untitled

"Jadi bagaimana ya, Ca?"

"Yudaaaa..... kok lu bego bangat sih?? Biasanya lu paling pinter kalo nebak pikiran orang?!"

Ah benar juga.... Mungkin ini sebabnya orang suka bilang lebih mudah menasehati orang lain dibanding menasehati diri sendiri.

Sebenarnya gw mau cerita lengkapnya di sini, cuma itu berarti melanggar ikatan perjanjian antara gw dengan blog ini, Gw sudah pernah berjanji gak bakal ngomongin soal cinta di blog gw, itu sama tabunya seperti ngomongin sex di gereja. Kadang-kadang memang kita membicarakan sex di gereja, tapi tidak sama motifnya saat kita ngomongin hal tsb di room BB17; dan memang sangat gak kontekstual, tapi tolong maklumi, gw lagi bingung.

Sesekali gw pernah ngomongin cinta, tepatnya 2X, dengan title Saat Joe Ngomong Cinta dan Saat Joe (Kembali) Ngomong Cinta. Tapi itu gak merujuk kepada sso seperti kali ini.

"Ya memang bukannya gitu, Ca? Kita lebih mudah saat ngomong dibanding saat mengalaminya sendiri? Lagian kan psikologi itu untuk anda bukan untuk saya"

"Iya sihh... Terus lu sudah hubungi lagi?"

Bercanda nih Ica! Gw bukan sudah, tapi sering menghubunginya setelah peristiwa itu, tapi diacuhkan. Ok, gw sadar saat itu gw masih setengah hati. Gw memang sudah lama mengenal dia, tapi baru akhir-akhir ini tertarik. Gw tertarik tapi gw ragu. Gw punya, anggap lah, sebuah trauma dalam menjalani hubungan. Gw pernah pacaran beberapa kali dan gw sadari selama gw menjalin hubungan yang gw cari adalah kesalahan, kejelekan, untuk membuktikan gw punya alasan untuk putus.

Aneh?

Mungkin, tapi gw merasa selalu kurang dan tidak pernah lengkap. Itu sebab utama gw masih menjomblo sampai sekarang. Gw sudah pernah jalani hubungan yang terlalu sempurna untuk putus. Jadi saat hubungan tsb hancur.... ah sudah lah, gw gak cocok ngomongin cinta di sini.

"Ehm lu coba aja langsung minta maaf soal itu ke dia, Yud"

"Maaf? Kan belum tentu dia menyimpan hati untuk gw?"

"Bego! Itu mah sudah pasti"

Aihh kalo gw pintar gw sudah menemukan beberapa penemuan yang berguna bagi umat manusia. Gw juga bingung, kenapa gw gak bisa melihat apa yang biasanya bisa gw lihat dari seorang. Dari sanakah munculnya idiom 'Cinta itu buta?' Suck! I don't believe love. Entah kenapa gw tersinggung kalo dibilang jatuh cinta, merasa terhina.

Sebenarnya terlalu naif kalo kita gak tahu, mungkin sebenarnya kita tahu, sangat tahu malah, tapi kadang kita terlalu takut berharap sesuatu yg bagus - terlalu bagus, untuk terjadi. Mungkin karena kita bukan anak kecil lagi yang sadar tidak semua hal yang menyenangkan dan inginkan akan kita dapatkan. Justru sebaliknya, semakin kita berharap semakin kita dikecewakan.

Itu sebabnya kita lebih mudah mengacuhkan pengharapan dibanding berusaha mengejar pengharapan.

Ternyata kekecewaan itu membuat putus asa dan putus asa membuat kita berhenti berharap...

Beruntung kekecewaan itu bukan suatu permainan dadu hidup tapi sesuatu yang bisa dipilih. Kita bisa memilih untuk kecewa atau untuk terus berharap. Kekecewaan itu pilihan.

Dan saat ini gw rasa hati gw mulai terbuka untuk mulai berharap, berharap sesuatu yang baik, bahkan yang terlalu baik karena sering kali hidup memberikan kita kejutan dengan sesuatu yang melebihi harapkan kita.

"Terus apa yang sudah lu lakukan?" Ribka menyadari gw dari lamunan singkat.

"Oh, gw akan ajak dia nonton lagi"

"Tapi kan dia gak jawab?"

"Itu nanti akan gw pikirkan lagi, yang penting kali ini gw maju aja dulu hehe..."


Hati gw yang girang membuat badan gw sedikit menghangat di bawah guyuran hujan malam. Terlalu cepat memang untuk bilang ini 'love' dan terlalu suck, tapi gw coba jalanin aja dengan hati terbukan.

Saat gw tiba di depan rumah, bokap gw lagi ngobrol dengan seseorang. Ternyata dia.


3 comments:

Ribz mengatakan...

sabtu ini nonton The Last airbender ajah wkwkkwkkk ;p

joh juda mengatakan...

Terima kasih atas sarannya. Iya nih, gw butuh hiburan. Lagi kusut gw! Kerjaan gak ada habisnya, pikiran gak kalah banyaknya....

Ribz mengatakan...

Thanks to You God, itu artinya lo masih punya penghasilan...
wkwkwkkkk sok wise gtu g ;p

Posting Komentar