Benny & Lala... on a another screen, take one

and.... ACTION!



Mengapa kamu membiarkan aku pergi?
karena nantinya kita semua akan pergi,
pergi ke dalam penantian

Aku masih mencintai kamu...
cinta kita membebani kamu,
membebani hubungan kita...
sudah pernah kita coba kan?

Kapan terakhir kali kita ngobrol?
saat kita sama-sama diam, dan mau
saling mendengarkan

Jalan yuk? Aku bosan disini. Mau ga?
Selalu ada waktu untuk berjalan, selalu....
hanya waktu yg bosan pada kita

Aku temenin kamu ngobrol mau ga?
seharusnya aku sudah tahu dari dulu
kita memang hanya bisa berteman...

Apa kamu bisa ngejalanin semua ini
di saat aku masih ga bisa?
Aku bisa jalani semua ini, aku bisa
jalani tanpa kamu, kamu pun bisa... kita bisa...
Tapi kalo bisa aku tidak ingin bisa... sungguh tidak ingin

Aku ga bisa menepati janji ke kamu...
tidak apa-apa sayang, karena memang
hanya janji saja yg bisa kamu beri...

Ortu aku ga suka ama kamu.
semua orang tidak akan menyukai
apa yg tidak mereka kenal

Temen2 aku bilang kita berdua ga
cocok
sejak kapan kebahagian kita ditakar
dalam ukuran teman-temanmu?

Kamu sudah berubah.
kita semua memang berubah,
karena kita tidak hidup di masa lalu,
kita disini sekarang, bukan pada masa lalu

Kita bisa balikan lagi ga?
hubungan akan selalu kembali di awal...
dengan orang yg berbeda.
Jika semua sama, kita hanya mengulang masa lalu

Oh, aku tau ada apa dengan semua
sungguh, tidak ada yg tahu tentang semua sayang,
semua hanya tahu peran masing-masing

Kamu sadar ga kalau kamu nyakitin
aku?
iya....
maafkan aku... tapi aku tidak pernah
menjanjikan cinta tanpa air mata, cinta tanpa duka
Bukankah cinta selalu memiliki dua mata,
bahagiah dan air mata? Tawa dan duka?
Bukankah itu indahnya?

Bagaimana bisa kamu melupakan
semua kenangan kita berdua?
aku tidak pernah lupa, hanya
menyimpannya di belakang

Aku akan selalu mencintai kamu.
tidak sulit untuk selalu mencintaiku,
menolak orang lain selain aku yang sulit bagimu

Dan aku akan selalu menunggu kamu
itu...

cut, cut, cut!!! Kamu ngomong apa Lala?? Itu script-nya Benny! Mikir apa kamu??? Penghayatannya juga mana, mana??? Padahal Benny, sudah bagus! Ulang dari awal...! Kamera siaap!!!



Hahahahaha.... Ini saya salin dari bulbo (bulletin board) FS yang saya isi. Keknya seru juga nih kalo beneren ada script film kek gini ^_^

Joger dan 'my story'

Tadi pagi, setelah antar adik cari bis, saya sempatkan untuk joging. Memang waktu sudah menunjukan setengah enam, cuma langit masih gelap, dan jalan-jalan masih sepi. Lagi pula saya sudah lama gak joging. Kenapa sudah lama, karena niatnya mau fitness aja. Kenapa milih fitness, biar keren. Kenapa biar keren, karena memangnya situ ok kalo saya tidak keren? Udah deh, gak usah nanya-nanya lagi!

Cuma gak kesampean terus untuk fitness, karena masalah tempat gak cocok lah, gak ada instrukturnya lah, gak ada teman lah, pokoknya banyak lah-nya. Kalo dipikir-pikir kita biasanya menjalani sesuatu itu dengan alasan, namun tidak jarang juga dihambat karena alasan.

Hari ini joging tidak terlalu jauh, hanya satu kali putar komplek. Walaupun singkat, cuma banyak yang dilihat. Memang masih sepi, cuma sudah ramai (sepi tapi rame tuh kek apa sih??) dengan kedai makan yang siap-siap buka, tukang sayur yang hilir mudik, dan sesama joger (orang yang joging.mod) -- iya tau, emang maksa.

Dari belasan joger yang melintas, ketertarikan saya terusik oleh sepasang suami-istri muda. Mereka memang cuma jalan pagi, jadi gak bisa di sebut joger murni (bahas yang gak penting deh). Yang buat saya terusik karena si istri lagi mengandung. Dari bakat menebak saya, si istri hamil tua, sekitar tujuh bulan, tapi tidak kurang dari lima bulan. Dan ini anak pertama.

Loh, kok tahu anak pertama?

Iya, karena walaupun suaminya masih ngantuk, tapi dengan setia temani si istri jalan pagi.

Sama seperti waktu ibu saya mengandung anak pertamanya, saya. Ayah saya dengan setia dan rajin, menemani ibu saya untuk kontrol ke dokter.Bahkan lebih banyak ayah saya yang bertanya ke dokter di banding ibu saya yang mengandung.

Setelah mengandung adik saya yang ke dua, begini percakapan antara dokter dan ibu saya:

dokter: mana suaminya bu? Gak ikut antar?
ibu saya: ada dok. Nunggu diluar.
dokter: ow, memang biasa gitu kok bu. Kalo anak pertama, suami rajin tanya. Kalo sudah anak ketiga, suami nunggu diluar.

... Adik saya yang terakhir, lahir sewaktu ayah saya di Jepang...

Jadi untuk para istri, dan calon ibu, dihimbau jangan punya anak lebih dari dua, kecuali kalo mau pergi ke dokter sendiri, atau melahirkan tanpa ditemani suami.


Btw, sekalian saya update blog saya yang baru tapi lama (loh??). Kemarin saya mulai nulis kembali di My Story, blog pertama saya di friendster. Tulisan di buka kembali dengan judul yg sama, my story.

Alasan di aktifkan kembali blog tsb juga saya tulis disana. Yah, kita lihat sejauh mana saya bisa mengasuh tiga blog sekaligus. Ok, bagi teman-teman yang suka baca blog saya, monggo mampir ya ke My Story. Cuma ini agak berbau pribadi :)

Kamukah Kawan Ku?

Beberapa hari lalu, saya sempat ngobrol dengan teman saya. Dia bercerita pengalamannya dianggap suka sama sso hanya karena dia sering telpon dan sms. Padahal maksudnya baik, dan lagi sso itu memang butuh teman ngbrol.

Bukan hanya dia, saya pun mengalami, dimana hubungan inter-persona, dewasa ini digerakan atas kepentingan pribadi -- digantung diawan, karena dianggap hanya sebuah paradoks. Ketulusan di tanggapi dengan prasangka. Makanya tidak heran kalo ada yang mengatakan, jika ada seoarang teman lama (entah dari sd/smp/smu) menghubungi kamu, mengumbar ramah-temeh, maka kalo bukan mengajak asuransi, pasti mau ngajak forex.

Salah-satu pengalaman saya, sewaktu seorang sahabat lama saya tiba-tiba, entah bagaimana, mendapatkan no telpon saya. Saya sangat excited sekali menerima kabar dari dia, karena sudah lama tidak bertemu dan dulu kami cukup dekat. Namun diujung telpon saya harus kecewa. 'Yud, bisa ketemu gak, gw mau jelasin nih tentang sebuah investasi berjangka. Gw rasa cocok bangat nih buat loe. Loe kapan ada waktu?'.

Hari dimana saya menolak ajakannya, adalah hari terakhir saya mendengarkan kabarnya. Tidak ada sms dan maupun sekedar membalas email.

Jika sso yang tidak dikenal datang pada kamu. Sering sms, telpon atau sekedar 'say hi' by YM!. Stigma yang muncul, pasti deh ini orang mau nawarin forex, atau kalau lawan jenis, pasti deh nih cewe suka gw? (sayangnya yg terakhir ini gak mungkin buat saya, karena saya bukan cogan -- cowo ganteng).

Huh, kemana sih orang-orang? Apakah di dunia ini yang tersisa hanya boneka pencari uang saja?

Begitu juga sebaliknya, jika saya mencoba membangun persahabatan dengan sso, stigma tsb pun hinggapi pada orang tsb. Apa saya terlihat seperti sales sebuah produk? Apa saya terlihat seperti cowo hidung belang yang mencari-cari perempuan? Hei, what the hell world is?!

Where'r we really stand on? The earth? Hesitateful! I didn't saw man as i can talk with him/his. I didn't felt how soft humane dew. Just a bundle of prejudices, day over day, only prejudices.

Hubungan dilandasi atas asas kebutuhan materi, bukan lagi dengan kasih. Haruskah memang kita mengeluarkan uang agar kita di dengar? Haruskah kita membayar agar memiliki teman? Memang tidak ada yang gratis sih di Jakarta, kencing aja bayar, apa lagi teman?

Mengapa semakin bertambahnya jumlah penduduk di Jakarta, justru semakin sedikit yang bisa diajak berbicara?

Mengapa justru seiring kita dewasa, kita malah kehilangan teman?

Memang bukan hal yang mengherankan di kota metropolitan ini. Segala ketulusan dianggap sebagai siasat, dan di tanggapi dengan parasangka. Prasangka sendiri hasil dari limbah-limbah kecewa, dan kecewa adalah produk dari harapan yang patah.

Jadi mungkin karena terlalu banyak ranting harapan yang patah, sehinggah dewasa ini orang lebih suka memeliahar bonsai. Lebih praktis. Tidak repot, dan tidak sakit.

Padahal makna kawan (friend) sangan indah. Berasal dari inggris lama freond1, dari bentuk kata freon1 dalam inggris kuno, yang artinya mencintai.

Sunggukah di kota yang majemuk ini kita tidak bisa menemukan cinta? Atau masih bisakan aku harapkan itu dari kamu? Paling tidak aku berharap masih ada kata friend dalam kamus anak-anakku, generasi dibawa ku. Sehingga mereka tahu, di dunia yang semakin rusak, masih ada seberkas harapan dari seorang sahabat.

Jika persahabatan dicurigai, apa lagi lagi yg tersisa di dunia ini?






1 dikutip dari Novel Disgrace (1999) karya J.M Coetzee, halaman 149 terjemahan Indonesia (Aib-2005)

Cerita Dari Teman

Gw lupa dengan pasti bagaimana awalnya, dan tentunya saat itu gw gak punya feeling akan sesuatu yang salah... yg akan menimpa gw sekarang...

Gw berada disini, setelah melewati screen gw yg pertama. IYA, GW HABIS SHOOTING. MAAAAAAAAAKKKKKK....... KENAPA GW BISA ADA DISINI???

Aduh, gw bingung bangat! Cuma bisa bengong aja mikir, gw ngapain sih disini??

Gw kerja di perusahaan penyedia layanan multimedia. Kami merupakan perwakilan dari sebuah perusahaan asing. Salah-satu content pekerjaan kami adalah membuat acara infotement (informasi dan enterteinment). Bukan gosip-gosip murahan kek Bibir Plus dan Cek&Ricek ya. Ini acara yang menghibur malah lebih berbobot dari pada gosip-gosip murahan ala tv-tv nasional. Gw emamng cewe, tapi bukan berarti semua cewe suka gosip murahan kek gitu. Apa lagi sinetron-sinetron kampring. Gw kok jadi curhat sich??

Nah, awalnya tuh temen gw dari divisi lain (gw dibagian HRD. Kalo dipikir-pikir gak masuk akal deh mintanya ke gw?!), minta tolong gw. Soalnya gak ada orang lagi dan mendesak bangat. Saat itu gw cuma berpikir, ok gpp. Ini salah-satu pengabdian gw pada perusahaan gw.

Bodohnya, seperti sudah menjadi kebiasaan gw, gw gak tanya buat apaan.

Ternyata gw diminta gantiin salah-satu artis mereka buat beberapa screen. Peran gw disitu sebagai istri yang ditinggal selingkuh suaminya, dan mencoba membalas dendam dengan ikutan selingkuh, plus acara nangis dan triak-triak ala sinetron Cahaya.

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAaaaaaaaa...................................

KEBAYANG GAK SIH LOE???!!
Gw yang sehari-hari ngurusin aplikasi dan lamaran orang dibelakang meja, denga cemilan biskuit atau coklat, dan secangkir teh manis, sambil nyanyi-nyanyi kecil, dan itu sudah bikin gw puas dengan hari-hari gw. Sekarang disuruh adegan seperti itu. Adegan pertama gw yg seperti sinetron paling gw caci-maki dan sumpah serapahin. Gw harus lakuin itu??!!!!!!! Oh Gusti Allah, kuatkan anakmu ini!!!

Gw bukan cewe yg langsing dan cantik ala sinetron ntuh. Beneran. Gw tuh masih joging tiap sore, karena berat badan gw masih kurang ideal (bukan gendut! Awas loe kalo bilang gendut??!), dan wajah gw juga biasa-biasa aja, bukan yg gimanaaaaa gitu. Semata-mata gw diminta karena gak ada orang lagi. Eh gw baru mikir, sialaan juga tuh temen gw! Gw dijadiin komoditi gak bermoral demi screens-nya, ternyata sebagai ban serep!

Ada sebuah adegan yg mengharuskan gw nangis gitu sambil berpangku tangan di atas meja makan. Terus nangisnya harus netes air matanya dan jatuh ke atas meja. Gak boleh mengalir dipipi. Aje gile nih sutradara, terobsesi sinetron sih terobsesi, tapi jangan libatin gw doong?! Kebayang gak tuh, dramatisnya? Bukan cuma adegannya aja, tapi juga sutradaranya.

Akhirnya ya gw gak bisa nangis lah! Gw udah sampe mikir kalo anjing gw mati di rumah. Cuma bukannya nangis, malah gw jadi emosi. Siapa yg berani bunuh anjing gw?? Gw pasti benci bangat sama tuh orang!!

Karena gak berhasil membuat gw menangis ala sinetron, akhirnya sutradaranya sendiri yang nangis, plus beberapa tetes air mata diatas meja. Huh, dia pikir gampang kale nangis sambil netes-netes gitu??

Selain adegan yang paling membuat gw malu itu, gw baru tahu kalo slingkuhan suami gw, bukan suami beneren tapi yg dalam film, itu PSK!! Ajegile nih sutradara?! Masa gw disamaain ma PSK?? Aaaaa.... gw harus dibayar mahal nih untuk nih screen!

Jadi kalo malam, disekitar kantor gw itu banyak perempuan-perempuan yg menjajahkan dirinya. Nah kalo siang kan mereka nganggur, jadinya di ajak lah ma sutradaranya.

Cuma ya kira-kira dong kalo ambil lawan main. Masa gw disuruh ribut ma PSK?? Harga gw sebagai perempuan kan turun.

Udah gitu tuh perempuan sok dekat lagi. Ya bukannya gimana-gimana sih, cuma gw agak risih aja kalo sama orang yang baru gw kenal dauh langsung dekat, bukan karena dia PSK loh! Selain itu kalo ngomong tuh nyebelin, ngomongnya gede gitu.

Pernah saat kita lagi istirahat makan siang, itu orang datang ke arah kita. Ngbrol sok dekat gitu. Temen yang lain sih ada yang nimpal-nimpalin, berusaha ramah, cuma gw diem aja. Setelah puas ngeliatin hape kami masing-masing, dia ngajak ngbrol lagi. Kira-kira gini percakapan antara kami dan salah-satu dari kami (SSDK)

PSK: mas2 dan mba2 suka clubbing gak?
SSDK: wah gak mba, jarang. Memang mba sering?
PSK: iya, sering. Sama teman-teman, buat ngilangin stress (gw masih bingu, dia stress apa ya?? Kok rasanya hepi gitu?). Biasanya sih saya kalo clubbing tuh minum wiski sama cipas.

Wait, wait, gw memang gak pernah clubbing, tapi gw belum pernah denger minuma yg namanya cipas?? Kami masih clingak clinguk bingung. Beberapa menit kemudian baru kami ngeh, yang dia maksud tuh chivas!

Ya olo, kenapa bisa jadi CHIVAS jadi CIPAS?!!

Setelah perempuan itu berlalu, yang lain pada ngkak dan gw cuma bisa geleng-geleng kepala. Itu yang bikin gw jengkel, ndeso aja bergaya minum chivas. Gusti, Gisti... ampuni gw.

Eh udah dulu ya, sutradara sudah triak-triak nih.

-----------------------

Ini pengalaman dari teman saya. Waktu dengar, saya sampai terpingkal-pingkal dengar kata 'cipas', what the hell is??

Btw, have a great day guys, gals....

'Aib' (Disgrace) by J.M Coetzee


Judul asli: Disgrace (1999)
Penulis: J. M. Coetzee
Penerjemah: Indah Lestari
Penerbit: Jalasutra, 2005
Tebal: 317 hlm (97hlm lebih banyak dari edisi asli)
Format: 15 cm x 21 cm










vintage cover


Saya baru selesaikan mambaca buku ini -- yang seharusnya sudah selesai Kamis kemarin. Kesan pertama, wuih... tanpa tedeng aling-aling, gamblang. Sebuah buku yang berisi tentang hasrat yang ditelanjangi tanpa ampun, bahkan hampir tanpa simpati. Dan bagaimana seksualitas menjadi motor, tanpa terkesan murahan.

Apa yang dilakukan David Lurie memang tidak sejalan dengan moralitas yang saya pegang. Sayangnya saya bersimpatih kepada tokoh utama buku ini, karena bagaimana pun dia jujur terhadap dirinya sendiri. Bukan orang yang mengemis dari kemurahan hati publik. Selain itu, bukannya orang harus diberi kesempatan saat mereka memetik pelajaran dari hidup, sekalipun itu sebuah aib?

Sama seperti haru, dan tawa, sebuah aib pun merupakan bagian dari hidup. Aib bukan anak tiri dari kehidupan.

Sebelum semakin bingung dengan yang sedang saya bicarakan, akan saya ceritakan apa isi buku yang berjudul AIB ini.

Berkisan tentang seorang profesor kulit putih di Universitas Teknik Cape, Afrika Selatan didakwah melakukan pelecehan seksual dan memperkosa mahasiswanya (Melanie Isaacs). Dia menerima dakwaan itu (dengan keras kepala), tapi menolak tuntutan minta maaf. Dia mengaggap hubungannya dengan mahasiswa itu sebagai bentuk cinta. Akibatnya dia dipecat secara tidak hormat.

Kehilangan jabtan dan pekerjaan, David Lurie bermaksud tinggal sebentar dengan putrinya untuk menyelesaikan karya opera. Kejadian yang lebih tragis menimpa dia dan putrinya, Lucy. Mereka dirampok orang kulit hitam (
afro-american), dan memperkosa putrinya sampai hamil. Sayangnya, polemik ini menjadi lebih rumit dengan adanya masalah sosial di Afrika Selatan (Apertheid) dan tentunya nama baik Prof. Lurie yang tercoreng.


Buku ini sudah lama terbit (edisi Indonesianya 2005), sehingga banyak (beberapa) juga yang review edisi Indonesia-nya. Bisa di cek disin. Saya sendiri lebih suka reviewnya bung Anwar yang bisa di lihat disini.

Karena sudah ada ulasan lengkapnya, jadi saya tidak akan mencoba menyinggung lagi isi ceritanya. Yang ingin saya angkat disini, adalah pandangan saya terhadap buku ini.

Gaya penulisan yang, hm... lepas dari rel, membuat buku ini susah untuk disukai -- tidak swinging. Mungkin ungkapan Andersen, nuansa kelam dan arus yang tidak nyaman, adalah yang paling tapat menggambarkan alur buku ini. Ironinya, J.M Coetzee, satu-satunya (sampai saat ini) penerima dua kali penghargaan Booker Prize, membuat saya penasaran terhadapt buku ini.

Ada suatu hal yang susah diungkapkan dari penulis-penulis yang mendapat pengakuan publik secara internasional. Mereka sangat pandai menangani plot. Alur cerita tidak ada yang ganjil, dan walaupun kalimat demi kalimat susah untuk di cerna, namun tidak ada yang janggal,
not a single note is false; every sentence is perfectly calibrated and essential (Publishers Weekly).

Selain itu watak setiap tokoh begitu kuat. Seolah tokoh-tokoh tersebut menari dimata saya. Ya, kamu boleh bilang saya hiperbola, tapi itu kesan yang muncul dibenak saya.

Setiap orang memiliki harsarat dalam dirinya, dan tidak berdosa memilik hasrat -- seliar apapun hasrat tsb. Tapi melemparkan kontrol sosial kita pada sebuah hasrat adalah hal yang tidak bertanggung jawab. Kita memang tidak bisa dikebiri karena hasrat yang kita punya, namun saat ego, bahkan id, menganggu hak orang lain, sudah sewajarnya superego berdiri sebagai tembok, melindungi kepentingan orang lain.

Berita baiknya, tokoh utama diakhir cerita dapat menerima aib tsb sebagai bagian dari hidupnya. Bagian yang paling saya suka, saat Lurie meminta maaf kepada keluarga
Isaacs. Memang dia tidak minta maaf karena perasaannya, karena cintanya (tentu saja, cinta tidak membuat orang berdosa). Namun karena cintanya sudah menyebabkan keluarga Isaacs menderita.


  • Setiap orang di takdirkan baik adanya. Jadilah orang baik, walaupun dunia menjadi tidak baik.
  • Setiap orang memilik aib, yang membedakan sampai sejauh mana hal itu bisa disebut aib.
  • Aib tidak membuat oran menjadi hina, hanya membuat orang belajar lebih banyak tentang hidup.

SE M600i wFreak!


Dewasa ini hand phone (yang lebih populer dengan istilah 'hape') bukan lagi menjadi barang mewah. Tidak seperti empat tahun lalu, yang punya hanya orang gedongan, saat ini hape sudah menjadi sebuah kebutuhan penduduk metropolitan. Sudah tidak heran lagi jika saat ini kita menemukan tukang becak maupun pemulung menggenggam sebuah hape. Ya, pemulung. Mungkin mereka mubutuhkan hape untuk menghubung iteman-teman mereka jika ada spot yang bagus untuk mulung. Sayangny beacukai tidak melihatnya sebagai barang yang mendatangkan nilai tambah, namun sebaliknya sebuah barang mewah (Buseet!! Kalo hape barang mewah, lantas notebook apa doong??).

Terlepas dari perdebatan bahwa hape barang mewah atau tidak (lagi pula bukan itu tujuan gw nulis nih blog), saya akan memperkenalkan hape saya. Sebuah hape, yang cantik (istilahnya mas Ridho, cewe cantik yang bikin semua cowo menengok) :D

Histori saya menjatuhkan pilihan pada hape ini, karena saya iFreak dan White Freak. iFreak, karena saya gandrung dengan produk-produk Mac, yang berwarna putih (wFreak). Sebelumnya saya menggunakan SE P990i, yang notabene lebih canggih secara kemampuan. Sayangnya P990i ini tidak ada yang warna putih. Selain itu, iPhone yang tercatat 'menang gaya' aja, tidak membuat iFreak dan wFreak terpenuhi dalam batin (tsah.. bahasa gw udah kek kuda lumping gini).

Sampai akhirnya saya menemukan M600i warnah putih, yang begitu mempesona. M600i begitu bersinar, dan cemerlang dianatara yang lain. Seolah semua hal disekeliling gw mulai pudar, dan berganti dengan gerakan slow-motion ala Matrix (ck ck ck...)

Ya akhirnya diputuskan untuk menukar P990i saya dengan M600i. Memang harus ditebus dengan:
  1. tidak ada kamera (that's all right, i didn't really think phone camera can change digicam)
  2. tidak ada kamera sekunder (I rare to use it. Voices is good enough.)
  3. dan tidak ada wifi (Huaa... i start to cry for this one. Very regrettable.) Ok, ini masih bisa ditolerir karena ada laptop yang bisa wifi (but not really wipe my regret).

Namun hal yang saya dapat adalah hape cantik berwarna putih (pretty white! Pretty slim!):
  1. daya tahan batre yang lama -- bisa lebih dari dua hari(Of course! Without camera, battery will be safe)
  2. kerja office yang setabil, terima email (more than just a little, i can post my blog/posting with 'whity', wherever!)
  3. koneksi internet yang stabil
  4. keypad qwerty yang sangat-sangat membantu saat ngetik email dan blog yang panjang-panjang (yeah i know, on P990i we get it too). Bentuknya qwerty-nya satu tombol untuk dua huruf, dan ini bisa digunakan bagi orang-orang yang memiliki jari-jari besar (this one i really mean)
  5. dan M600 rasa iPhone! (GREAAT!)

Yang terakhir ini yang ok bangat! Selain mendapatkan wFreak, saya juga bisa terhibur dengan M600 ala iPhone ini. Ok, memang masih jauh berbeda, tapi bisa dilihat bahwa M600i pun tidak akan beda jauh dengan iPhone. Cek disini.

Walaupun belum dapat software TWUIK, namun dengan perubahan icon-icon M600i saya seperti iPhone, itu sudah cukup melipur lara :D

Kelebihan M600i (saya) dibanding yang lain:
  1. warna putih! Hehehe soalnya banyak yang lebih suka warna hitam kan. Dengan icon ala iPhone.
  2. acc gmail dan yahoo terintegrasi dalam messaging.
  3. push mail
  4. posting dan reposting blog dimanapun juga
  5. Feed berita
  6. Messenger: eBuddy (YM!, MSN). Mau coba pakai agille messenger, cuma belum dapat crack-nya^^

Btw sori fotonya agak blur dan kurang jelas. Maklum, motonya buru-buru menggunakan kamera W700.

24 Hour Analog Watch


Pertama kali, sewaktu menambahkan elemen jam di blog, saya sempat bingung dengan jam yang di tampilkan. Setelah mengamati dengan seksama, baru saya mengerti.

Ini jam 24jam, bukan seperti jam analog 12jam lainnya. Ok, bagi yang sudah tahu, tidak usah meneruskan membaca posting ini, lanjutkan dengan posting saya yang lain ;)

Analog 24jam tidak sama seperti 12jam yang memiliki interval 10strip setiap jamnya. Pada analog 12jam, dimulai dengan angka 12, dan diikuti angka 1, 2, 3, ... begitu seterusnya sampai kembali lagi pada angka 12 di atas. Jaran antara, 12 ke 1, ke 2, ke 3, ... adalah 10 strip/ 10 detik/ 10 menit.

Sedangkan pada analog 24jam, biasanya dimuali dari angka 24 (diatas), diikuti 1, 2, 3, ... begitu seterusnya. Yang berbeda adalah pada intervalnya. Dalam analog 24jam, interval setiap jamnya adalah lima strip/ lima detik/ lima menit -- setengah dari analog 12jam.

Sehingga saat jarum jam berada di setengah lingkaran sebelah kanan, menunjukan waktu 00 s/d 12 siang (AM). Sedangkan setengah lingkaran sebelah kiri, menunjukan pukul 12 s/d 24 (PM).

Jarum yang menunjukan menit maupun detik dalam analog 24jam tidak ada perbedaan dengan analog 12jam. Satu putaran penuh jarum menit menunjukan satu jam, dan satu putaran penuh jarum detik menunjukan satu menit.

Contoh, pada gambar jam di atas, menunjukan pk 09:48:10 AM. Sedangkan jika sekilas (paradigma analog 12jam), gambar tsb menunjukan pk 04.48.10 (AM/PM??)

Apakah sistem analog 24jam dapati diterapkan pada analog 12jam?

Awalnya saya pun berpikir demikian. Namun sayangnya tidak bisa. Dalam analog 12jam, saat jarum menit menyelesaikan satu putarannya, jarum jam pun bergeser 10 strip, yang itu berarti dua jam dalam analog 24jam.

Hm sebenarnya saya juga lagi nyari jam tangan analog 24jam. Ada yang bisa kasih informasi?

Dari Kata-kata Tabuh, sampai Cerita Dante

Hm sudah sepuluh menit di depan lembaran putih blog, dan gak tahu mau nulis apa.

Pernah gak para bloggers merasa bingung mau ngeblog apa? Rasa-rasanya pengen nulis, tapi gak tahu nulis tentang apa. Seperti blog fivestroke -- yang notabene berisikan hal-hal mengenai drum, juga belum ada kelanjutannya.

Kalo untuk blog yang satu itu, memang lebih berat dari pada personal-blog ini. Dikarenakan bahan-bahan tulisan yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Di blog tsb, gak bisa asal ngomong aja, karena entah kenapa praktisi musik itu, bisa lebih bawel dari pada musik yang mereka mainkan. Oops sori, gak bermaksud menyinggung apa lagi kurang ajar sama rekan-rekan senior , cuma sekedar mengeluarkan uneg-uneg :)

Sebenarnya bahan tulisan blog bisa muncul dari dan di-mana saja. Obrolan di kantor, kopi tubruk yang kita nikmati, sampai pada kejadian-kejadian aktual lainnya. Sayangnya tidak serta-merta setiap saat kita bisa menuangkan ide-ide atau gagasan tsb dalam kerangka jurnal maya ini. Butuh sebuah greget, dan mood yang baik.

Aah, jadi sekarang mood yang disalahkan?

Padahal kata ini sama haramnya seperti kata 'sibuk' dalam kosa-kata saya. Kenapa?
Menurut saya, kata 'sibuk' seharusnya tidak pernah ada dalam perbendaharaan kata manusia. Sederhananya, Tuhan, yang begitu padat rutinitasnya (mengurus dunia beserta isinya, belum lagi hal-hal di luar dunia ini), masih bisa mendengar dan menjawab doa kita yang mengusik telinga-Nya setiap hari, dan tidak pernah terlontar kata, 'Maaf hamba-Ku, tidak lihatkah kau, Aku ini sibuk?". Eh ini manusia, dapat dari mana kata 'sibuk'??! Sampai-sampai sering menjadi dalih untuk mengorbankan hal-hal yang lebih luhur.

Nah mungkin itu alasan kenapa manusia memetik kata 'sibuk' dari ladang individualisme: untuk menjadi dalih bagi sesama.

Begitu juga dengan 'mood'. Sering kali banyak penulis, atau sebutlah segala aktivitas manusia yang berhubungan dengan rasa, menjadikan 'mood' sebagai acuan maupun kambing hitam dari (baik/buruk) rasa mereka. Padahal menurut beberapa pakar di bidang masing-masing (dan saya sependapat dengan mereka semua yang sependapat dengan saya), alasan ini hanya (kembali lagi) dalih bagi mereka yang tidak mampu mendisiplinkan diri mereka atas apa yang mereka kerjakan.

Ahh, seperti tertemplak rasanya. Ini mungkin menjawab kenapa saya tidak menemukan ide untuk menulis blog -- karena saya tidak disiplin terhadap diri sendiri untuk menulis blog. Maafkan aku wahai para leluhur blog, dan para dewa-dewa yang menaungi blogers.

Ok, kita mulai. Pagi ini hujan *bassi!*
Iya, hujannya sudah dari tadi subuh *itu juga orang lain tau! Gak usah di masukan di blog!!*
Ugh... jadi nulis apa doong?? *udah, mending gak usah nulis aja* Ok deh.







On a different note, saya baru beli dua buku baru -- damn! Padahal masih ada dua buku (berbahasa) asing dan satu buku jurnalistik (baca:buku orang tua) yang belum selesai dibaca. Eh ini beli buku lagi?! Huff... Terkadang suka stress sendiri dengan prilaku yang konsumtif terhadap buku (bahkan gw pernah lewatin angka 1juta dalam sebulan untuk beli buku doang! Buku doaang!!). Some one please help me...!!!!

Anyway salah-satu dari buku-buku yang saya beli adalah Cerita Dante-Stefani Hid,penerbit Grasindo. Btw saya penasaran, apa memang nama 'Hid' di belakang Stefani memang nama asli (kalo iya, artinya apa?), atau itu nama pena dari Stefani? Soalnya kalo itu nama pena, saya juga kepikiran untuk mengganti nama saya kalo (kalo??) sudah menjadi penulis. Seperti Johanes Pitt, atau mungkin Brad Juda. Cool!! *obsesi menjadi Brad Pitt*

Anyway, saya memang baru baca sampai pertengahan. Cuma sampai sini, pendapat saya kok, ini buku.... jenuh bangat bacanya! Seolah ini buku narasi, dan kita hanya menonton konflik bisu. Ok mungkin sayanya yang terlalu cetek wawasannya. Tapi mana ekspresinya?! Ekspresinyaa??!!!! Masa kita cuma dengerin orang bernarasi?? Jadi ingat cerpen-cerpen yang biasa kita temui di tabloid Ananda (??) -- sori.

Cuma kalo dilihat dari karya-karyanya, Stefani ini memang orang hebat. Dengan usia se-dini dia, yang dia kerjakan lebih banyak dari kebanyakan orang yang sudah hidup lebih dini dari dia. Good work Stef!

Taksi, Transportasi Aman & Nyaman part 1


Taksi vs ojeq


Satu kata yang ada disetiap benak orang Indonesia jika sudah mendengar 'Jakarta', yaitu macet. Hanya ada sekali dalam setahun kota Jakarta menjadi lenggang di jalan, yaitu saat Idul Fitri, dimana sebagian besar warganya mudik ke kota asal mereka.

Sayangnya kemacetan ini bertolak belakang dengan aktifitas warga kota besar yang serba cepat. Jika mendengar waktu adalah uang, maka kamu bisa benar-benar lihat itu di Jakarta. Keterlambatan 10 menit, bisa berarti kamu harus merogoh kantong lebih dalam untuk menggunakan kendaraan umum eksklusif.

Mungkin bagi anda yang memiliki kendaraan pribadi, ini tidak jadi soal (walaupun tetap saja terlambat brangkat 10menit bisa jadi terlambat tiba 1jam di kantor).

Definisi kendaraan umum eksklusif yang saya maksud adalah, jenis kendaraan umum yang bersifat personal, nyaman, dan mengantar 'Door to Door'. Umumnya hanya ada taxi atau taksi, namun di Jakarta, anda bisa menemukan ojeq dan bajaj.

Kendaraan Umum Eksklusif memiliki beberapa keuntungan sendiri jika dibanding dengan kendaraan pribadi, dan apa lagi kendaraan umum bersifat masal. Keuntungannya, kamu tidak perlu repot mikir jalanan yang sudah macet mumet tsb, karena ada yang menyetir buat kamu. Kamu juga gak perlu pusing mikirin bensin. Selain itu biaya yang kamu keluarkan bisa di estimasi dari awal.

Kekurangannya sih, senyaman-nyamannya kendaraan umum, yah tetap lebih nyaman kendaraan sendiri lah coy.

Kendaraan Umum Eksklusif seperti yang sudah diutarakan di atas; taksi dan ojeq. Sebenarnya ada juga bajaj, namun jika dilihat dari ketepatan waktu sampai, jarak tempuh, juga getaran bajaj yang diluar batas toleransi kenyamanan orang pada umumnya, jadinya bajaj masuk dalam Kendaraan Umum Darurat, sama seperti grobak sampah (dipakai saat banjir).

Nah, setelah saya lima menit ngomong yang gak penting, sebenarnya saya cuma mau membagikan pengalaman pribadi saya menggunakan salah-satu kendaraan umum eksklusif (tapi sama sekali gak eksklusif) tsb, yaitu taksi.

Taksi. Kalo gak salah taksi di Indonesia sudah ada sejak tahun 1960-an. Saya tahu ini dari veteran supir taksi yang pernah saya ajak ngobrol. Cuma karena saya punya masalah dengan menghafalkan nama, sehingga saya lupa armada taksi yang pertama di Indonesia itu apa. Yang saya tahu pasti taksi pertama menggunakan mobil nissan, yang waktu itu namanya Datsun.

Blue Bird (BB) sendiri mulai beroprasi pada tahun 1972 dengan jumlah armada 25 unit (sekarang mah ini jumlah yang sama dengan taksi BB yang ngetem di sebuah mall). Sewaktu dulu juga namanya bukan BB, melainkan Chandra Taksi.

Nah dibanding dengan Kendaraan Umum Eksklusif yang lain, dalam hal ini ojeq, taksi memiliki keuntungan-keuntungan sendiri, yaitu:
  • Nyaman! Yoi, ini sudah pasti. Gak perlu berpanas-panasan karena ada AC, gak perlu ikut hirup asal kenalpot di luar, dan beberapa taksi bahkan ada tape/radio di dalam kendaraannya. Selain itu kamu juga bisa tidur selama diperjalanan.
  • Daya tampung banyak. Kalo kamu hang out bareng teman-teman kamu, tentunya lebih murah dan asik menggunakan taksi, dari pada ojeq. Kebayang gak gimana tuh susahnya ngbrol sama teman kalo naik ojeq.
Walaupun demikian, taksi pun memiliki kekurangan dibanding ojeq. Kekurangannya apa saja?
  • Di Jakarta yang macet ini, merupakan kesalahan besar memilih taksi jika sedang terburu-buru. Yang ada, kamu hanya menjadi bagian dari kemacetan, ditambah harus membayar setiap menit dari kemacetan tsb. Itu menjengkelkan!
  • Dalam kondisi yang kurang bersahabat tsb (baca macet.blo), bisa jadi kamu membayar taksi lebih mahal. Karena argo taksi menggunakan dua jenis penghitungan, berdasar jarak dan berdasar waktu. Airtime argo, itu jauh lebih mahal.
  • Untuk beberapa kasus, menggunakan taksi lebih berbahaya dibanding ojeq. Mengingat beberapa modus kejahatan menggunakan taksi sebagai media untuk menjaring korbanya.

Trip: Jakarta - Bogor PP

Perjalanan saya, Kamis kemarin menuju Bogor, di warnai dengan beberapa kejadian kecil dijalan. Pagi itu, hujan lebat menguyur Jakarta. Hm sepertinya hampir setiap pagi Jakarta rajin di guyur hujan. Sungguh Tuhan amat baik. Dia memberikan hujan di pagi hari dan bukan di siang hari, kala ciptaannya yang mulia ini beraktivitas.

Saya berangkat bersama sahabt saya, Yosua. Seharusnya kami berangkat sebelum jam 6 pagi. Sayangnya dikarenakan hujan, dan salah komunikasi, maka kami baru meninggalkan Bogor pukul delapan kurang. Masih dengan mendung dan gimcik hujan.

Sebelum memasuki tol Jagorawi dari arah UKI, laju kendaraan agak tersendat. Tepat sebelum persimpangan antara masuk jalan tol dan jalan umum, terbaring sebujur mayat berterpal kuning di pinggir jalan. Tidak tahu sebab-musababnya, karena disana tidak ada atribut yang bisa menunjukan pristiwa sebelumnya. Cuma hal tsb cukup membuat ngeri -- melihat mayat di pagi yang mendung. Cocok bangat buat opening cerita misteri.

Perjalanan menuju rumah sahabat saya cukup jauh. Di karenakan setelah sampai di Bogor, masih harus di lanjutkan ke arah Parung, menuju, perum.Harco. Kami tiba disana jam sepuluh kurang sedikit. Langsung bertemu sahabat saya yang berduka ini. Hm...

Setengah sebelas, jenasa dipindahkan menuju greja. Terlambat setengah jam dari jadwal. Di banding pemakan yang pernah saya hadiri, ini untuk pertama kali saya melihat reaksi yang menolak kematian...

