Good Bye Blackberry


Akhirnya Blackberry Odin kesayangan gw lepas juga, berkurang satu gadget touch screen gw. Alasan jual blackberry tsb gak kuat balapan batrainya dengan android. Baru beres charging Android, Odin dah minta dicharging. Belum selesai Odin, android dah minta jatah. Repotnya kayak punya istri muda. Kalo ditambah iPad gw nyerah, mending gw bawa genset aja ke mana-mana!

Tapi itu bukan alasan utama gw jual Odin. Alasan utamanya gw lelah pake BB. Memang masih ada si Javelin, tapi gak ngaruh karena saat ini BBless juga. Javelin gw ketinggalan di Jakarta. Dan gw bisa hidup tanpa Blacberry! YES! Jadi, apa yang bikin orang banyak demam BB?

Pernah kepikiran gak, kenapa kita ngotot beli Blackberry? Ngotot di sini dalam artian di luar golongan gadget geek dan golongan borju. Karena selama kamu ada di antara golongan tsb, kamu gak perlu alasan untuk membeli gadget selain karena kamu punya duit dan orang lain pun punya.

Setelah survei kecil-kecilan yang gw lakukan di sebuah milis dan beberapa komunitas, gw dapatkan 27% menjawab agar tidak ketinggalan berita dan informasi; 18% menjawab untuk push mailing, dan sisanya 15% menjawab untuk lifestyle dan lain-lain. Sisanya? 40% koresponden menjawab BBM dan facebook!

Kebanyakan dari kita beli dan berlangganan Blackberry yang cukup mahal demi BBM. Entah sadar atau tidak, secara psikologis ini alasan kita 'dipaksa' untuk menggunakan BBM di luar batas kewajaran. Di mana pun kita berada, gak lupa sempatkan BBM teman, atau setidaknya ganti status BBM atau ganti avatar. Pokoknya BBM harus dicek tiap detik.

Yang boring kalo BBM listnya masih sedikit, sehingga tiap ketemu orang tanyanya, PIN lu berapa? Sebelum nanya kabar orang tsb. Rasanya ingin semua orang yang dia kenal di dunia, masukan dalam BBM list dia sehingga semakin banyak alasan untuk menggunakan BB.

Saat seseorang gak punya PIN untuk dibagikan selain PIN ATM dan HP, maka BB user merasa punya kewajiban sosial untuk mendorong orang-orang tsb menggunakan BB. Kalo perlu belikan (sayang gw gak punya temen kayak gini). Padahal mereka tidak sadar, dorongan tsb ada karena dorongan konsumtif bukan rasa berbagi; sudah bayar mahal-mahal mubazir gak digunakan, jadi belikan aja orang biar bisa diajak chatting.

Buat yang gak mampu belikan, akhirnya mencemooh untuk menyalurkan rasa kekinya, gak punya BBM list yang banyak. Biasanya cemoohnya, 'ah kuper kau' (batak kali!), atau, 'jangan anti kemapanan dong!'

Hal yang sama juga yang mendorong 'tradisi' broadcasting untuk hal gak penting, seperti hoax dan BBM kaleng. Kan sudah bayar mahal-mahal, kalo gak digunakan mubazir doong! Begitu pikir kita.

Ini alasan dorongan berlebihan menggunakan BBM. Lantas apa yang salah selain kata berlebihan tsb, dan selain menjadi autistik (paradoks antisosial untuk menjadi sosial networker)?

Secara tidak langsung kita dibatasi dalam memilih. Sebelum BBM ada, semua umat manusia yang berbudi pekerti baik dan benar dapat memilih instant messaging (IM) yang mereka suka dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Mulai dari ym, gtalk, msn, ICQ dsb nya. Bahkan kita bisa menggunakan multiIM dalam satu user, seperti IM+, eBuddy, MeBoo dsb.

Tapi kenapa begitu ada BBM, seolah kita tidak dapat memilih IM mana yang paling sesuai dengan kita. BBM menjadi sebuah entitas ketimbang menjadi sebuah pilihan.

Kita menggunakan BB karena teman-teman kita 'ngbrolnya' di group BBM dan bukan di ym! group seperti yang sebelumnya sering dilakukan. Kita tidak tahu foto bayi baru teman kita karena kita tidak punya BBM yang bisa dikirim foto dan bukan di email seperti yang sebelumnya sering kita lakukan.

Akhirnya, dari pada tidak bersilahturahmi dengan teman-teman, kita mengalah membeli blackberry HANYA untuk BBMing.

Gw tidak sedang melucuti RIM, justru mereka memberikan pilihan IM yang begitu banyak dalam device BB mereka; ada ym, gtalk, msn dll (walupun pengiriman file via IM tsb diforbiden). Tapi kita seolah menutup mata akan pilihan tsb.

Sekali lagi, karena tujuan kita membeli blackberry HANYA untuk BBM, maka seperti yang gw bilang, kita didorong untuk menggunakannya melebihi batas kewajaran karena harganya tidak sewajar handphone kelas menengah. Jika kita mengeluarkan kocek untuk membeli BB dengan biaya bulanan 150ribu di luar pemakaian telpon, dalam setahun kita sudah menguras isi dompet kita sebanyak 4,3jt dan hanya untuk chatting, pasti kita akan sangat merasa rugi jika tidak mengobrol dan broadcast lebih banyak. Itu lah totemnya.


Ok, gw dah nangkap maksud lu, Jo. BBM gak penting. Terus, apa bedanya Android dibandingkan blackberry? Kan Android gak punya BBM?

Bedanya kalau kita berlangganan BIS (Blackberry Internet Service) setiap bulan dan masih harus berlangganan data plan lagi untuk bisa browsing maksimal dan streaming video, itu namanya pemborosan.

Di Android, kamu cukup bayar data plan, makan itu sudah mencakup push email, semua IM, brwosing dan streaming video. Ditambah dengan entertainment yang menarik.

Memang android gak punya BBM, tapi jangan salah, ada pMessenger yang bisa mengakomodir chat menggunakan PIN lintas platform. Masih punya alasan untuk menggunakan blackberry lagi?


Satu-satunya yang gw sedihkan dari tidak menggunakan BBM adalah, berkurangnya contact list cewek-cewek cantik....


Published with Blogger-droid v1.4.7

3 comments:

Ribz mengatakan...

Praise The LoooRDDDDD!!!!
Akhirnya lo ngerti juga yud, knapa sampe skarang g ga mo pake BB ;p
wkwkwkwkkk...so no reason juga lo buat todong2 g beli bb lg y ;p

joh juda mengatakan...

ha?? Lu mah gak mau pake BB karena koko lu gak pake BB. Kan lu ikut kata koko *siul-siul*

Gw sih mau todong lu pake Android, sayang takut lu gaptek *nglengos takut dilempar*

Ribz mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar