg mau kita kerjakan atau lakukan. Jika kita tidak tahu apa yg kita kerjakan atau lakukan; perbuatan kita mengarah pada satu hal, yaitu kesia-siaan. Saat hidup kita sia-sia, kita tidak memiliki makna.
'.... hidup harus memiliki makna sayang. Kalau tidak bisa hidup untuk cinta, paling tidak hidup untuk membalas dendam sayang...'
Itu sebuah penggalan baris sebuah novel yg sempat saya baca. Bahkan sekalipun hidup itu untuk sebuah dendam, hidup itu masih lebih bermakna, dari pada hidup tanpa tujuan.
Hal ini terngiang-ngiang sejak saya kembali ke Indonesia. Apa sih yg saya kerjakan sebenarnya? Apa sih makna dari semua yg saya kerjakan tahun ini?
Jawabannya aku temukan saat aku membaca sebuah komik. Kaget ya? Sama.
Komik karangan Yumi Hotta. Kir-kira pesannya begini, "kita hidup untuk menghubungan masa lalu yg panjang sekali dengan masa depan yg panjang sekali''.
Setelah aku renungkan hal tsb benar. Setiap dari kita merupakan seorang agen dari masa lalu yg menyatakan eksistensinya pada masa depan. Kita ada sekarang karena masa lalu, untuk menjangkau masa depan. Setiap dari kita akan mempengaruhi masa depan. Apapun yg kita kerjakan akan berpengaruh kekekalan terhadap masa depan kita. Seperti yg aku sebutkan diatas, kita merupakan agen, jembatan, penghubung untuk generasi mendatang agar mereka belajar dari para leluhurnya, baik hal yg buruk maupun yg baik.
Setiap dari apa yg melekat dari kita adalah mata rantai generasi yg menghubungkan generasi di belakang kita dengan generasi di depan kita. Kita mewarisi tugas mulia ini tentunya untuk melakukan hal terpuji agar generasi di depan kita menikmati apa yg baik dari kita dan mewarisinya juga ke generasi di depan mereka.
Kita ada disini bukan untuk diri kita sendiri, melainkan untuk sebuah generasi. Apa yg kamu wariskan pada generasimu kawan?
'Rumor Has it...' Based on a true rumor, has it...
Beberapa hari ini denpasar diguyur hujan. Aku suka sekali dengan hujan. Terkadang aku habiskan waktu berjam-jam saat hujan untuk memandang keluar. Kadang juga aku main hujan, dengan sengaja diguyur hujan deras. Saat-saat kepala ini basah dengan hujan, kita bisa berpikir dengan kepala dingin. Kembalai merasa seperti anak kecil, seolah melihat semua masalah menjadi kecil.
Semenjak pergi dari Jakarta, ada kebiasaan yg aku rasakan sudah tidak pernah aku lakukan lagi di sini. Saat-saat terakhir aku diJakarta, aku senang sekali nonton dvd. Sepertinya waktu cepat berlalu (aku pernah bilang dulu kalo TV adalah mesin waktu, mesin waktu yg hanya bergerak kedepan), dan ini adalah alat paling ampuh untuk membunuh waktu. Maka dari itu setiap pulang kerja aku selalu sempatkan untuk membeli beberapa keeping dvd untuk aku habiskan dirumah.
Suatu ketika aku membeli dua dvd didekat tempat kerjaku. Untuk pertama kalinya aku membeli dvd yg keduanya bagus. Biasanya jika yg satu bagus yg lainnya amit-amit. Ya mungkin juga karena saya lebih pandai menonton ketimbang memilih film. Pokoknya aku beruntung kali ini.
Film pertama yg saya tonton ‘The Illusionist’. Nothing is what it seems. That’s right. Endingnya tidak terduga, seperti layaknya cerita-cerita misteri. Mungkin biasa saja buat orang lain, cuma menarik buatku. Ini film roman klasik misteri, latarnya, krangka cerita, alurnya. Kisahnya menceritakan seorang anak yg belajar sulap (sulap selalu identik dengna romantisme) yg memiliki kekasih pujaan hati. Mereka saling menyayangi namun orang tua sang gadis yg notabene bangsawan kerajaan tidak setuju, dan akhirnya sang pria pergi dari desa tsb. Dia pergi untuk mencari, sebuah sulap yg mampu menghilangkan dia dan gadisnya.
Selang puluhan tahun kemudia pemuda tsb kembali, namun tentunya kali ini dia tidak dikenali karena sudah menjadi pria dewasa. Pemuda ini membuka pertunjukan ilusinya dikota tsb. Singkat cerita sang gadis menyadari, namun kali ini posisinya lebih sullit karena sekarang dia sudah menjadi tunangan raja. Singkat cerita sang pemuda berhasil melakukan pertunjukan terbesarnya sepanjang masa, menghilangkan sang gadis….
Film berikutnya lebih ringan dan comedian, ‘Rumor Has it…’ Based on a true rumor. Saat ini tidak hanya true story yg bisa dijadikan film, namun true rumor juga. Mungkin besok-besok kita tidak akan kaget kalo muncul film ‘based on a true untrue’.
Eniwei film ini menceritakan tentang seorang pria (entah bisa dibilang beruntung atau tidak) yg tidur dengan tiga generasi sebuah keluarga, neneknya, ibunya, dan anaknya. Namanya Beuh (Kevin Costner). Ceritanya dimulai dengan Sarah (Jenifer Aniston) merasa ragu untuk menikahi tunangannya Jeff (Mark Ruffalo). Ditengah kebimbangannya dia mendapatkan rumor kalo ternyata dia bukan anak dari ayahnya (lupa euy nama ayahnya), namun anak dari Beuh itu. AKhirnya dia menyelidiki, sampai akhirnya mereka berhubungan intim. Udah gitu belakangan dia baru tahu kalo si Beuh ini tidur sama neneknya (Shirley MacLaine), nyokapnya, dan sama dia! Udah gitu tunangannya tahu dan hubungan mereka terancam.
Klo dulu aku nonton film kek gini, pasti sudah saya matikan sebelum selesai filmnya. Bagi saya tidak ada yg menarik dalam sebuah perselingkuhan untuk ditonton, dan it bukan hiburan. Tapi film yg satu ini saya sangat menikmati. BUkan karena saya pernah selingkuh, atau selingkuh itu menyenangkan, namun karena film tsb begitu manusiawi. Bahwa hal-hal tsb bisa terjadi disekitar kita, atau mungkin kita sendiri yg mengalaminya. Apa lagi buat orang Asia yg katanya memiliki budaya serta kesusilaan lebih tinggi dari orang barat, aib seperti di film ini pasti tak terampuni, dan walopun bebas dari penjara besi, namun tetap harus mendekam dalam penjara sosial.
Film ini bercerita lebih banyak lagi, bukan apa yg telah kita perbuat yg menentukan diri kita, namun apa yg akan kita perbuat untuk memperbaikinya. Bukan seberapa banyak kita jatuh, namun seberapa banyak kita bangun. Sedikitnya aku pernah mengalami dalam posisi Jef, walopun tidak benar-benar sama.
".... aku tidak datang untuk bilang 'aku tidak bisa hidup tanpamu' karena aku bisa, tapi aku tidak ingin itu."
Extraordinary Week
Minggu ini banyak hal yg terjadi, dan semuanya bisa dibilang hm, extraordinary. Kisah pertama dimulai dari awal minggu. Setelah aku pulang malam, dan biasanya memang pulang diatas pk1 dini hari, aku lanjutkan membaca beberapa buku yg tertunda dibaca. Lagi asik2nya membaca, aku mendapatkan ilham untuk buang air. Sayangnya karena akamr mandi dikamar belum ada embernya, sehingga harus berjerih lelah utk menggunakan wc umum yg terletak di lantai bawa. Perlu digambarkan sedikit bahwa kamar kosku ini terletak di lantai dua, dah hanya ada dua kamar kos. Kos kami pun harus berbagi lantai dengan asrama putri sebuah fakultas telogia.
Aku turun dengan membawa hape, sebuah buku, dan tentunya juga sabun. Setelah menunaikan tugas suci tersebut, aku kembali naik ke kamarku. Tangga yg menghubungak antara lantai bawa dengan lantai atas merupakan tangga berputar dari besi. Kira-kira dipertengahan tangga tsb ada sebuah benda yg jatuh mengenai bahu dan terus ke lantai. Di tengah keremangan aku coba melihat ke bawa,. Benda tsb panjang seperti tali, mirip seperti tali hapeku yg berwarna hitam. Cuma seingatku aku tidak membawa tali tsb ke kemar mandi (lagi pula untuk apa juga aku bawa2 tali tsb). Masih dengan kecepatan yg mengagumkan akhirnya otaku menyampaikan bahwa benda tsb serupa belut, karena panjang dan bergerak. APAAA?!!!!! Bergerak?!!!! Astaga itu ULAR BERWANA HITAM!!!!!! AKhirnya dengn respon yg tangkas aku tepis dengan kaki dan ular tsb jatuh ke lantai. Masih dengan paranoid tingkat tinggi masuk ke kamar, dengan was-was. Masih tidak percaya dengan apa barusan terjadi, aku mengintip keluar dari jendela, juga memeriksa seisi kamar. Setelah merasa aman, aku mengunci kamar. Selama sisa malam tsb aku menjadi waspada selama tidur. Yang menjadi pertanyaan, dari mana ular tsb? Memang dibelakang kos hutan bambu, tapi tentunya ular bambu tidak berwarna hitam kan.
Hal lainnya yg merupakan kejadian luar biasa terjadi hari Jumat yg lalu. Malam itu, sekitar jam 22, aku nongkrong minum kopi di warung dekat kos. Ngbro punya ngbrol dengan yg jaga warung, akhirnya tiba warung tsb ditutup. Hari Jumat, dan Sabtu adalah hari yg sangat sepi di kos, karena para penghuni asrama keluar utk pelayanan digreja sampai hari Senin pagi baru kembali ke kos. Sedangkan tetangga kosku juga ada jadwal ngajar pada hari Jumat dan Sabtu sampai malam.Karena malas kembali ke kos, aku iseng jalan cari warnet sembari cari makan. Aku tahu warnet terdekat, namun jaraknya hampirdua kilo dari kos. Ya namanya juga iseng, jadi aku jalan lah ke warnet tsb. Padahal baru jam23 kurang, namun tidak ada lagi yg jalan selain aku, lagi pula sepertinya orang sini jarang jalan kaki. Tiba diwarnet tsb pukul 24 kurang. Aku pikir waaarnet tsb beroprasi 24jam, karena sudah sesepi itu namun masih buka. Akhirnya hampir pk2 dini hari aku diusir. Akhinya kembali jalan pulang. Niatan cari makan terpaksa harus ditunda karena tidak ada lagi yg buka, benar-benar sepi. Aku jg bingung kok aku berani jalan di tempat sesepi ini. Cuma karena aku yakin dengan keamanaan d Bali, jadinya asik2 aja. Sekitar 20 menit berjalan kaki, akhirnya aku tahu kenapa orang ali jarang jalan kaki, apa lagi malam-malam. Anjing dimana-mana! Setiap grombolan aknjing paling sedikit setengah lusin. Kebayang gak sih sepanjang jalan digongongin anjing sekampung?!! Berjalan dengan was-was, dan tidak kurang dari tiga kali aku harus berhadapan dengan berlusin-lusin anjing dijalan, yg menggonggong dan mengikuti dari belakang. Bahkan ada sampai semua anjing jadi berkumpul dan bergonggong dalam radius 10meter dari aku. Tidak ada kengerian yg pernah aku jumpai seperti ini. Seolah-olah semua anjing tsb curiga terhadapku, bahkan ada yg sampai menyerang.
Yang aku takutkan adalah kalo sampai besok di Radar Bali dimuat kematian seorang drummer kelaparan yg mati dikoroyok anjing sekampung. Cuma semakin aku jalan susasana berubah, sampai tibalah aku disebuah pertigaan lampu merah. Di sepanjang jalan dari kos ke warnet tidak ada lampu merah! Di sepanjang jalan tadi tidak ada jalan sebesar ini!!! Gw NYASAR!!!! Setelah berjuang melewati barisan anjing gila, dan nyawaku hampir terancam, GW SALAH JALAN!!!! GW NYASAAAAR!!!!! F****!!!!!!!!!!!!