Tangisan, dan air mata seolah tanpa henti mengalir di pipi sahabat saya. Saya tidak tahu sudah berapa lama dia menangis, cuma pasti terlalu lama hingga akhirnya tidak sadarkan diri.

Terkdang kematian membuat hati pilu, melihat mereka yang ditinggalkan....

Entah apa yang harus dibuat. Hanya bisa membisu dalam gaungan tangis.



Tepat pukul 12 siang, saya meninggalkan prosesi. Di karnakan sahabat saya, Yosua, harus tepat berada di Ritz Carlton Sudirman pukul13.30, untuk kerja. Akhirnya mobil saya pacu dengan cepat untuk bisa kembai ke Jakarta dalam satu jam 30 menit. Saya memilih rute selatan, masuk dari Depok, menuju Kebayoran Lama, dan akhirnya Sudirman.

Setelah menurunkan Yosua, tinggallah saya sendiri di mobil, menuju Cempaka Mas. Wuih, ini perjuangan anatara hidup dan mati! Di tambah dengan kemarin, genap sudah dua malam saya tidak tidur. Dan sekarang saya ngantuk berat!

Sudah saya coba dari nyanyi-nyanyi, teriak-teriak (mulai frustasi), sampai menampar pipi sendiri (akhirnya stress). Tidak ada satupun yang berhasil mengusir kantuk.

Puncaknya di perempatan Senen. Saya dari arah Tugu Tani, berniat menyebrang menuju Cempaka Mas. Dalam kondisi menunggu lampu lalin berwarna hijau, saya ketiduran. Yak, tidur dengan nikmatnya. Tanpa merasa bersalah. Dan tentunya lama sehingga,

Saya bangun setelah kaca mobil diketuk (mungkin sebenarnya digedor), dan mendapati mobil sudah di krumuni orang -- baik pejalan kaki, pengendara mobil di belakang saya, dan polisi. Yup polisi, dan saya kira yang terakhir ini bakalan jadi masalah. (Sumpah gw gak boong! Kalo itu orang-orang gak emosi, sudah gw foto tuh).

Saya membuka kaca jendela, masih dengan mata se'pet, sambil meminta maaf karena sudah menyebabkan kericuhan. Mobil-mobil dibelakang saya -- masih dengan klakson panjang, melambung disisi kiri mobil saya sambil mengomel. Apes!

"Mas tahu gak, kalo menyetir sambil tidur itu berbahaya", tukas bapak polisi berkumis garang.

Ugh, gw kan gak sambil nyetir, itu mobil kan diem?! Cuma saya jawab, "Tahu pak".

"lalu kenapa bisa tidur di mobil, di tengah jalan ramai begini?! Kamu bikin macet mobil dibelakangmu!! (kebayang gak sih, gw tidur enak-enak, itu orang-orang dibelakang gw nungguin gw tidur??)". Belum puas sampai disitu, pak polisi berkumis garang melanjutkan, "Semua mobil di belakangmu klakson, kamu gak dengar??!".

"Maaf pak. Sebebarnya ini karena saya tidak tidur dua hari, dikarnakan orangtua teman saya meninggal. Jadi bla, bla bla...", gw mengiba dengan 'menjual' kematian orangtua sahabat saya. Hiks, sori ya Tin (tapi gw gak bo'ong loh!).

Akhirnya bapak polisi berkumis garang, melepaskan saya, dengan meperingati untuk tidak tidur di mobil. Malah di sarankan saya tidur dulu di pos polisi. Huh, mana bisa tidur disana. Apa lagi sudah shock membuat antrian panjang di lampu lalin, jadinya kantuk saya hilang -- untuk sementara waktu.

Takut di suruh tidur di pos polisi, saya memacu mobil, ngbrit dengan kenceng ke kos adik saya, di Cempaka Mas. Tiba disana saya langsung tidur dengan biadabnya, hingga keesokan harinya, hari Jumat. Udah kek orang mati aja.

Pesan moralnya: gak hanya Sikomo lewat aja yang bikin macet. Tidur di mobil kala berhenti dilampu lalin pun mengakibatkan kemacetan.

Saat Kematian sama Wajarnya dengan Apel Newton


Jam di toolbar sudah menunjukan pukul 3.15, dan bukan berarti saya tidak cape sehingga masih m'lototin notebook sampai sekarang. Sebenarnya masalahnya (bukan masalah sih) saya takut jika tidur bakalan bablas tidak bangun jam lima. Besok pagi -- saya ralat, beberapa jam lagi, saya jalan ke Bogor.

Walopun sudah ditemani kopi dan semangkok indomi, tetap gak bisa menipu cape dan kantuk. Di lain pihak, waktu terasa merayap lama. Padahal sudah coba mengisi waktu dengan membaca beberapa artikelnya mas Priyadi, dan menulis beberapa summary untuk buku dan e-artikeli.

Selain takut kebabalasan tidur, juga karena hal-hal yang terjadi hari ini. Deadline kerja, kirim barang dan cari barang hilang, ini... itu..., sampai pada hal kematian.... Ya kematian.

Kematian menjadi kenyataan yang seolah terlupakan, sampai kita terjaga dari rutinitas hidup. Sampai kematian itu benar-benar datang pada orang-orang disekeliling kita. Mungkin jika kita sendiri yang menjadi tujuan kematian, kita tidak akan pusing memikirkannya. Ya, tentu saja karena kita sudah mati. Jadi tidak perlu mikir kematian itu sendiri. Cuma akan berbeda jika kematian itu menimpa orang-orang disekililing kita, apa lagi itu orangtua kita.

Pagi dini hari kemarin, orangtua dari salah-seorang sahabat saya, berpulang ke Pangkuan Halik. Sewaktu mendaptkan sms tsb, mungkin seharusnya saya tidak perlu terlalu kaget, karena ibu sahabat saya memang sudah lama sakit. Namun, bagaimana pun wajarnya kematian datang, tetap saja mengagetkan.

Ini memang bukan yang pertama kali orangtua dari sahabat-sahabat terdekat saya meninggal. Yang pertama kali dialami kakak kelas saya di SMU. Ayahnya meninggal setelah beberapa bulan lamanya berjuang di RS. Saya sempat beberapa kali menjenguk di RS, samapi tiba watunya Tuhan memanggil. Kali kedua ayah dari sahabat terdekat saya sendiri, harus mendahului istri dan anak-anaknya untuk kembali ke Sang Pencipta. Berikutnya, masih ayah dari sahabat saya. Cuma yang ini -- dengan penyesalan sampai sekarang, saya tidak bisa datang.

Walaupun seperti yang saya bilang, ini bukan yang pertama (tentunya), cuma sampai detik ini saya masih canggung setiap menghadapi situasi seperti ini. Seribu-satu sikapku, rasanya tidak ada yang tepat untuk (bisa) mengungkapkan turut berdukaku, kepada mereka yang ditinggal. Mengucapkan kata-kata belasungkawa, sekaligus penghiburan, merupakan masalah tersendiri buat saya. Biasanya saya cuma bisa diam.

'Apakah mereka yang ditinggal siap menghadapi perubahan besar ini?', Kembali lagi sebenarnya kita sudah tahu, semua orang pasti akan mengalami situasi ini. Cuma apakah siap?

Pastinya saya turut sedih sahabat saya kehilangan orangtua. Sekalipun ada dari orangtua mereka yang tidak begitu akrab dengan saya, namun kesedihan sahabat itu sudah cukup untuk membuatku menangis. Sayangnya saya tidak mungkin memahami perasaan mereka sepenuhnya -- dan omong kosong jika saya mengatakan hal tsb, karena saya belum mengalami hal tsb -- orangtua saya belum meninggal.

Dalam situasi seperti ini, sangat wajar kalo kita sendiri jadi berpikir bagaimana seandainya salah-satu orangtua saya, atau keduanya, meninggalkan saya. . . . .


