ATM (Ambil Tunai Man!)

Beberapa minggu yang lalu saya sempat antri di ATM (Anjungan Tunai Mandiri) bank Mandiri. Hal biasa sebenarnya, cuma ada sedikit hal yang mengusik keisengan saya.


Tepat di depan saya, seorang ibu yang begitu lama di depan mesin ATM, entah karena lupa mau ngapain atau doyan berdiri di depan mesin ATM. Kalo diamati dari penampilannya, saya mengambil kesimpulan kalo nih ibu-ibu batak habis jemput anaknya sekolah.


Yang sempat bikin saya menyeringitkan kening, karena hape yang digunakan Nokia N95. Wow, hape dan penampilan tidak sejalan lurus.


Anyway, karena lama, saya jadi penasaran apa yang nih inang batak lakukan. Selidik punya selidik, ternyata nih ibu sedang transefer-mentransfer. Udah gitu keknya list transfer yang dia catat di hapenya banyak bangat, dari tadi gak habis-habis.


Setelah melewati penantian yang panjang, tuh ibu selesai juga (akhirnya..!). Dan ternyata memang dari tadi hanya transfer aja, tanpa narik duit. Ya oloh!! Saya sudah mau nyeletuk aja dari belakang, ”bu, pake hape itu sudah bisa langsung transfer. Hape saya aja yang lebih murah bisa buat transfer!”


Saya juga termasuk orang yang hobi dengan hape baru, tentunya sampai batas tertentu. Salah-satu batasan selain kantong adalah pendayagunaan. Kalo saya tidak bisa memaksimalkan semua fitur yang berlimpah dalam hape tsb, itu membuat saya merasa tertantang untuk memaksimalkannya. Cuma memang di Indo ini, banyak orang lebih suka menggunakan hape mahal dan bagus, hanya sekedar untuk telepon dan smsan, tanpa tahu potensi yg besar di dalam hape. Mentok-mentoknya alasannya untuk berkirim fax (ini lasana umum kenapa orang beli komunikator E-90), padahal orang sudah sampe ke bulan; jangankan untuk fax, berkirim email atau chat sudah semudah berkirim sms. Seharusnya mereka melihat para teroris yg begitu kreatifnya, hanya dengan bermodalkan hape yg ala kadarnya, namun bisa berdampak luar biasa dalam pendayaannya (walopun kearah yg negatif).


Begitu juga dalam hidup. Banyak dari kita sebenarnya memiliki fitur-fitur (baca potensi. red) yang besar, namun pendayagunaannya tidak maximal. Banyak alasannya, entah karena tidak sadar kita punya potensi yang besar, atau memang tidak bisa menggunakannya. Padahal mereka sangat yakin bahwa diri mereka canggih, atau kalaupun tidak mengakuinya, mereka toh tidak terbebas dari tanggung jawab memaksimalkan diri mereka.


Padahal sama seperti hape, setiap orang diciptakan dengan ’fitur-fitur’ yang berbeda, karena memiliki tujuan yg berbeda pula. Tujuan ini yg membuat setiap individu bernilai, berarti, dan maximal di tengah-tengah masyarakat sebagai mahluk sosial maupun individu.


Sayangnya banyak dari kita tidak sadar akan potensi kita, apa lagi saat ditanya tujuan hidup. Potensi bertalian dengan tujuan kita sebagai individu. Saat kita melihat, menggali, dan memanfaatkan potensi tsb (besar atau kecil, banyak atau sedikit), kita akan menyadari tujuan dari keberadaan diri kita.


Saat semua potensi dalam diri kita dimaksimalkan, kita akan melihat diri kita lebih berarti dan berharga, karena salah-satu tujuan penciptaan kita telah berhasil. Kita akan terheran-heran melihat apa yg bisa dilakukan oleh diri kita, sama seperti saya terheran-heran melihat apa yg bisa dilakukan hape saya.


Hari ini kamu adalah orang yang sama dengan kamu lima tahun mendatang. Yang bisa membuat beda adalah: orang-orang disekelilingmu dan bacaan yang kamu baca.