Aku gak tau kalo terus berjalan akan sampai kemana, cuma tidak mungkin aku kembali lagi setelah harus bertarung dengan anjing dan menembus berlusin-lusin barisan anjing. No way! Gw gak akan kembali!!! Tapi jalan sepi, dan disini tidak seperti Jakarta yg memiliki pos ojeq sampai lewat tengah malam. Akhirnya aku memutuskan utk menelpon sodara, rekan dan sahabatku yg baik bangat, Remon utk menjemput aku. Singkat cerita aku bisa naik diatas ranjang dengan tenang. Beberapa hari kemudia aku sempat trauma setiap melewati anjing, bahkan selalu merasa dikejar. Baru kali ini aku benci terhadap anjing.
Benar dan Salah, Salah dan Benar
Yang menarik perhatian bukan pertengkaran tersebut, tapi salah-satu kalimat yg dilontarkan managerku. Dengan isak tangis yg tersedu-sedu, dia menceritakan kejadian yg saat itu baru saja terjadi. Dan seperti kebanyakan orang, dia bertanya, 'memang salah kalo....?'. Dan seperti biasanya pertengkaran, selalu saja ada pertanyaan siapa yg salah.
Mungkin sewaktu kita kecil dulu, pertanyaan tsb wajar dilontarkan, tetapi semakin kita beranjak dewasa, ternyata menemukan jawaban siapa benar dan siapa salah menjadi absrud. Susahnya sama dengan mencari jarum dalam jerami. Malah setelah tahu siapa benar dan salah, persoalan tidak lantas selesai begitu saja.
Saat kita berfokus pada siapa benar dan siapa salah, sebenarnya kita sedang saling menyalahkan. Sesungguhnya yg terpenting adalah mencari jalan keluar, mencari jalan tengah dari persoalan tersebut. Saat masih timbul dalam benak kita siapa yg salah dan siapa yg benar, maka persoalan tidak pernah menghadapi jalan keluar.
Benar-salah juga mengarah pada pembalasan tanpa henti. Coba tengok film-film actrion yg sering diputar di tv, kebanyakan bercerita mengenai pembalasan dendam dari jagoan. Padahal mungkin dalam sudut pandang tokoh antagonisnya, sang jagoanlah penjahatnya. Terkadang bahkan sekuel film dibuat hanya bercerita mengenai jagoan dan musuhnya yg saling membalas dendam.
Sampai kapan?
Pertanyaannya sampai kapan kita mencari jawaban benar-salah dan dunia yg absrud ini? Dunia tempat kita tinggal ini pun adalah kesalahan. Bagaimana mungkin kita mencari yg benar dalam dunia yg salah?
Yang benar itu hanya milik Tuhan. Maka berhentilah menjadi tuhan atas kawanmu. Sesungguhnya penyelesaian masalah itu jauh dari siapa benar dan siapa salah.
KTKM (Kasta Tak Kasat Mata)
" One more day, one last look.... Before I leave it all behind ....And play the role that's meant for us.... that said we'd say goodbye......nana....na....na..naaaa........(gak hafal lagi)"
*dengan suara yg fals*
Hm.... Nah ini bagian reff-nya:
"Never wanna wake up from this night.... Never wanna leave this moment.... Waiting for you only, only you.... Never gonna forget every single thing you do.... When loving you is my finest hour.... Leaving you, the hardest day of my life.... The hardest day of my lifeee......... uuuuu..... aaaa...."
*harus diakui suarnya menyerempet suara tenor, tapi banyak gak kenanya, plus beberapa kaca warnet pecah*
Huhuhu hari yg tragis. Melupakan orang yg tidak mampu tuk dilupakan namun harus berjalan terus. Seandainya pun kita hidup 100 kali, tapi kalo tidak berjodoh tidak ad disatu kehidupan pun kita bisa bersama.
Anyway, gw di Bali sekarang, dan sinilah gw sekarng, Denpasar yg sekarang lagi panas-panasnya walopun sudah masuk musim hujan. Bagi gw, orang yg gak tahan panas, Bali ini -- mengambil istilah ade gw, bagai neraka bocor. Tapi disinilah orang-orang menjulukinya pulau dewat, diman par dewa tinggal dan bersemayam, dimana ritual adat sebanyak pasir laut terbentang, dimana arwah dan orang tinggal berdampingan, dimana kasta masih berlaku.
Walopun yg sebutkan terakhir berpadanan dengan kata 'Siti Nurbaya' -- terdengar kampungan dan tabuh di kehidupan kota yg hedonis, namun sayangnya kota yg memiliki kasta ini memperlakukan sesamanya manusia dengan wales asi. Walopun memiliki kasta yg baik dilingkungannya, namun tidak serta merta mereka meng-ekslusif-kan diri. Justru mereka menjadi panutan masyarkat.
Orang Bali terkenal dengan keramahannya dan rendah hatinya. Mungkin ini juga yg membuat kota Denpasar terkena bom sampai dua kali. Antara penduduk asli dan pendatang pun ada ikatan yg khusus. Sebagai contoh, disini, antara keturunan tionghoa dan penduduk asli hidup rukun karena salah-satu dewanya orang Bali ada yg tionghoa.
Ironisnya, kota yg mengisukan persamaan derajat dan martabat, membuat kasta yg tak kasat mata. Sebut saja kota Jakarta, atau Surabaya, yg merupakan kota metropolitan di negara ini. Di kota-kota tsb punya Kasta Tak Kasat Mata (yg setelah ini kita singkat menjadi KTKM agar mempermudah penulis). KTKM berdasarkan uang, antara si punya uang yg berada diatas, dan yg tidak punya uang, anatar si akay dan si miskin.
Contoh sehari-hari yg bisa kita lihat, bagaimana perlakuan sso atas orang yg tampil 'mahal' dengan yg sederhana. Bukankan itu merupakan KTKM? Sso diperlaklukan berdasarkan jumlah uang yg dia miliki.
Orang bilang Bali tidak kenal Tuhan dan menyembah berhala, namun nyatanya ditempat yg orang bilang tidak ada Tuhan justru ada kerukunan dan kebaikan hati. Orang bilang Bali memiliki kasta, namun justru dikota besar kasta diperlakukan secara tegas.
Buka tanganmu. Sesungguhnya dimanakah Tuhan yg membawa kedamaian dan kerukunan? Buka hatimu...
The answer for thousand "WHY" in our Life
Cerita ini gw dapat dari temen gw yg mengirimnya ke email gw. Ada beberapa bagian yg sudah gw edit agar bisa dibaca dengan baik. Gw pikir ini bisa menjadi bahan perenungan kita bersama. Selamat membaca guys.
Kadang kita bertanya dalam hati, "apa yg telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua?" atau "kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya?"
Here is a wonderful explanation...
Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya meninggalkan dia. Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata, "Tentu saja, I love your cake mom."
"Nah, coba cicipi mentega ini," kata Ibunya menawarkan.
"Yaiks," ujar anaknya.
"Hm bagaimana dgn telur mentah ?"
"You're kidding me, Mom."
"Mom?!!"
Akhirnya sang ibu menjawab, "ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak."
Tuhan bekerja dengan cara yang sama.
Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan.
Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dgn rancanganNya, entah bagaimana, tapi dengan sebuah ramuan mujizat, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya.
Kita hanya perlu percaya hal-hal yg tidak mengenakan itu harus terjadi untuk menghasilkan sesuatu yg indah pada waktunya.
Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.
ATM (Ambil Tunai Man!)
Beberapa minggu yang lalu saya sempat antri di ATM (Anjungan Tunai Mandiri) bank Mandiri. Hal biasa sebenarnya, cuma ada sedikit hal yang mengusik keisengan saya.
Tepat di depan saya, seorang ibu yang begitu lama di depan mesin ATM, entah karena lupa mau ngapain atau doyan berdiri di depan mesin ATM. Kalo diamati dari penampilannya, saya mengambil kesimpulan kalo nih ibu-ibu batak habis jemput anaknya sekolah.
Yang sempat bikin saya menyeringitkan kening, karena hape yang digunakan Nokia N95. Wow, hape dan penampilan tidak sejalan lurus.
Anyway, karena lama, saya jadi penasaran apa yang nih inang batak lakukan. Selidik punya selidik, ternyata nih ibu sedang transefer-mentransfer. Udah gitu keknya list transfer yang dia catat di hapenya banyak bangat, dari tadi gak habis-habis.
Setelah melewati penantian yang panjang, tuh ibu selesai juga (akhirnya..!). Dan ternyata memang dari tadi hanya transfer aja, tanpa narik duit. Ya oloh!! Saya sudah mau nyeletuk aja dari belakang, ”bu, pake hape itu sudah bisa langsung transfer. Hape saya aja yang lebih murah bisa buat transfer!”
Saya juga termasuk orang yang hobi dengan hape baru, tentunya sampai batas tertentu. Salah-satu batasan selain kantong adalah pendayagunaan. Kalo saya tidak bisa memaksimalkan semua fitur yang berlimpah dalam hape tsb, itu membuat saya merasa tertantang untuk memaksimalkannya. Cuma memang di Indo ini, banyak orang lebih suka menggunakan hape mahal dan bagus, hanya sekedar untuk telepon dan smsan, tanpa tahu potensi yg besar di dalam hape. Mentok-mentoknya alasannya untuk berkirim fax (ini lasana umum kenapa orang beli komunikator E-90), padahal orang sudah sampe ke bulan; jangankan untuk fax, berkirim email atau chat sudah semudah berkirim sms. Seharusnya mereka melihat para teroris yg begitu kreatifnya, hanya dengan bermodalkan hape yg ala kadarnya, namun bisa berdampak luar biasa dalam pendayaannya (walopun kearah yg negatif).
Begitu juga dalam hidup. Banyak dari kita sebenarnya memiliki fitur-fitur (baca potensi. red) yang besar, namun pendayagunaannya tidak maximal. Banyak alasannya, entah karena tidak sadar kita punya potensi yang besar, atau memang tidak bisa menggunakannya. Padahal mereka sangat yakin bahwa diri mereka canggih, atau kalaupun tidak mengakuinya, mereka toh tidak terbebas dari tanggung jawab memaksimalkan diri mereka.
Padahal sama seperti hape, setiap orang diciptakan dengan ’fitur-fitur’ yang berbeda, karena memiliki tujuan yg berbeda pula. Tujuan ini yg membuat setiap individu bernilai, berarti, dan maximal di tengah-tengah masyarakat sebagai mahluk sosial maupun individu.
Sayangnya banyak dari kita tidak sadar akan potensi kita, apa lagi saat ditanya tujuan hidup. Potensi bertalian dengan tujuan kita sebagai individu. Saat kita melihat, menggali, dan memanfaatkan potensi tsb (besar atau kecil, banyak atau sedikit), kita akan menyadari tujuan dari keberadaan diri kita.
Saat semua potensi dalam diri kita dimaksimalkan, kita akan melihat diri kita lebih berarti dan berharga, karena salah-satu tujuan penciptaan kita telah berhasil.
Hari ini kamu adalah orang yang sama dengan kamu lima tahun mendatang. Yang bisa membuat beda adalah: orang-orang disekelilingmu dan bacaan yang kamu baca.
Balada Minyak Tanah Langka
Minggu-minggu ini suasana Jakarta di beberapa tempat menyerupai suasana Jakarta era 60an. Namun bukan beras yang di antri, melainkan minyak tanah. Di beberapa pangkalan minyak tanah bisa kita jumpai antrian yang panjang, bahkan tidak jarang juga pangkalan minyak tanah yang tutup karena kehabisan stock.
Hal ini juga memicu kenaikan harga minyak tanah, bahkan mencapai angka Rp7000. Wow, lebih mahal dari premium man! Namun walopun harga yg melonjak begitu tinggi bukan berarti barangnya ada. Selain itu juga warga si jatah tidak boleh membeli lebih dari 10liter.