SUMPAH GAK BISA BAYANGIN!!! Membayangkannya aja sudah bikin gw merinding ngeri!!


Mungkin sama dengan mereka juga. Walaupun kematian merupakan sebuah fakta -- dan sama wajarnya dengan apel yang jatuh kembali ke tanah. Namun tidak ada yang siap menghadapi kematian sampai kematian itu datang.

Sahabatku,
sungguh aku tidak tahu bagaimana pedihnya hatimu
bagaimana rasanya ditinggal orangtua

Sungguh,
aku berduka atas apa yang menimpamu
atas apa yang kamu rasa

Sabdakan di hati
orangtuamu tidak meninggalkanmu
mereka hanya berjalan lebih dulu

Dendamku Padamu iTunes








Damn!!!


Ketikan novel gw hilang!!!! Sekali lagi, HILANG!!!!! Ketikan yang berjumlah 30 lembar ukuran kertas A4, yang berarti sekitar 60 lembar ukuran novel raib!!!!

Yang bikin saya keki setengah mati, saya sendiri yang hapus! Dan baru sadar sekarang!!! Benar-benar terlambat untuk menyesal, tapi terlalu sayang untuk gak kesal!!

Ini semua dikarenakan file iTunes pemberian temen saya, Raymond dari Bali. Dia kasih file update iTunes ke flashdisk saya yang entah dia sadari atau tidak -- gw sih curiga dia sadar-sesadar - sadarnyanya. Karena dia sirik aja gw lebih ganteng dari dia -- mengandung virus yang sangat berbahya *jeng jeng jeng...*

Karena tidak ingin menambah korban komputer-komputer lain yang sudah terlebih dahulu terkena virus ini, saya reformat tuh flash disk. Format punya format, eh lupa kalo semua dokumen novel saya ada disitu.

Sebenarnya naskah novel itu sudah hampir terlupakan, kalo bukan karena novel yang saya baca, A Death in Vienna -- yang sekarang entah harus bersyukur atau sedih sehabis baca novel ini. Seusai baca karya Frank Tallis ini, saya bergegas untuk melanjutkan kembali menulis novel saya yang setengah jalan.

Cari punya cari, saya tidak berhasil menemukan dokumen tsb. Mulai gelisah (geli-geli basah), saya coba search all .doc di flashdisk. Dan tentu saja tidak ketemu!

'Ok, jangan cemas Yud', imbuh saya menenangkan hati.

Tiba-tiba sebuah gagasan yang berlian muncul, 'Kan masih ada backup-nya di laptop'.

Ahhaa...! saya menarik nafas dengan lega. 'Betul juga'. Akhirnya saya search di My Office. Eh gak ada. Coba search di My Documments. Eh gak ada! Search di My Computer. Gak ada juga!!

'Sekarang boleh cemas Yud'.

"de...', panggil saya ke adik saya, "kok ini folder word kakak kosong?"

"Kan sudah kakak pindahin ke flashdisk semua?"

"Gak ah! Kan cuma kakak copy aja ke flashdisk. File aslinya ya tetap di laptop kan?!"

"Wew...! Kan kemarin laptopnya di format ulang. Memang kakak lupa laptop kita baru kena virus?". Iya, laptop gw baru di format ulang gara-gara terinfeksi virus dari flasdisk gw sendiri.....

DAAAMN...!!!! iTunes pembawa petaka! Keparat kau!!!

Gw dendam bangat ma iTunes!

Alhasil untuk sementara gw pakai foobar2000 di laptop, untuk mendengarkan musik. Dan gak pakai iPod. Novelnya juga harus ditulis dari awal. Cuma gw sudah setengah hati untuk memulainya dari awal. Biarkan anganku saja yang mengerjakan novelnya.

Mungkin ada baiknya juga, jadi saya bisa konsen nulis yang sekarang. Tapi tetap aja, kekinya gak ilang. Huff, udah ah, makin diingat makin keki!

tRAGEDI (sebuah tRILOGI)

tRAGEDI ULAT DI PIRING

Hari ini saya dibangunkan dengan mimpi yg tidak beretika. Itu mimpi benar-benar keterlaluan, bukannya jadi kembang tidur, ini malah bikin buang air! Saya mimpi banyak ulet di piring makan saya! Sumpah banyak bangat!!! Sangkin banyaknya, mau muntah tiap ingat!

Sebenarnya sih bukan hal yg mengherankan, karena memang saya alami hal ini beberapa hari yg lalu. Tepatnya hari Rabu. Rabu yg naas....

Seusai mengurus pembayaran kuliah adik saya yg cewe, saya beranjak menuju mall Citra Land(CL). Selain untuk membeli kebutuhan sandang-pangan buat anak-anaknya (baca: hamster please) Richard, adik saya, kami berencana untuk makan siang, dan menunggu adik saya yg cewe di CL. Sebenarnya adik-adikmu ada berapa sih?!

Banyak. Adik-adik saya ada empat, cewenya satu. Kalo kamu adiknya ada berapa? Btw gak penting deh buat bahas adik-adik disini.

Ya sudah kalo gitu, lanjut lagi. Akhirnya saya dan Rido memutuskan untuk makan di Tenda Biru. Tempat makan yg menyediakan masakan B2 -- dan ternyata gak hanya B2 aja. Sampai disana, saya memesan nasi, sayur kylan, dan kuping. Makna dengan lahap tanpa ada feeling jelek.

Eh lagi enak-enak makan (sebenarnya gak enak-enak bangat), sekelebat bayangan yg tidak diinginkan ada di sendok saya. Awalnya saya sudah gak ambil pusing. Pikir saya, 'ah pasti ini potongan jagung muda (yg biasa dibikin sayur tuh)'.

Cuma pikiran yg lain nimpalin, 'loe kan mesen kylan, mana ada sayur jagung muda??!'.

'Iya juga ya'.

Akhirnya percakapan dalam pikiran yg hanya terjadi se per ratus detik, membuat saya menghentikan sendok yg tinggal beberapa inci dari mulut, untuk memeriksa isi sendok tsb. Eh ternyata benar loh! Isi sendoknya ada ulet (atau yg diduga ulet) yg gak tau diri ngumpet di balik sayur!

'Masa sih itu ulet? Kok gak bergerak gitu??'

'Ya sudah mati dodol!!'

'Kalo gitu gak ada salahnya kan dimakan, kan sudah dimasak?'. Bener jg sih, kan sudah masak ya.

Dodol....

Akhirnya saya singkirkan tuh ulet dari sendok. Nah disini ada nih fotonya tuh ulet (habis juga nasinya??! Ck ck ck.....) Saya sengaja nyimpan nih foto buat meras Tenda Biru (apa bisa kalo dengan piring kosong gitu?? Nanti dikira doyan lagi?!) huehuehue. Jadi bagi rekan-rekan yg makan di Tenda Biru Tanjung Duren IV, waspadalah! Waspadalah!! Wasalam!!! Peringatan bagi temanku. Apa lagi dia yg suka makan disini kan ^^












tRAGEDI IMLEK

Selain tragedi ulet tsb, ada juga kejadian tragis lainnya. Kali ini terjadi pas Imlek kemarin. Ow iya, bagi yg ngerayain imlek, saya ucapka, selamat tahun baru ya. Semoga tahun ini membawakan rejeki bagi kita semua. Amin.

Ok, saya memang ikut senang kalo imlek -- bukan, bukan karena gw cina. Buta yg bilang gw cina -- tapi ada jg yg buta. Kenapa senang? Soalnya kalo imlek itu pasti hujan hehehe. Cuma jeleknya, mall tuh jadi rameeeee bangat!

Ngomong-ngomong soal buta, ternyata ada juga yg buta (bilang gw cina.red). Ini awal mula tragedi Imlek kemarin.

Sewaktu saya di ambil duit di atm CL. Rencananya, saya dan adik-adik saya mau makan malam di CL sambil ngerayain imlek (biar ngerayain, tapi gw bukan cina yak). Ada anak-anak cewe, masih kecil, yg berdiri disamping saya sambil ikutan liat ke layar atm. Dengan sok akrab.