Kelangkaan minyak tanah di picu oleh kampanye pemirintah dalam penggunaan elpiji. Menurut pemerintah, penggunaan elpiji mengurangi subsidi pemerintah sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat (di lihat dari sisi mana ya?).
Untuk mendukung kampanye tersebut, pemerintah menyediakan kompor gas gratis bagi warga miskin. Selain itu juga menyediakan tabung-tabung gas kecil seharga 15ribu yang dapat diisi kembali. Sampai disini terlihat usaha pemerintah yang memang mengusahakan kesejahtraan warganya. Cuma sayang, karena parah pejabat itu sendiri tidak pernah masuk dapur warganya sehingga tidak sadar usaha yang brilian tsb tidak tepat guna.
Kenyataannya kompor gas tidak di dapat secara cuma-cuma, melainkan warga harus merogoh saku sebesar 20ribu rupiah. Ini memang ulah oknum, namun jika tidak di antipasi sedari dini, tidak menutup kemungkinan harga gasnya pun mengalami markup, atau bahkan tidak hanya warga miskin yang membelinya.
Belum lagi tabung gas ini dirasa kurang praktis, karena harus mengeluarkan 15ribu di muka. Sedangkan dg minyak tanah bisa di beli berdasarkan kecukupan uang saat itu, bisa beli 5liter or 1/2liter saja, tergantung mau masak apa&apakah uangnya cukup (yang trakhir ini yg menjadi alasan utama).
Faktor kepemilikan kompor yang mengharuskn 1rumah 1kompor disebut tidak masuk akal bagi yang membuka usaha rumah makan kecil.
Biasanya warteg yang paling kecil saja menggunakan 3kompor minyak tanah untuk menunjang oprasional harian. Kalo mereka hanya diperbolehkan memiliki satu kompor gas bersubsidi, bisa-bisa sore baru kelar masakannya.
Memang niat pemerintah sungguh mulia (tanpa berprasangka buruk), ingin warganya memasak dengan kompor gas, selain karena efisien&bersih, jg meningkatkan gengsi, namun masih butuh waktu yang panjang jika ingin benar-benar menarin minyak tanah.
Seharusnya biarkan minyak tanah tetap di pasaran, kalo memang kampanye kompor gas ala pemerintah adalah program yang bagus, dg sendirinya warga yang akan membuang minyak tanah.
______________________________
Topik ini di ketik menggunakan iP990
iP990i dan venomena Mac (iFreak)
Saya baru beli hape baru nih (promosi nih hehehe). Sebenarnya awalnya agak bingung menentukan pilihan, apakah memilih smartphone or PDA phone seperti sebelumnya. Cuma dengan berbagai pertimbangan akhirnya dipilihlah smartphone P990i produksi Sony Ericsson. Untuk sementara belum dipost gambarnya, nanti menyusul.
Sedikit review, gw cukup puas menggunakan nih hape, secara di pake untuk kebutuhan dasar bertelepon, berkirim email, mencari hotspot wifi, sampe membuat dokument termasuk menulis blog (hope dengan ini bisa lebih rajin nulis blog dan artikel di e-news hehe). Cuma ada beberapa minusnya, ya maklumlah, tidak ada barang yang terlepas dari plus dan minus. Yang paling mengganggu akurasi stylusnya yg kurang akurat, khususnya dalam memark sebuah file. Selain itu ada beberapa menu yg tidak tertampil saat flip sedang tertutup. Mungkin ini disebabkan juga interface yg tidak memungkinkan saat flip tertutup.
Secara keseluruhan ini produk yg bagus dan saya cukup puas. Ada beberapa teman saya yang mengatakan, 'tanggung, kenapa gak sekalian beli PDA phone aja?'. Dari pengalaman saya menggunakan pda memang dari segi office jauh mengalahkan hape ini, namun untuk apa sebuah gadget yg powerfull office jika kita punya laptop? Lagi pula jika saya beli pda phone yang notabene dimonopoli oleh microsoft dengan platfom windows os, jelas tidak kompetibel dengan Mac OS.
Nah yang disebutkan belakangan ini, membuat saya belakangan jadi gandrung dengan produk-produk dari perusahaan raksasa dengan lambang apel. Dari MacBook sampai iPod, bahkan tidak cukup sampai disitu saja, saya memberi nama smartphone P990i saya dengan embel-embel 'i' seperti ciri khas produk Appel.
Selain itu hampir semua folder yang bisa saya rename, saya tambahkan dengan 'i', semisal folder utk video menjadi iVideo, calender jadi iSchedule, web jadi iBrowser (padahal jelas-jelas di MacBook aja gak ada -- web engine-nya sendiri namanya Sfari), dan folder yang isinya foto-foto pacar namanya iLove (dan saya? Tentu saja iFreak). Selain itu wallpaper hape saya juga tidak luput dari perhatian saya untuk menunjukan antusiasme dan kefanatikan terhadap nih brend, yaitu dengan menempatkan logo dari apel puti ini.
Fenomena tsb juga tidak lepas juga mempengaruhi saya dalam hal lain.termasuk barang-barang yang saya ingin beli. Contoh, belakangan ini saya suka dengan warna putih, secara warna yang dipilih Mac untuk membalut produk-produknya adalah warna putih (selain warna hitam). Selama ini saya tidak pernah punya celana bahan warna putih, namun sekarang sudah bisa ditemukan di dalam lemari pakaian saya. Apa lagi baju kemeja putih dan kaos putih. Selain pakaian saya, dalam mencari sarung hape dan flash disk, pun ditentukan berdasar kriteria ini. Sekarang ini saya sedang mencari speaker aktif, dan sudah bisa di tebak, yang saya cari adalah Sonic Gear yang berwana putih. Belum lagi dengan gorden, seprei, sarung bantal dan barang-barang lainnya lagi di kamar saya.
Termasuk juga untuk pacar, saya juga cari yang berwana putih, walopun tidak seputih MacBook ^^
Gempa di Tanah Jawa
Spontan warga berhamburan keluar. Dan beberapa saat kemudian terjadi keramaian di jalan-jalan. Saya sempat menelpon beberapa teman untuk menanyakan keadaan mereka. Saya juga mendapat telepon dari Bogor dan Tangerang bahwa disana juga terjadi gempa. Gempanya sendiri mungkin tidak besar, namun cukup untuk membangunkan orang yang sedang tertidur.
Ternyata gempa ini tidak hanya terjadi di Jawa Barat, namun sampe ke Lampung, Jogja dan sekitarnya. Dari detik.com (saya sungguh tabjub dengan kecepatan berita yang sangat online di internet, ini pertamakalinya saya alami langsung) dan MetroTV diketahui jika pusat gempa terjadi di Indramayu dengan kekuatan 7SR.
Namun sampai saat ini belum diberitakan adanya korban jiwa atau kerusakan bangunan. Namun karena dasar katro, sampai sekarang masih merasa mual dan agak parno, secara saya baru pertama kali (atau baru merasa pertama kali) mengalami gempa.
Beware guys, siapa tahu ada gempa susulan, atau mungkin seperti kata teman saya yang dengan bijaknya menyarankan saya untuk tidak dekat-dekat pantai malam ini (siapa juga sih yang mau kepantai malam-malam begini?!), siapa tahu tsunami menimpa Jakarta.
Communicator E-90
Hanya di Indonesia orang rela mengantri kurang lebih 6jam untuk membeli Communicator. Hanya di Indonesia Comunnicator bisa laku keras. Bahkan pemilik pertama Communicator adalah Hartono Gunawan, berkebangsaan Indonesia. Di dapat melalui lelang dengan bit terakhir US$5000 (sekitar 45juta rupiah).
Harga resmi E-90 saat ini 10,5juta, turun 6juta dibanding keluar perdananya. Secara nalar, sungguh tidak masuk akal membeli hape seharga notebook, yang kemampuannya juga jauh di bawa notebook. Bahkan dengan harga lebih murah dari E-90, kita sudah dapatkan notebook seukuran buku tulis, lengkap dengan pemutar dvd, koneksi yang lengkap, prosesor yang kencang, layar yang lebar, memori yang lebih lapang, office application sungguhan dan tentunya ini notebook yang sebenarnya. Lantas mengapa E-90 ini laku keras, khususnya di Indonesia?
Setelah di tengok jeroannya pun, selain menggunakan prosesor (ARM11- OMAP2420 330MHz) dan RAM paling besar di kelas hape (128MB) tidak ada yang istimewa.
Bandingkan dengan salah-satu spec PDA yang prosesornya Intel Xscale 624MHz (2X lebih cepat dari E-90) dan RAM 64MB/ROM 1GB (4Xlebih lapang) dengan selisih harga 3juta lebih murah dari E-90.
Oprating system (OS) E-90 pun menggunakan Symbial v9.2 3rd edition pack 3.1, atau bahasa sederhananya tidak ada perbedaan dengan hape Nokia seri N lainnya, khususnya N95. Tapi tentu saja E-90 jauh lebih mahal dari N95. Jika seseorang cukup waras, pastilah dia lebih memilih PDA phone sebagai sekunder office gadget setelah notebook jika memang itu alasannya untuk memiliki hape pintar tsb (baca E-90). Lantas apa yang membuat orang menghilangkan kewarasannya untuk membeli E-90?
Ada statistik (dari tabloid Pulsa, lupa edisi keberapa) yang menyebutkan bahwa pengguna communicator di Indonesia adalah pengusaha (masuk akal), pejabat (gak malu pak beli dengan uang rakyat?), sisanya karena dikasih orang (saya juga gak nolak kalo dikasih) dan sebagai identitas diri (mungkin KTP kurang mewakili identitas diri bagi mereka). Jika memang statistik ini benar, berarti pengusaha di negara kita tidak mencerminkan asas tepat guna, atau mungkin sudah menghilangkan kewarasannya. Jika memang statistik ini dapat dipertanggungjawabkan, berarti pejabat di negara kita sudah menghilangkan nuraninya, atau sekali lagi kewarasannya telah terganggu.
Kemarin saya sempat ngobrol dengan rekan mengenai hape ini. Saya sempat tertegun sewaktu dia menyebut hape ini dengan E-go (angka sembilan di baca G). Saya jadi menerka-nerka, bisa jadi Nokia dengan sengaja me-lebel hape ini dengan E-go agar menunjukan pesan tersebut. Hape yang di produksi untuk memuaskan E-go penggemar gilanya. Ironisnya pasar terbesarnya adalah Indonesia (negara kedua diluncurkannya E-90, itu pun setelah Firlandia, negara asal Nokia). Mungkin di mata dunia, Indonesia ini adalah negara berkembang (jika tidak ingin di bilang koleps) dengan E-go paling gila.
Bagi saya, E-90 adalah hape cerdas bagi orang-orang yang bodoh. Dan kebodohan itu di bayar dengan mahal.
Cinta, komitmen dan pernikahan
Karena pada faktanya banyak dari pasangan menikah bukan karena cinta. Justru memang benar menikah bukan karena cinta. Konsep menikah karena cinta adalah produk dari Holywood. Makanya karena alasan utama menikah adalah cinta, saat pernikahan tsb berjalan dan tidak ditemukan adanya cinta, maka sso dapat saja bercerai. Makanya mereka tidak salah. Tindakan yang benar adalah yg memiliki alasan, walaupun terkadang tidak masuk akal dan tidak bisa diterima semua orang. Namun jika tindakan tersebut tidak memiliki alasan, berarti sia-sia. Jika tindakan tsb sudah sia-sia, untuk apa lagi di teruskan, karena yang lebih parah dari pada mati sia-sia adalah hidup yg sia-sia, karena itu berarti setiap hari adalah kesia-siaan.
Menikah karena cinta adalah FAKE. Kebenarannya, kita mutlak harus mencintai orang yang kita nikahi. Jika alasan kita menikah kareana cinta, dikemudian hari kita tidak cinta atau cinta kita berkurang, maka dengan mudah kita bisa berkata cerai. Kita bisa saja menikah dengan siapa saja yang kita temui di jalan, tapi sesudahnya kita harus mencintai dia apa adanya, itu mutlak.
Contoh lain lagi, kasus dimana menikah karena merasa cocok. Tentunya dengan berbagai pengertian yang berbeda-beda mengenai kecocokan tsb. Ada yang menafsirkan kecocokan itu persamaan minat dan sifat, ada juga yang justru karena tidak sama sehingga saling melengkapi seperti gerigi roda. Apa pun itu, biasanya seteleah menikah, justru pasangan tersebut akan bercerai karena alasan mereka tidak cocok. Bagaimana mungkin sih sebelum menikah cocok, en setelah menikah jadi tidak cocok??
Pasangan lain lagi berkata mereka menikah karena seolah-olah mereka sudah saling kenal sejak lama, padahal baru bertemu dua minggu. Seolah-olah mereka tahu apa yang pasangan mereka mau, pikirkan, dan lain sebagainya. Tapi setelah menikah eh mereka justru tidak saling kenal, seolah tidur seranjang dengan orang yang tidak mereka kenal sama sekali. Lucu hah? Apa pernikahan itu seperti kantong doraemon, yang mengubah semua hal baik menjadi buruk setelah melewatinya?
Kata beberapa ahli, itu semua adalah perasaan yang ditimbulkan oleh bunga-bunga cinta. Perasaan yang sama ini juga yang sinonim dengan cinta itu buta, atau cinta itu tidak bermata. Pokoknya cinta itu isinya semua yang menyenangkan dari hubungan lawan jenis, sama seperti dongeng-dongeng sinderela atau negri di awan. Tapi hanya komitmen yang dapat membuat cinta itu menjadi nyata; menciptakan negri awan di tengah dunia. Tapi komitmen berisikan semua yang tidak mengenakan dari hubungan. Satu-satunya yang dapat menyeleamatkan lembaga pernikahan dari resiko kandas adalah komitmen. Komitmen itu sebuah janji ikatan, janji kesetiaan, tapi bukan saja kepada pasangan kita, namun ke pada Pencipta kita, bahwa kita akan menjaga pasangan kita. Jadi saat kita melanggarnya, sesungguhnya kita bukan saja bersalah kepada pasangan kita, namun kepada Pencipta kita. Seolah kita membohongi Dia. Komitmen itu perlu diusahakan dengan segenap akal dan kemampuan.
Tapi tentu saja saya tidak menyerankan untuk menikah dengan siapa saja yang anda temukan di jalan, karena selain mereka juga belum tentu mau menikah dengan anda, anda juga akan di anggap gila. Tentu saja kita mencari pasangan yang kita rasa sepandan, cocok, nyambung dengan kita, cakep or cantik. Pokoknya yang terbaik yang bisa kita dapatkan sehingga buka mata lebar-lebar saat mencari pasangan, karena setelah menikah anda harus menutup mata serapat-rapatnya. Waspadalah, waspadalah!
Cinta (atau uanga) Datang untuk Menyatukan Perbedaan
Agama, suku, budaya, warna kulit, status sosial, derajat.... kenapa semuanya itu menjadi takaran untuk menilai kamu dan saya? Kenapa orang menganggap penting perbedaan sehingga menutup mata terhadap persamaan, bahwa kita adalah manusia dengan nurani yang sama, tercipta dari Tuhan yang sama, tinggal dalam dunia yang sama?
Terkadang kita tidak ’bisa’ menolong seseorang karena dia berbeda dengan kita. Bahkan memberikan senyum untuk sesama menjadi begitu mahal harganya, hanya karena dia bukan siapa-siapa. Padahal senyum itu sehat, mudah, dan gratis.
Cinta datang untuk menyatukan perbedaan, namun kenapa manusia membedakan untuk mencintai? Apa karena sesungguhnya cinta itu sudah tidak ada lagi dalam masyarakat yang majemuk ini?
Karena aku bukan dari suku yang sama denganmu, aku tidak bisa mencintaimu....
Karena warna kulitku berbeda denganmu, aku tidak dapat mencintaimu....
Karena status sosialku dan hartaku tidak sebanyak dirimu, aku tidak bisa mencintaimu....
Tidak heran banyak orang akan melakukan banyak hal agar dapat diterima dalam sebuah persamaan. Agar sso bisa dicintai.
Yang paling ’murah’ dan mudah adalah dengan uang. Dengan uang seseorang bisa membeli suku. Dengan uang status sosial bisa dibeli. Dengan uang seseorang bisa membeli warna kulit yang sama. Bahkan dengan uang cinta bisa di beli. Uang bisa menyatukan perbedaan-perbedaan tsb. Sehingga kenyataannya uanglah yang dapat menyatukan perbedaan.
Bahkan bagi beberapa komunitas yang mendeklarasikan sebuah kasih dan persamaan status, mereka memiliki strata juga berdasarkan uang.
Sayangnya aku bukan orang yang memiliki uang untuk mewujudkan semua itu.
Aku punya mimpi. Kita hidup dalam satu dunia yang penuh perbedaan sebagai warna bukan sebagai dinding. Hidup rukun dan tentram tanpa prasangka, tanpa perbedaan sebagai manusia dengan nurani yang sama. Saling tersenyum dan bergandengan tangan. Rukun dan penuh cinta. Bukankah itu cita-cita luhur dari Bhineka Tunggal Ika?
Bisakah aku menggandengmu kawanku dari Aceh tanpa uang yang aku miliki?
Bisakah aku memelukmu kawanku dari Irian tanpa prasangka?
Bisakah aku menaruh kepalaku dibahumu kawanku dari Tionghoa tanpa rasa risih?
Bisakah aku mendoakanmu kawanku dengan kepercayaan yang berbeda tanpa merasa curiga?
Bisakah kita hidup dalam dunia yg satu tanpa memandang perbedaan sebagai penghalang untuk hidup secara harmonis?
Kunci, seragam, dan tidak nyambung
Barusan tadi terjadi hal yang super duper konyol setengah mati. Buat orang lain, mungkin ini kejadian biasa dalam hidup mereka *dan gw kenal dengan baik sso yang hari-harinya di isi dengan kekonyolan seperti ini*
Tadi siang saya latihan musik di Kelapa Dua, di Jalan Panjang Jakbar. Sewaktu berangkat gak ada filling apa-apa, hanya telat aja datangnya. Sampai disana, semua sudah pada ngumpul *iya tau, kan tadi bilang datangnya telat*. Tapi gak telat-telat bangat karena yang lain juga lagi nyocokin kunci.
Latihan dimulai dengan 'agak' berantakan. Karena ada aransemen baru di tambah satu lagu baru (yang sedikit susah). Keyboardistnya Hero. Dan saya sangat kenal baik sahabat saya yang satu ini, tidak ada lagu tanpa sinkop. Cuma yang keteran pemain bass en gitarisnya. Belum lagi di salah satu lagunya dia mulai intro lari-lari pula. Saya berdua dengan Hero cuma bisa senyum pilu. Cuma aku lebh jahat lagi, karena mentertawakan sahabat saya ini karena kudu mengajari mereka.
Akhirnya selesai juga sesi latihan yang meregang nyawa. Saya pulang dengan hati yang riang gembira tanpa punya filling apa-apa.
Eh taunya sampai di kos kunci kamar gak ada di saku!!!! Berarti ketinggalan!!! Selidik punya selidik ternyata tuh kunci sempat di keluarkan dari saku celana karena gantungan 'drum key' jadi satu sama kunci. Yumy eh maksudnya Dummy!!
Saya udah bingung aja, karena tempat latihan sudah di kunci. Baju untuk pelayanan di dalam kamar. Dan ini kamar gak ada kunci cadangan?!! Gak ada ??? Aaaaaaaaa!!!!
Mulai panik. Benturin kepala ke tembok. Pura-pura mati (gak diing becanda). Saya coba tanya ke yang jaga kos apa ada kunci cadangannya. Ternyata benar sodara-sodara, gak ada. Tapi ada secerca harapan begitu dibilang kalo ternyata masih ada seonggok kantong berisikan kunci yang tidak teridentifikasikan.
Akhirnya dengan penuh kesabaran dan tekat yang bulat untuk menemukan kunci tsb saya mulai usaha pencarian tsb. Setelah berkali-kali mencabuli lubang kunci tsb dengan berbagai kunci yang tidak semestinya, akhirnya kutemukan kunci yang dapat membuka pintu surga (baca kamar gw yang berantakan en dingin kek kulkas). Thx God!
Hari ini juga saya sempat sms-an dengan teman. Sampai satu waktu pembicaraannya seputar warna fav (hehehe jadi inget sewaktu SD aja). Aku ini punya pecendrungan yang aneh bin ajaib(??), yaitu senang menyeragamkan sesuatu. Semisal kek sekarang ini, pengen beli notebook baru, MecBook. Jadinya sekarang semua di ganti warna putih, dengan mulai beli baju en celana putih, ganti HP warnah putih, beli iPod warna putih, beli speaker warna putih. Pokoknya menyulap kamar saya dan aksesoris ya menjadi berwarna putih. Ya mungkin belum sekstrim itu, cuma keknya mengganggu aja kalo ada yang gak seragam. Contoh lain sewaktu SMU dulu, tshirt saya merek, model, warna sama. Sering kali dikira gak punya baju lain. Nasib.
Cuma saya rasa secara tidak sadar dan tidak langsung, besar atau kecil orang-orang suka untuk menyeragamkan, atau mungkin memang hanya saya saja yang demikian.
Orang-orang juga suka diseragamkan. Misalnya saja, para ABG yang mau melakukan apa saja agar bisa masuk dalam 'barisan', biar sama dengan teman-temannya. Atau para ABG (lagi) yang latah ngikutin tren baju. Atau (kali ini) para ibu-ibu arisan yang gandrung pake HP3G biar sama kek punya teman sesama arisan.
Ya tapi di dalam barisan keseragaman tsb sebenarnya banyak perbedaan, karena seungguhnya kita diciptakan dalam persamaan derajat namun dengan pribadi yang tidak seragam. Karena dunia ini akan berhenti berputar jika semua isinya menjadi seragam.
Pendidikan, Pengalaman en Kerja
Ok , kita mulai dengan hari ini. Hari ini saya menemani Andrew, ade ketiga saya, test di UPH, ambil fak Fine Art, or istilah kerennya Fak Musik. Tesnya sendiri dimulai pk7.30 dan berakhir jam1 kurang. Kata dia sih gampang, gak ada setengahnya tes SPMB, cuma kok 20 nomor nembak?? Katanya waktunya kurang.
Hasilnya? Sebelum kami keluar makan malam dia dapat sms yang menyatakan dia lulus dan di trima. Kok bisa ya cepat begitu hasilnya keluar? Maklumlah kampus online, jadi semua hal serba online. Ya pokoknya terima kasih untuk teman-teman yang sudah saya todong untuk berdoa bagi ade saya. Yang di IMI juga keterima. Hasil SPMB aja yang baru Agustus diumumkan. Tinggal dia pilih aja dimana yang dia mau.
Masih mengenai kuliah. Kemarin saat makan siang di warteg dekat kos-kosan, tanpa sengaja saya mendengar percakapan antara dua pelanggan yang makan di situ juga. Bisa saya simpulkan salah-satunya seles mobil dan yang satu lagi supervisor dia. Percakapannya seputar pekerjaan, mulai dari pengalaman seles tsb bekerja di tambang lepas pantai sampai kerja di tempat sekarang. Singkat cerita dalam satu stetmen seles ini berkata bahwa pendidikan itu tidak perlu. Di atas semuanya itu pengalman lah yang dilihat saat melamar kerja. Dia memberikan contoh sering kali justru senior-senior mereka yang notabene hanya lulusan SMU yang mentrening para calon pekerja dengan titel S1 or S2. Entah karena dia sendiri hanya lulusan SMU sehingga dia mengeluarkan opini tsb (karena memang opini ini muncul setelah di picu oleh pertanyaan lawan bicaranya saat menanyakan riwayat studinya) atau karena hal lain.
Saya jadi ingat percakapan di depan kampus saya beberapatahun yang lalu. Isi percakapannya mengenai salah-seorang teman yang bekerja sebagai translate wawancara di salah satu bank swasta nasional. Dia berpendapat gak masalah dengan sistem komisi (yang sangat kecil) asal mendapatkan pengalama kerja, walopun dia S1, karena S1 aja banyak yang pengangguran. Sebagian kawan yang terlibat dalam obrolan tsb sependapat dengan dia.