Buseet!! Anak siapa nih?? Rasanya gw gak hamilin siapa-siapa deh?! Ok gw memang hamilin. Tapi hamster, bukan orang.

Udah gitu tuh anak-anak jadi sok akrab gitu ma gw,

"Om ambil berapa?"

"Hehehe...." sambil nyengir kuda.

"ambil 500 ribu aja om!", timpal temannya yg satu lagi. "buat bagi-bagi ke kita juga".

"Hehehehehehe......" kali ini nyengirnya makin lebar, udah gitu makin panjang ketawanya.

Gw berusaha menyelesaikan transaksi secepat yg gw bisa. Takut kalo gw salting, bisa-bisa ayan gw kambuh nih -- btw kok asbun gini?! Jadi gw-loe??!

Setelah menyelesaikan transaksi, saya buru-buru pergi. Takut kalo duit yg baru saya ambil diminta semua -- dia pikir angpo??! Dan lagi gw bukan cina!

Eh itu anak-anak masih ikutin saya -- tepatnya kami (saya dan ade-ade.red)!

"Om orang kaya ya?"

Ugh, pertanyaan yg gini-ini bikin dilema. Bukan karena saya tergoda untuk jawab 'ya'. Bukan jg karena saya benar-benar kaya. Dengan jelas terlihat bahwa mereka adalah anak-anak jalanan yg biasa mangkal di halaman CL. Dan ini bikin suasana gak enak.

Jurang kesenjangan tiba-tiba terbayang jelas dimata saya saat itu. Saya jadi terdiam pilu. Hiruk-pikuk disekitar saya mengabur, bergerak lambat. Saya sudah berniat, memutar balik untuk mengajak mereka ikut makan. Walopun mereka bukan cina, dan saya juga bukan cina tentunya, tapi kan tidak ada salahnya kalo mereka ikut menyicipi kemeriahan Imlek tahun ini. Namun hal tsb batal karena sejurus kemudian,

"Om..."

Gile, masih aja ngikutin gw!!

"Om, orang cina ya?"

??? HUAGAGAGGAGAGAGGAA.....HAHAHHAHAHAHA............
Sumapah! Gw ngakak keras bangat!!! Ade-ade gw jg ngakak keras bangat. Gile tuh anak-anak!! Buta kali, bilang gw cina?! Udah belo', kriting, item gini dibilang cina?? Gimana kalo gw putih sipit?!

Kami yg berada di hall utama CL sontak menjadi perhatian orang-orang yg ada disitu -- belum lagi ada acara di situ. Udah gitu, adik saya, Richard -- yg masih terbawa eforia -- menirukan pertanyaan anak tadi ke saya dengan suara keras. Ya, dengan suara keras. Sehingga orang-orang bisa dengar dia dengan jelas....

Sambl ngakak-ngakak, berusaha menirukan suara anak cewe tsb, "OM, OM.. OM ORANG CINA YA?". Sejurus kemudian cuma dia yg ketawa. Lebar bangat. Tanpa ada suara.

Semua mata mengarah ke dia....

Loe tau kan ini lagi imlek? It's mean banyak orang merayakannya di mall. It's mean termasuk di CL. It's mean cuma kita sendiri yg berwarna kulit gelap dikrumunan orang-orang ini. It's mean.... nightmare.

Suasana langsung senyap gitu (atau cuma perasaan gw aja). Kita langsung cepat-cepat jalan, sambil berharap, kami tidak di bacok sepulang dari sini.

(tRAGEDI BAGI YG SINGEL)

Lucunya, hari ini kakak kelas saya di SMU, akan menikah. Kenapa lucu? Soalnya saya masih ingat, dulu sewaktu masa smu, kita suka bercanda rasis gitu (ini benar-benar bercanda ya, gak ada maksud apa-apa). Yah, u knowlah, bercandaan SMU itu kan kadang suka gak meaning.

Jadi kalo saya nyapa dia, 'oi, cina!', biasanya dia nyahut, 'apa loe jawa?!'. Soalnya waktu itu latah sinetronnya Sandy Nayoan(Lupa judulnya). Itu sudah bertahun-tahun yg lalu. Ok, itu cuma 9tahun yg lalu.

Lucunya ini blog kira-kira buat dia.

Lucunya lagi, dia menikah sama orang jawa. Tapi bukan gw orangnya lah.

Dengan ini juga saya mengucapkan selamat menempuh hidup baru ya Serlie -- waduh aku lupa nama pasanganmu loh?? Sori dikarnakan satu dan lain hal saya gak bisa datang hiks.



Memang aku bukan orang cina, tapi aku juga bukan jawa
Mereka memang sipit, tapi mereka bukan orang cina
Siapapun yg merayakan Imlek
Kami semua orang Indonesia
Kami mungkin tidak sama, namun ibu kami satu
Ibu Pertiwi, Indonesia Raya

Bunga Spiring telah mekar... selamat tahun baru sahabat

for Update Today

Ugh gw gak tau kenapa nih post jadi blank kek gini. Jadi kalo ada yg bisa baca tulisan ini hebat bangat hehehehe. Maksudnya ini sudah saya repost, jadi normal kok orang yang bisa baca :)

Jadi sehabis postin ini post, saya tidak langsung ngecek posting-nya. Beberapa hari kemudia baru sadar, 'kok kosong?!'.

Dengan berat hati, saya tulis kembali.

Hari ini seperti biasanya saya minta dibikinkan nescafe sachet original dan roti isi coklat kacang. Sayangnya orang yg biasa bikin lagi pulang kampung, dan yg menggantikan temannya.

Setelah lama menunggu akhirnya se-mug nescafe datang bersama sepiring roti. Iya, satu mug! Kebayang gak tuh kopi yg biasa di bikin di cangkir atau gelas belimbing, dibikin di mug?! Saya spontan nyeletuk, "kalo airnya segini, gimana rasanya mas?".

Eh dia malah nyeletuk tanpa dosa, "kalo kurang manis, nanti saya tambahin gula mas".

Bagus!

Pas saya minum, beugh. BENEREN DI KASIH GULA!! Sinting tuh orang! Roti jg jadi hal kedua yg bikin semakin jengkel. Saya minta roti isi coklat-kacang, eh dia malah kasih roti tabur coklat-kacarang. Benar-benar ditabur gitu aja loh di atas roti!

Alhasil sarapan pagi dengan cairan manis berwarna coklat dengan roti tabur yg gak jelas.

Yg melengkapi kejengkelan hari ini, YM! saya relog terus. Padahal baru habis update ke versi yg baru. Akhirnya saya reinstal menggunakan versi sebelumnya.

Ok deh, walopun jari ini, eh hari ini kesel, tapi ada beberapa hal menari yg perlu di catat. Saya habis berkunjung ke beberapa blog rekan. Beberapa dari mereka juga ada yg sedang bikin buku, malah sudah terbit awal Febuari ini. Salah-satunya Tyo. Great Job I'o!

Selain itu ada beberapa blogger baru (ada juga yg gwnya baru nemu). Salah-satunya blognya mas Emka, penulis Jakarta Undecover. Dian Sastro juga baru bikin blog. Bisa di cek disini.

Intinya saya senang berkunjung ke blog-blog orang. Bisa bikin kita juga termotivasi buat lebih giat nulis.

Ow iya, sepanjang minggu ini buku baru yg saya baca A Death in Vienna karya Frank Tallis. Latar belakang singkat, Mr Frank ini seorang psikolog klinis. Doi ini seorang penulis dan novelis. Karyanya dibuku ini bergenre misteri -- atau tepatnya cerita dektektif. Gaya berceritanya unik, detil walopun flamboyan, dan mempesona. Sangkin fanatiknya dengan Psikoanalisa, doi memasukan Sigmund Freud dalam bukunya. Malah gak tanggung-tanggung, ada dua bab dimana tokoh utamanya minta nasehat sama Freud herr.

Nanti review singkat mengenai buku ini ta' posting disini.

Ok, segini dulu ya guys. Have a great day!