Memang sih, sekarang S1 aja banyak bangat yang nganggur. Tapi apa benar pengalaman segitu pentingnya dalam penerimaan kerja?
Sebenarnya ini jebakan yang diletakan oleh bagian personalia. Seorang 1st graduate tanpa pengalaman rela di bayar di bawa UMR yang seharusnya di terima seorang lulusan S1. Jangka waktu minimal utk mendapatkan pesangon dan surat keterangan bekerja kira-kira satu tahun. Sehingga selama 1tahun orang tsb 'mengabdi' secara sukarela di perusahaan tsb demi sepucuk pengalaman. Setelahnya jika pegawai merasa tidak puas dengan gaji bisa mengundurkan diri (dan biasanya mengundurkan diri tidak di kasih pesangon). Perusahaan tidak merasa kehilangan karena masih banyak S1-S1 di luar tanpa pengalaman yang mau di gaji dibawa UMR. Akhirnya pengalaman menjadi bumerang juga bagi calon karyawan.
Jadi balik lagi, benar gak sih pengalaman lebih penting dari latar pendidikan?
Nyokap saya dulu sering berujar, "walopun sama-sama petani, tapi hasil dari petani yang lulusan SMU dan lulusan S1 berbeda". Stuju bangat mak!! Emang emak gw deh yang paling top!
Buktinya bukan pengalaman yang didorong agak suatu negara dapat meningkatkan taraf hidup rakyatnya, namun pendidikannya. Dengan pendidikan cara pandang orang akan berbeda saat melihat dunia ini. Seorang lulusan SD yang punya uang 1milyar akan membuang uangnya di tempat di mana biasanya anak SD menghabiskan uangnya. Sedangkan seorang yang terpelajar akan tepat guna menggunakan uangnya.
Segini aja dulu deh, batre HP habis nih. Bye guys.
Midnight recording
Hari itu diawali dengan bangun pk6.00, dengan tidur yang kurang, dikarenakan malam sebelumnya kita (saya, Richard (adik saya), Richo (teman kos) en Billy (temen kos juga)) main Dota di warnet sampai pk3 dini hari. Masih dengan mata yang gontai dan langkah yang sayup saya memaksakan diri berjalan ke kamarmandi karena hari itu saya pelayanan di greja pk8.00, dan sudah harus tiba di greja 30menit sebelumnya. Namun bukan saja satu kali ibadah, karena dari greja lokal saya, di teruskan ke Tiberias, pelayanan musik 3sesi dari pk13.00 s/d pk19.00; its mean gw main musik rata-rata hari itu lima jam! Sama kek konser!
Sehabis dari pelayanan yang melelahkan, saya kembali menuju kos untuk ganti baju, terus ke jalan ke Bekasi, karena studio recordingnya di sana. Takenya sendiri pk00.00 dini hari dan sudah harus kumpul disana 1,5jam sebelumnya. Dipilih waktu selarut ini, dengan pertimbangan biasanya ide-ide muncul ditengah malam yang sepi sambil di temnai jangkrik; yang kedua karena distorsi dan gangguannya bisa di bilang gak ada. Namun untung tak dapat di tolak malang tak dapat di tendang, kita telat. Keknya ini merupakan salah-satu anomali bagi musisi. Entah mengapa jika menyangkut musik dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya, pasti telat. Liat aja konser-konser musik, yang di mulai tepat pada waktunya bisa dihitung menggunakan satu tangan saja. Cuma kalo urusannya bukan musik (padahal dengan orang yang sama) bisa tuh on time. Hm dunia yang aneh.
Enyway kami (saya, Richard (adik saya), Richo (teman kos) dan Marchel (gak jelas siapa hehehe); ini personil kos band huehuehue) tiba di studio bersangkutan pk1.00 dini hari. Nama studionya 'Meteor'. Sedangkan nama studio rentalnya 'Garden' hehehe jayus dah. Saya sempat kaget juga melihat kondisi studionya, agak meleset dari bayangan saya. Alat-alatnya hampir gak beda jauh dengan studio rental yang 50ribu per jam. Dalam hati kalo tahu begini mah gw bawa simbal-simbal dari MG deh. Belum lagi hardware yang gak menunjang. Hampir aja saya putus- asa en walkout. Cuma karena tuntutan profesionalisme (ciee ilee) akhirnya saya meneguhkan diri bahwa ini tidak separah yang di bayangkan. Untung juga snare bawa sendiri, sekalian tes drive nih 'bini' baru, jadi masih bisa sedikit menghibur hati.
Eh ternyata benar kawan-kawan, hasilnya bagus! Apa lagi snarenya. Awalnya saya tidak menyangka kalo sound snarenya bakalan bright, cos sebelumnya setiap kali di bawa nge-gig secara live soundnya cenddrung warm, malah terlalu warm seperti mendam. Apa lagi untuk recording kali ini snare tsb di tune 'ngawur'. Recording digitalnya sendiri menggunakan Nuendo-3. Keknya biar take drumnya pake ember ma panci, hasil outnya bakalan jadi drum bagus deh. Amaze bangat. Saya sendiri sudah lama gak recording lagu. Kalo dulu biar digital studio, kita juga mainnya harus extra hati-hati en perfect, apa lagi instrumen-instrumennya, pengaruh bangat. Nah kalo sekarang ini, hasil lagi dari garasi rumah juga bisa jadi album coy. Take lagunya juga semi tracking, jadi instrumen dasar live sedangkan untuk melodi, string, en effect tracking sendiri. Vokal sendiri butuh lima track agar hasil suaranya tebal. Dengar-dengar band Ungu habiskan 15tack hanya untuk vocalnya saja. Wow!
Total kita take ada 3kali. Yang pertama saya recording tanpa guiden. Cuma dengar drum aja, kek latihan lagu, tanpa instrumen lainnya. Sebenarnya sudah disiapkan headphone sebagai monitor cuma terlalu tajam sound snare drumnya sehingga saya memilih tidak menggunakannya, dan hanya mengandalkan naluri binatang saya saja. Kali pertama ini saya menggunakan match grip karena dari pengalaman menggunakan traditional grip pasti ada miss-nya kalo rimshoot snare. Hasilnya sih bagus, cuma kata opratornya kurang 'bernyawa'. Di sarankan menggunakan headphone. Akhirnya untuk take ke 2 dengan berat hati saya menggunakan headphone tsb. Selan menggunakan headphone saya juga coba untuk merubah grip tangan kiri ke traditional grip. Ternyata hasilnya jauh lebih baik. Karena bisa mendengarkan monitor hasil lagunya sendiri lebih berisi dan bernyawa (ternyata memang terasa bangat antara lagu yg bernyawa dengan yang sekedar bunyi, padahal apa yg dimainkan sama persis). Selain itu permainana saya sendiri lebih santai karena menggunakan grip sehari-hari saya, match grip. Cuma ada beberapa miss yang dilakukan oleh teman, dan akhirnya diputuskan untuk mengambil satu kali take lagi, dan alhasil yang dipake hasil take yang terakhir.
Setelah beres, giliran take untuk tracking gitar, effect dan vocal. Yang lumayan agak lama take vocal. Selama take untuk vocal dan balancing lagu saya sudah beranjak ke alam lain, alias tidur. jam lima lewat kami beranjak pulang. Sebelum kembali ke Grogol Jakbar, kami sempatkan sarapan soto ayam di daerah Galaxi, mengantar salah-satu teman yang tinggal di Bekasi, baru meneruskan perjalanan pulang. Itu hari Senin, dan kami berangkat dari Bekasi sudah di atas jam6, its mean bloody trafic!!! Udah gitu gw ditinggal nyetir sendirian, yang lain pada tidur! Swt dah. Setelah melalui darah yang berceceran dan lembah kemacetan, kami tiba di kos tercinta jam9, dan langsung memeluk bantal dengan mesrahnya plus posisi nungging mencumbu tempat tidur.
Saya sendiri baru bangun pk 2 dini hari. Tidur 14jam!!! Udah kek jet lag ke Jepang aja. Ck ck... Ya sekian ceritanya mengenai recording kali ini. Sebenarnya mau di posting juga disini hasil recordingnya, cuma selain karena gaptek, tuh lagu bakalan teman-teman dengar juga di final Indonesian Idol;)
Ok deh, mau tidur lagi nih hehehe ini bukan karena masih cape, tapi karena kondisi kurang fit, keknya karena kecapean hari Minggu itu. Bye guys
The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary Into Extraordinary'
Judul: The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary Into Extraordinary'
Penulis: Joseph A Michelli
Alih bahasa: Hero Patrianto
Editor: Ratih Medya
Tebal: 208 halaman
Sudah lama pengen nulis review nih buku, cuma baru kesampaian sekarang. Dapat nih buku juga tidak sengaja liat di Gramed Citra Land. Ini fersi Indonya. Cepat bangat keluarnya. Sebenarnya sudah baca nih buku, versi inggrisnya, cuma sebelum sempat selesai di baca, buku tersebut saya kasihkan salah seorang kolega.
Akhirnya saya ambil satu. Setelah muncul versi Indonesia, semakin banyak teman dan kenalan yang baca. Saya baru cek lagi setelah muncul versi Indonesianya di google dan menemukan 329.000 link yang menyangkut buku ini, termasuk blog.
Sekilas mengenai buku ini. Penerbit Erlangga. sampul dan covernya bagus (hard cover), mirip kek versi aslinya. Cuma yang membuat saya agak menyerengitkan dahi karena di bagian depan salah-satu kalimatnya mengatakan 'dilarang keras mengutip.....'. Menurut saya ini kalimat yang cukup bodoh untuk di lontarkan oleh penerbit yang sudah cukup terkenal. Apa Penerbitnya sendiri tiadk membaca isi buku sebelumnya? Karena di buku tsb berisi kutipan dari pengalaman para mitra dan pelanggan Starbucks. Entah karena kekhawatiran apa (dan tentunya tidak beralasan) atau karena tidak sadar apa yang sedang ditulis.
Salut juga untuk Hero Patrianto. Alih bahasanya bagus. Justu pihak editorialnya yang agak kurang. Ada beberapa kalimat yang tidak berkesinambungan, beberapa salah ketik, rata-rata 1kata/2bab. Mungkin bagi beberapa orang wajar, cuma bagi saya jadi kelihatan buru-buru, apa lagi dalam buku tsb salah satu subbabnya 'Semuanya Penting', termasuk hal yang sepele dan kecil. Tapi di luar itu, ini buku yang bagus, isinyajuga bagus. Saya menyarankan untuk rekan-rekan membelinya, atau paling tidak mambacanya. Buku ini sangat bagus.
Sekilas untuk buku ini. Buku ini bukan berisikan mengenai sebuah brand, apa lagi promosi mengenai Starbucks. Buku ini berisikan mengenai perusahaan yang melegenda, memberi dampak signifikan untuk komunitasnya secara sosial, dan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan itu. Berisikan pengalaman-pengalaman para mitra (di Starbucks sebutan untuk para karyawan dan pramusajinya adalah mitra kerja) dan pelanggan yang mengharukan. Prinsip-prinsip dalam bisnis yang kita anggap hanya ada dalam negri dongeng, ternyata dapat di terapkan sepenuhnya oleh sebuah kedai kopi yang berada beberapa blok dari kos saya.
Dulu saya tidak begitu suka 'nongkrong' di Starbucks. Sebenarnya tidak ada alasan pribadi, tapi saya jengah dengan kebiasaan orang Jakarta yang suka latah, sok ikut-ikutan tanpa tahu secara pasti apa yang merekan lakukan. Namun seperti kata buku ini, orang senang bergabung dengan perusahaan yang tingkat kepedualiannya terhadap masalah-masalah sosial tinggi, begitu juga saya. Selain itu suka dengan 'budaya' yang telah diciptakan Starbucks, dan saya ingin menjadi bagian didalamnya. Makanya ini jadi salah-satu tempang hang out fav saya (gak nyambung sih) ya pokoknya begitulah.
Pagi Jakarta yg Mendung dan Hujan
Selamat Pagi Jakarta. Hari ini ada menyenangkan sekali, paling tidak bagi saya pribadi. Hari ini Jakarta hujan!! Jakarta di pagi hari begitu mellow lengkap dengan mendung yang gelap plus hujan yang tipis. Asik bangat. Matahari juga sepertinya enggan untuk beranjak. Tapi pagi saya keluar dari kos jam5 karena harus mengantar rekan ke Bandara Sukarno Hatta. Sepanjang jalan menuju CGK hujan mulai turun rintik-rinitik. Sekarang sih sudah lumayan deras. Walaupun tiba di bandara jam6 lewat, namun matahari belum nampak, seperti masih jam lima pagi. Mungkin karena first flight jadi walaupun masih gelap namun jalan sudah mulai ramai, apa lagi setelah masuk bandara, malah terjadi antrian cukup panjang diluar gerbang terminal I.
Setelah dari bandara saya langsung bergegas ke tempat kerja. Namun seolah tidak rela kehilangan momen ini (apa coba??), saya memperlambat laju Balleno (busuk) berwarna Biru (hehehe) sambil menikmati suasana hujan dengan diiringi tembang pilihan dari Leonard Cohen. Mungkin untuk sebagian orang hal ini biasa saja, dan untuk kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta ini menjengkelkan, karna harus berhujan-hujanan sebelum tiba di tempat kerja, namun bagi saya, terasa menyenangkan. Bulan-bulan yang paling saya gemari di negara tropis ini adalah bulan saat musim hujan tiba. Biasanya pada bulan-bulan ini saya bangun pagi, khususnya saat hujan turun, sambil memandang keluar dari jendela dengan ditemani secangkir kopi, seperti yang saya lakukan sekarang. Bisa berjam-jam saya betah melakukan hal ini, seperti sekarang juga. Sambil nulis nih blog sambil ngeliat ke luar jendela kantor. Nulisnya sih sudah dari tadi, cuma banyak tertegunnya sambil melihat keluar.
Saat-saat seperti ini enak bangat di pakai buat berpikir, melihat kembali ke belakang apa saja yang telah terjadi, mengevaluasi apa saja yang sudah di lakukan. Terkadang langkah kita terlalu cepat, khususnya buat orang-orang yang tinggal di kota-kota besar, semisal Jakarta ini. Langkah kita seolah mengikuti irama khidupan kota metropolitan yang serba cepat ini, sehingga terkadang kita tidak sempat berhenti untuk melihat kebelakang, melihat jejak yang sudah kita tinggalkan. Baik jejak yang baik atau kebanyakan yang buruk.
07.53
Hujan semakin deras, dan langit semakin gelap....
Sepertinya bakalan banjir nih. Bagaimana guys, sudah sampai kantor belum? Atau jangan-jangan masih pada tidur lagi? Hm enaknya nih saya balik lagi ke kos, ganti baju, terus masuk dalam selimut sambil baca sambil di temani secangkir kopi (lagi) hangat. Ngomong-ngomong soal buku, saya lagi baca buku 'The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary Into Extraordinary'. Buku yang bagus dan saya sarankan untuk rekan-rekan membacanya. Untuk posting berikutnya akan saya coba review buku ini.
09.04
Hujan mulai reda, namun angin masih kencang dan mendung.
Sepertinya saya terlalu banyak tertegun. Ya apa pun jejak yang sudah kita tinggalkan, kita sudah tidak bisa menghapusnya. Hanya bisa menjadikannya sebagai pelajaran untuk hari esok. Makanya perhatikan langkahmu, cos diluar sana becek dan banyak genangan hehehe. Karena hujan sudah berhenti, berarti saatnya tuk mulai bekerja. Have nize day guys.
Untuk sahabat terbaik
Hal apa yg paling menyegarkan yg dapat kita bayangkan di hari terik di musim panas? Minuman dingin? Es krim? Kita pilih es krim saja ya, karena kali ini saya mau bercerita tentang es krim
Cerita berawal dari tahun 1904, saat pameran sedunia di St Louis. Semua penemuan yang luar biasa pada tahu itu di pamerkan disana. Cuma jangan bayangkan keadaannya seperti saat ini. Saat itu gak ada yg namanya AC or kipas angin, apa lagi pameran tsb diadakan di musim panas. Para pengunjung pameran yang telah berjalan berjam-jam di bawah sinar matahari, tentu saja kelelahan. Mereka menginginkan sesuatu yg dapat mendinginkan tubuh mereka, melegakan dahaga mereka, yg segar dan kalo bisa murah meriah bahkan gratis (kalo yg terakhir ini pasti orang Indonesia deh). Disana terdapat stan Arnold Rornachou. Mungkin doi satu-satunya stan penjual ice cream disana sehingga para pengunjung berbondong-bondong ngantri di stan doi utk merasakan es krimnya.
Masalahnya adalah es krim Arnold begitu terkenalnya sehingga dia kehabisan mangkuk kertas. Remaja yg penuh semangat ini ini mencoba mempertahankan pelanggannya dengan mencuci dan menggunakan kembali mangkuk kacanya, meminjam gelas dari stan lain. Namun sayangnya tidak peduli bagaimana kerasnya ia bekerja, beberapa orang sudah kelelahan menunggu dan hendak mencari kesegaran di tempat lain. Saat itulah rekan yg belum dikenalnya muncul menjadi penyelamat. Eng, ing, eng (plus suara kereta berkuda dari kejauhan)
Namanya Ernest Hamwi, seorang pembuat kue-kue yg di besarkan di Damascus, Siria. Di stan sebelah Arnold, ia menjual wafer tipis manis Persia yg disebutnya zalabia (mirip d'chrips gitu). Itulah yg dia jual, namun sayangnya saat itu tidak ada pengunjung yg berminat. Mungkin strategi bisnisnya salah, wong panas-panas gitu kan harusnya jualan yg segar-segar.
Namun si Ernest ini baik bangat, ketika doi melihan tetangganya kesusahan, muncul sebuah gagasan yg bagus, yaitu mencuri pelanggannya Arnold. Gak lah, dia gak sepicik saya. Ia meraih sebuah zalabia hangat, menggulungnya membentuk kerucut dan menaburinya dengan gula. Kemudian dia berlari ke stan rekannya dan menawarkannya. Masih sambil mencuci mangkuk2 dan menunggu pelanggan, namun kali ini ditamba kebingungan karena tingkah rekannya yg lebih tua ini sibuk sendiri di stannya dia. Si Arnold sudah mau bilang, "woi salah stan bung.", namun ketika Ernest memberikan es krim yg telah di sendokan ke dalam kerucut manis itu ke pada seorang pelanggan, akhirnya ia segera dapat mengerti. Sebuah senyuman lebar menghias di wajahnya, "akhirnya juru selamat gw datang" pikir Arnold, dan dalam sekejap dua orang tersebut bekerja bersama. Setelah itu mereka di juluki World's Fair Cornucopias, dan mereka menjadi populer dalam pameran itu.
Sekarang kita cukup menyebutnya es krim cone, dan mereka tetap populer. Cerita ini selalu mengingatkan saya pada sahabat saya, Yosua Mesiano. Maka lain kali jika kamu mencari sesuatu di hari yg terik, ingatlah Arnold dan Ernest, dan rayakan persahabatan mereka dengan membawa seorang teman utk menikmati sebuah es krim cone. Cerita ini juga saya persembahkan untuk menghargai sebuah persahabatan yg semanis connelo chocochip (loh kok??)
Untuk info lebih lengkap seputar terciptanya ice cream cone, en mau liat foto mereka berdua, bisa cek disini ya.
Bini Baru (Pearl DC 14X6,5)
Saya baru beli snare baru nih. Sebarnya belinya tiga minggu yang lalu, cuma baru sempat di posting sekarang hehe. Mereknya Pearl, Dennis Chambers model ukuran 6,5" X 14", warnah putih mutiara. Lugsnya crhom, plus rim-nya die cas. Shellnya sendiri 4ply 100% maple dengan reinsformen. Keunikan snare ini karena memiliki dua Multi-Trace Throw-Off, sehingga bisa menghasilkan sembilan farian suara!
Pertama kali beli, karena saya ngekos jadinya cuma di tune sembarang aja, dan belum bisa langsung di coba karena belum ada case-nya. Case-nya sendiri baru di beli sewaktu jalan sama-sama anak KDF (cek di posting sebelumnya 'minggu yg melelahkan'). Jadinya baru di bisa dengar suara 'bini baru' ini seminggu sesudah di beli. Pertama kali dengar, wow suaranya asik bangat. Benar kata yang sudah pernah pakai nih snare, soundnya cocok bangat untuk funk en jazz. Popnya juga dapat.
Tapi karena ini snare baru plus head baru, jadinya snare ini masih belum jelas tone-nya. Namun setelah di gunakan beberapa kali plus di tune ulang, suaranya sungguh luar biasa. Over tone-nya terkontrol. Belum lagi karena menggunakan die cas sehingga range suara tidak mudah berubah. Sebelumnya saya sudah khawatir harus sering menyetm snare ini karena masih baru dan juga untuk beberapa sesi saya main extra loud. Namun kekhawatiran saya lenyap sudah. Snare ini benar-benar terkontrol range maupun tuningnya.
Fiture yang saya suka '2 of Pearl's Multi-Trace Throw-Off Systems'-nya. Ini membuat saya tidak perlu menggati snare untuk memainkan dua genre musik yang berbeda. Untuk fungk, tinggal merendahkan posisi strainernya, sedangkan untuk pop or jazz tingga men-tight-kan strainernya. Ini semua hanya semudah menekan satu 'tombol' throw off-nya. Sunggu pengalaman yang asik bermusik menggunakan snare ini. Sayang justru warnanya membuat snare ini tidak selalu cocok untuk semua situasi dan drum set. Seharusnya warnanya dibikin natural maple, sehingga bisa cocok untuk semua situasi dan kondisi.
Untuk snara dengan harga 4juta, ini the best value for ever! Untuk review dari teman-teman yang sudah menggunakan snare ini bisa di cek disini. Sudah dulu ya, gw mau main bareng 'bini baru' gw lagi hehe^^
Selain itu bisa cek di sini untuk pengalaman recording menggunakan SDC1465.
Happy birthday Jakarta!!
Di usia yang tidak terbilang muda (iya lah, mana ada umur 480 dibilang muda?!!) justru ’Jakarta’ identik dengan hal-hal yang negatif. Sebut saja kemacetan lalu-lintas (asal tahu saja ya jumlah kendaraan umum hanya 2%, sedangkan kendaraan pribadinya 98%!!), banjir lima tahunan (yang sekarang sudah menjadi banjir tahunan), polusi, dan masih banyak lagi hal negatif lainnya. Hm sepertinya memang kota Jakarta harus banyak berbenah, padahal Jakarta ini berada di urutan ke-9 sebagai kota metropolitan terpadat di dunia. Tapi dari sisi kualitas masih jauh tertinggal. Sebut saja fasilitas umum yang nyaman dan aman, seperti taman kota. Dengan jumlah pernduduk dan luas kota Jakarta, taman yang berfungsi dengan baik dan nyaman tidak sebanding dengan jumlah penduduknya Dari 40an taman, hanya empat taman yg berfungsi dengan baik taman Monas, taman Menteng, taman Suropatin dan taman Lawang (yang disebut belakangan ini berfungsi dan nyaman bagi sebagian orang saja hehehe). Loh kok ini jadi ngomongin taman ya??! Saya bukan dari departemen pertamanan kota kok.
Hal yang agak yang ironis juga, saat perayaan ulang tahu kota Jakarta kemarin yang di adakan di taman Monas. Justru acara ini tertutup untuk umum. Hanya tamu-tamu kehormatan dari luar negri dan kedubes-kedubes yang diperkenankan untuk masuk. Alhasil warga kota Jakarta hanya bisa gigit jadi dari luar pagar taman menikmati kembang api dari kejahuan. Ironis kan, yang berulang tahun justru di luar pagar.
Saya sendiri punya banyak kesan di ibu kota negara ini, tentunya selain hal yang berbau negatif. Hal yang paling saya sukai saat banyak pikiran adalah keliling Jakarta pada dini hari, menikmati sepinya jalan-jalan yang di pagi hari berubah menjadi lautan mobil dan berudara polusi. Biasanya rute favorit saya berakhir di Kota Lama sebelum kembali ke kos. Saya suka arsitektus dan nuansa mistik bangunan Kota Lama, walaupun sayang banyak bangunan sudah mulai rapuh, hancur tak terawat. Sayang sekali. Selain itu juga yang saya senangi dari kota Jakarta ini, semuanya ada disini. Dari sekedar sandang, pangan, papan yang beraneka ragam pilihannya, sampai hal-hal yang sekedar untuk memuaskan batin, dan menyalurkan hobi. Ya namanya juga Ibu Kota negara, pastilah sedikitnya lebih maju dari kota-kota besar lainnya di Indonesia, dan juga lebih lengkap.
Ya terlepas dari problematikanya, baik-buruknya kota Jakarta, ini semua hanya sekedar keluh-kesah, unek-unek dan ucapan selamat ulang tahun dari salah-satu warga kota Jakarta. Apapun itu, harapan kita bersama untuk kota Jakarta agar menjadi kota yang nyaman dan aman untuk di tempati bung Yos. Sekali lagi, selamat berulang tahun kota Jakarta!
Benar gak sih kita bekerja??
Topik hari ini saya mau cerita aja. Tentang si Budi, karakter rekaan saya (gak kreatif bangat yak?). Jadi baru-baru ini ditemukan sebuah fakta yang amat sangat menggemparkan. Sebuah penelitian (yang telah dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab) membuktikan bahwa sesungguhnya dalam setahun kita tidak pernah melakukan apa-apa di kantor. Jadi mungkin bagi anda yang menginginkan kenaikan upah atau gaji atau bonus di akhir tahun, saya sarankan berpikir dua kali untuk memintanya ke atasan anda.
Fakta ini terungkap berawal dari permohonan si Budi meminta kenaikan gaji di kantor tempat dimana dia bekerja (ya iyalah, masa tempat dimana dia menggaggur?!). Setelah mengajukan surat permohonan peninjauan ulang mengenai gaji, beberapa hari kemudian Budi pergi ke pasar. Gak lah. Si Budi mendapat panggilan kemeja bapak kepala personalia. "Wah pasti nih bakalan bahas mengenai gaji. Pasti. Pasti!", ujar Budi dalam hati. Sepanjang melintasi selasar kantor, Budi mencoba memikirkan isi pembicaraan nanti. Mungkin awalnya bapak kepala personalia akan meminta alasan kenapa dia harus menaikan gaji saya, atau mungkin dia akan... (yg benar beargumen or berargumen sih? Hm sepertinya ber-argumen ya? Cos imbuhan ber menunjukan kata kerja *sambil sok mikir* alaa, gak penting bangat deh).
Back 2 laptop, mungkin kepala personalia akan ber-argumen bahwa kondisi perusahaan sedang susah, dan bla, bla, bla. Pokoknya berintikan tidak ada kenaikan gaji. Tapi tenang, Budi sudah memikirkan semua itu. "Saya akan coba membuat dia melihat bagaimana saya bekerja dengan sangat giat untuk memajukan perusahaan ini", pikir Budi. Bahkan memberikan perspektif lain bahwa harga-harga kebutuhan hidup semakin naik, biaya kos bulan depan naik, mau ganti mobil, ganti HP, ganti laptop, ganti cewe (loh?!). Ya pokoknya kebutuhan pria tanpa istri dan anak ini juga meningkat, dan doi rasa kerja doi sangat sepadan dengan permintaannya. Bahkan Budi telah mempersiapkan diri untuk kejadian terburuk, yaitu berhenti dan menjadi pengamen jalanan. Ya, tapi itu bila kondisinya sangat bangat terpaksa sekali.
Akhirnya tibalah Budi di depan ruangan kepala personalia. Setelah skretarisnya yg cantik itu menyampaikan kedatangan dia lewat telepon, si Budi di persilahkan masuk, di persilahkan duduk, di persilahkan mengambil menu (mau pesan apa pak? Hehehehe). Suasana diruangan senyap. Surat Budi di pegang dan dibacanya sekali lagi. Mata bapak kepala personalia menatap dari balik kaca matanya bergantian dari surat lalu ke arah Budi, kembali ke surat lalu ke Budi. Ke surat terus Budi. Surat terus Budi. Surat, Budi. Surat, Budi. Sampai cape, mirip bangat kondisinya seperti kalo di panggil keruang kepala sekolah karena raportnya kehabisan tinta warna hitam, alias merah semua.
Setelah menunggu dengan harap-harap cemas selama 3jam (yg sebenarnya cuma 5menit), akhirnya bapak kepala personalia mulai memecah kesenyapan dengan berdehem.
"Ehem... Coba kamu ambil kertas dan alat tulis", ujar bapak kepala personalia dengan nada datar. Udah kayak mau disuruh 'tree test' aja (tree test merupakan salah-satu test grafis dalam psikodianostik.red). Tapi karena tidak mau dihukum berdiri dengan satu kaki di depan kelas, akhirnya Budi mengeluarkan kertas dan pensil (iya tahu, sudah gak jaman pake pensil).
"Dalam setahun ada berapa hari?" Dalam hati Budi menggerutu, anak-anak juga tahu pak setahun itu 365 hari. Tapi karena takut dikutuk, akhirnya Budi nulis juga. Beberapa menit kemudian seolah menjadi sekretaris bapak kepala personalia; menulis, menghitung, menjawab semua yg dia suruh. Pokoknya pinter bangat deh si Budi. Setelah 15 menit berlalu, ini hasil tulisan Budi di kertas tsb dan membuat saya pun takjub:
Satu tahun ada 365 hari. Jam kerja dari pk8.00-pk17.00, jika dikurangi jam makan siang, berarti genap 8jam kerja dalam sehari, itu sepertiga dari waktu dalam sehari, dalam setahun menjadi 122 hari kerja.
Kantor tutup pada hari Minggu, jadi berkurang 52 hari kerja, menjadi 70 hari kerja. Dalam setahun setiap pegawai mendapatkan cuti 2 minggu, jadi berkurang lagi 10hari, sisa 60 hari kerja. Paling sedikit ada 6 hari tanggal merah dalam kalender selama satu tahun, jadi sisa 54 hari kerja.
Katakan selama setahun kamu bolos 2 hari karena sakit atau alasan lainnya, jadi sisa 52 hari kerja. Di kantor ini Sabtu juga libur, dan ada 52 hari Sabtu dalam satu tahun.
........
Kesimpulannya: kita di gaji untuk hal yang tidak pernah kita lakukan. Jadi jangan mengeluh yah kalo kerjaan banyak yak, hehehe.
Konser GMB 'Life is Calling'
Anyway kemarin malam saya berkesempatan nonton konsernya GMB. Kalo tidak salah ini pertama kali nonton konsernya mereka. Undangan dari mereka sudah saya terima dari bulan lalu, dari mas Amos sendiri. Cuma karena tidak ada teman ke sana, saya sudah mengurungkan niat untuk nonoton. Tapi untung tidak dapat di tolak, kemarin siang Ferry, PM2 MG, menghubungi saya via sms, ngajak nonton konser GMB di Istora Senayan pk19. Selain dengan Ferry, saya juga ngajak salah-satu teman kos, Richo.
Singkat cerita, kami berangkat dari Grogol jam18, tiba di Istora Senayan pk19 kurang. Masuk dari pintu belakang menuju VIP room. Tiba di ruangan, kami sudah disambut Amos Cahyadi, Adi Prasodjo, dan personil GMB lainnya. Setelah selesai beramah tamah singkat plus melepas mereka dalam doa, mereka pun bergegas untuk naik panggung. Saya sempat kaget juga, karena di VIP room bertemu Bams, vokalis Samson. Di pertengahan acara baru saya tahu kalo doi juga bakalan nyanyi bareng Sidney Mohede.
Konser mulai pk19 lewat. Saya sendiri baru masuk hall setelah lagu kelima. Ternyata yang datang kurang begitu banyak, sepertinya di bawa target panitia. Mungkin ini disebabkan Jakarta yang di guyur hujan dari sore. Saat masuk, saya dibuat terperanjat dengan set-up panggung yg luar biasa. Drum dan percusion di kiri dan kanan panggung, Pongky Prasetyo di tengah-tengah, stage paling atas, dengan empat keyboard disisi kiri dan kanan, lengkap dengan siquenser dan MacBook black. Lighting-nya juga ok. Justru soundsystem yang katanya anggarannya lebih royal tidak terlihat ’wah’. Walopun memang suaranya di ’geber’, namun justru di beberapa titik over trebel, khususnya pada bass dan drum. Padahal ini soundsistem yang sama dengan yang menangani Dewa loh.
Total lagu yang di bawakan GMB 35lagu. Terdiri dari lagu-lagu dari album mereka sebelumnya, kao tidak salah satu lagu hymne, dan dari album baru mereka, dengan judul yang sama dengan tema konser mereka kali ini, ’Life is Calling’. Sempat juga masing-masing personil performens, tepatnya di lagu ’Ajarku Berdiam’. Sedney juga menunjukan performa yang luar biasa, 35 lagu nonstop, plus improfisasi, namun suara tetap konstan, tidak serak. Amos juga luar biasa. Tiga puluh lima lagu, hafal dengan baik keluar masuk dan shycope-shycope-nya. Padahal chart-nya hanya berisikan judul lagunya saja. Memang tercatat satu kali Amos melakukan kesalahan, namun tidak terlalu signifikan. Lagi pula penonton tetap enjoy aja.
Tepat dua jam konser pun berakhir. Kami kembali ke VIP room. Mengucapkan selamat atas suksesnya konser. Sempat makan bersama (justru personil GMB yang kehabisan makanan hehe), terus kami berpisah, kembali ke ’habitat’ kami masing-masing.
Uangmu, Sudut Pandangku
Beberapa hari ini kepala saya agak berat. Mungkin karena arak bali dari si Remond nih. Jangan-jangan tuh arak hasil curian lagi, bukan di dapat secara halal. Hehehe. Tuh arak yg warnanya tidak berwarna, seperti air putih, telah memakan korban....
Kemarin siang, sepulang dari greja, saya dan ade perempuan saya, Marisa mampir makan. Belum ada semenit pesan makan, HP saya tiba-tiba berbunyi. Ternyata ada sms masuk. Ternyata sms dari ade laki-laki saya, Richard. Isi smsnya: "Kak, di botol aqua kmr kk air apa??!".
"arak bali dr temen kk. Mmg knp de?"
"tadi aku kira aqua. Aku minum. Sempat muntah td. Pusing nih"
Padahal dia berangkat greja dengan motor. Untung di jalan gak mabok. Pesan moralnya, malu bertanya, mabuk di jalan hehehe.
Ok, topik hari ini mengenai TERTANAM dan BERAKAR.
Tema hari ini tidak ada hubungannya dengan majalah agrikultur, apa lagi dengan majalah Trubus, tapi mengenai hati. Apa yang ada di hatimu dan hatiku? Apa yang tertanam dan berakar disana?
Tentu jawabannya bisa sangat majemuk. Tapi tahukan anda, kalo apa yg tertanam dan berakar disana memperngaruhi bagaimana kita melihat sesama kita? Sadar atau tidak sadar, sering kali kita melihat sso dari apa yang melekat pada diri mereka. Salah satunya uang dan materi. Sadar atau tidak sadar kita yang mengaku diri semartabat dan sederajat dalam berpancasilais, ternyata memiliki kasta dalam menilai sso. Cara mengetahuinya mudah saja. Biasanya sikap kita akan berubah saat bertemu orang yang awalnya kelihatan biasa-biasa saja, dengan pakaian yang sederhana, atau mungkin malah terlihat gembel. Namun setelah mengetahui siapa mereka sesungguhnya, semisal ternyata orang yang ngobrol dengan kita adalah Arivin Panegoro, padahal lima menit yang lalu mungkin kita menganggap sebelah mata orang yg kita ajak ngomong ini -- sikap kita langsung berubah.
Mungkin tanpa kita sadari hal tsb tertanam dalam hati kita. Pernah dengar, orang tua kita bilang,"rajin-rajin belajar, biar pintar. Jangan seperti ayah"? Biasanya kalimat ini di lontarkan dari keluarga yang kurang mampu. Belajar dari pengalaman mereka, bahwa ternyata untuk bisa di pandang mereka harus punya uang. Kalo mereka tidak punya uang, mereka tidak dianggap apa-apa dalam lingkungan mereka. Sehingga secara tidak langsung mereka menanamkan mental ini pada anak-anak mereka. Ya itu memang tidak bisa disalahkan, karena nyatanya lingkungan kita memang seperti itu.
Tidak usah jauh-jauh, dulu saya pun secara tidak sedar sudah bersikap seperti itu. Hal ini baru saya sadari setelah menggunakan N6610. Dulu kebiasaan saya selalu berganti-ganti hape. Setiap ada yang baru dengan fitur dan teknologi yang baru, pasti ada keinginan dan hasrat untuk mengganti, dan biasanya selalu terwujud. Terakhir saya menggunakan PDA iPAQ 6828. Cuma karena satu dan lain hal, hape tsb harus saya jual. Sebagai gantinya saya pake hape bekas saya sebelumnya N6610. Entah berasal dari mana, dalam benak saya muncul pikiran, 'saya tidak akan di hargai jika tidak manggunakan hape yang mahal. Saya harus ganti hape!'. Oh man!! Setelah sadar, betapa malunya saya. Ternyata tanpa saya sadari, saya menaruh kualitas hidup saya dalam benda mati! Selama ini tanpa saya sadari, sedikitnya saya membentuk kepribadian dari benda-benda yang saya miliki. Mungkin tidak sekstrim ini, tapi tetap saja merasa malu. Bukan karena saya tidak mampu membeli hape baru yang mahal. Saya punya cukup uang, bahkan sekalipun itu untuk membeli mobil, namun bukan dari situ kepribadian saya terbentuk. Jika barang-barang tsb tidak ada; mobil, rumah, pakean mahal, dan hape -- bukan berarti saya harus kehilangan segala-galanya. Justru saat barang-barang tsb menjadi kepribadian saya, berarti saya telah kehilangan segala-galanya.
Karena dalam diri ini sedikit demi sedikit tertanam bahwa standar hidup adalah uang dan materi, kita pun mulai menilai orang lain berdasarkan tolak ukur tersebut. Seberapa sering kita bermanis mulut saat kita tahu lawan bicara kita adalah orang penting, atau memiliki uang, sedangkan merasa bosan dengan orang yang tidak memiliki apa-apa? Seberapa sering kita mengelompokan orang berdasar yang kaya dan yang miskin? Pada akhirnya apa yang tertanam dan berakar dalam diri kita sejak kecil, yaitu bibit, bobot, bebet -- itu juga yang kita pake dalam menilai sesama kita manusia.
Semua itu sah-sah saja, apa lagi dalam dunia yang plural ini. Hampir semua orang dan lapisan masyarakat menggunakan 'kasta' ini dalam menilai sso, bahkan sekalipun kelompok tsb yang menyuarakan kebebasan, persamaan hak, dan kasih. Tanpa kita sadari memang demikianlah dunia ini. Namun jika yang tertanam dan berakar dalam hatimu adalah materi, pohon yang tumbuh adalah kekhawatiran. Saat materi tersebut tidak ada, kita akan khawatir. Setiap hari kita bekerja bukan untuk aktualisasi diri dan berkarya, namun semata-mata mencari uang menumpuk harta.
Tapi jika yang berakar dan tertanam dihatimu adalah kasih, maka pohon yang tumbuh adalah kebahagiaan. Mulailah pandang setiap orang yang kita temui begitu penting, begitu bernilai, begitu berarti, siapapun mereka, karena mereka adalah investasi kebahagiaan hidupmu kelak. Bukan karena apa yang mereka pakai dan kenakan, namun siapa mereka.
minggu yg melelahkan
Beberapa hari ini ada beberapa kejadian yg perlu di catat. Salah-satunya insiden ”Karpet Kecil Lumba-lumba Warna Biru yg Gak bangat”. Kejadiannya itu tiga hari yg lalu , tepatnya tanggal 13 Juni. Marisa, satu-satunya ade saya yg cewe main ke kos. Sewaktu antar dia pulang, dia minta di temani ke mall Citra Land, buat cari kado. Entah bagaimana saya dengarnya cari kado untuk ulang tahun pacarnya yg berulangtahun besok. Makanya saya ledekin,”masa cari kado buat pacar baru sekarang??”. Belum lagi niatnya Cuma ngasih sendal pula, sendal jepit pula, harga 30.000 pula. Asli dah, gak niat bangat. Ini kado buat pacar apa buat pembokat. Kok bisa tahan yak Lucky pacaran ma ade gw. Padahal kalo si Lucky ngasih kado, sudah nabung dari jauh hari, sudah nyari-nyari kado sejak lama sebelum hari H-nya.
Setelah dengan sukses bikin ade gw ngerasa gak enakan, akhirnya kita cari lah. Untung ide saya menyelamatkan dia. ”Kita ke ’Rumah Kita’ aja, banyak barang murah tapi menarik disana”. Awalnya nyari botol minum. Sengaja cari yg paling norak, biar berkesan (or tepatnya shock mental). Salah-satu yg memenuhi syarat kenorakan adalah botol minum kotak kecil yg biasa kita bawa sewaktu TK dulu. Tapi syukurlah kita batal bikin Lucky shock mental. Akhirnya cari punya cari, berhentilah kita di bagian karpet. Pas ada discount lagi. Gw aja rencana ada mau beli salah-satu karpet disitu. Pokoknya bagus-bagus en murah-murah lagi.
Singkat cerita dia beli karpet seukuran keset kaki dengan potongan lumba-lumba warna biru. Sewaktu antar dia ke kos, barulah misteri besar terungkap. Itu bukan buat kado ultah, tapi buat kado tiga tahonan. Pantas aja dia dengan berat hati belinya. Udah gitu, tanpa tahu diri saya bilang, ”gak bangat deh ngerayain hari jadian!”, langsung sepontan dia marah-marah. Marah-marah karena sebelumnya juga dia sudah gak niat ngasihnya, Cuma karena dari tadi saya bikin dia jadi gak enak hati, makanya beli tuh karpet. Hehehe sepanjang jalan gw ketawa, ketawa gede bangat^^ Sampe sekarang gw belum dapat kabar bagaimana tuh nasibnya Karpet Kecil Lumba-lumba Warna Biru yg Gak bangat. Katanya sih, mau di pake sendiri aja. Kasih ke Lucky coklat aja. Hehehe jahat bangat ya gw.
Beberapa teman-teman dari forum KD (Klinik Drum.com) yg dari luar Jakarta lagi pada di Jakarta. Motivasi mereka ke Jakarta juga beda-beda, dari yg niatnya liburan, urusan kantor, sampa di suruh kawin di Jakarta juga ada hehe, pokoknya lengkap deh. Makanya beberapa hari ini saya ambil waktu kosong untuk temani mereka keliling Jakarta. Mulai dari dua hari yg lalu, tanggal 14nya. Dasar dari daerah, udik bangat pengen naik busway (hehe jangan marah ya bos). Ow iya, thx bangat ya Yokai, untuk arak balinya. Nanti besok-besok saya nitip cewe Bali deh hehe.
Tanggal 14
Karena semuanya musisi, khususnya drummer, akhirnya rencana tour Jakartanya keliling-keliling ke toko musik se-Jakarta. Rutenya dari Wijaya Panglima Polim, Serenata Fatmawati, dan berakhir di MG Gading. Kemarin itu yg ikut mas Vallen, Yokai, en Hendra, plus saya sendiri. Nah ada satu lagi nih kecendrungan musisi, gak on time hehehe. Sebenarnya bisa on time, cuma entah kenapa kalo berurusan dengan musik dan orang-orang di dalamnya, pasti telat melulu. Janji kumpul di Citra Land pk10, jadi melar dua jam. Karena keterlambatan itu juga, ’tour-nya’ gak sampai ke MG Gading untuk bertemu Produk Manager MG, Ferry Armand.
Kita juga sempat makan sore di kantin Unika Atmajaya sambil cuci mata liat mahasiswi yang baru. Setelah gelap dan tidak ada lagi yg bisa dilihat, kita pindah ke ’Pelangi’ (PELaza SemANGgI). Kita mampir ke BukuMusik.com, toko langganan untuk mencair dvd dan buku-buku musik. Tokonya di lt2, blok A, jadi yg berminat cari buku-buku dan dvd-dvd lesson berbagai instrumen, or dvd konser, silahkan datang berkunjung disini. Kemarin juga kebetulan ketemu kokonya yg punya, sudah lama gak ketemu semenjak Musik Expo tahun lalu, jadi sempat ngbrol-ngbrol juga. Saya juga sempat pesen beberapa dvd baru. Mungkin minggu depan pesanannya sudah bisa diambil.
Setelah dari sana kita nongkrong di food corrt-nya, sambil menikamti pemndangan malam kota Jakarta dengan sepiring siomay yg dikroyok rame-rame plus minuman fav saya, Ice Cappucino blended. Untuk foto-foto nanti menyusul ya. Akhirnya tepat pk20.30 kita beranjak dari Pelangi untuk pulang.
Tanggal15
Hari ini juga rencananya bakalan jalan lagi. Kumpul di rumahnya Rama, sekalian klinik kecil-kecilan. Lantas jam19 kerumah Denny AJD, owner KDF (Klinik Drum Forum), endorses Yamaha dan Paiste. Baru dari sana nongkrong di Black Cat, Smanggi nonton Tofan Trio. Tapi apa mau di kata, fakta berkata lain.
Tadi pagi saya dapati mobil saya tidak bisa di starter. Slidik punya selidik ternyata batre mobil saya rusak, salah-satu cell-nya sudah mati. Alhasil kudu ganti batre baru. Karena hal 'sepele' tsb, batal deh ke rumah Rama. akhirnya kami (Edo, Remmond, dan saya sendiri) langsung berangkat ke tempa Denny di Tebbet Raya, bilangan Jakarta Timur. Kita jalan dari kos saya di Tanjung Duren pk18, en sampe di tempat Denny pk20 lewat dikir. Bloody trafict man!! Di jalan, Rama sms saya kalo dia baru mau jalan dari rumah. What the hell?!!!! Dasar gak tahu diri! Udah rumahnya di Cileduk 'rimba macet', baru mau jalan ke Tebet jam19. Mau sampai jam berapa coba di Tebet?! Edan! Alhasil doi gak jadi ke Denny, cuma nitip salam aja, bukan duit.
Sampai di rumah Denny, sudah ada Bimo dan temennya nungguin. Kita sempat ngobrol-ngobrol dengan owner. Si owner baru dapat simbal collector item, Paiste 101 '74!! Amaze!!!! Sayang gak di jual, padahal sudah saya tawar 7,3jt hehehe. Doi juga abru dapat force-74., atau bahasa kerennya 'Bedil'. Replika Cina punya. Barangnya asik bangat. Saya langsung naksir pada pandangan pertama, pa' lagi harganya murah bangat coy. Nanti kalo sudah dikirim pic-nya, langsung ta upload disini.
Kita cabut dari tempatnya Denny jam 21.28. Tujuan berikutnya EX, cos Vallen dah nunggu disana. Sampai disana, saya sms Rama, en dia bilang mau gabung juga. Akhirnya sembari nunggu dia kita makan di Burger Spot. Lumayan lah. Tapi memang dasar si Rama ini terkenal raja ngaret, di tunggu sampe pk1 gak datang-datang juga. Singkat cerita kita akhirnya bisa ketemuan juga di Rotbak Eddy.
Udah dulu ya, nanti mengenai isi obrolannya di posting besok. Kepala sakit bangat nih semenjak lathan musik tadi. Mau istirahat dulu. Nite guys.