Belajar Dari Terong

Seberapa banyak pengunjung blog gw yang suka terong?

Gw harap kalian sependapat dengan gw bahwa sayur terong (kalo memang benar itu bisa disebut sayur) adalah bahan makanan yang ditemukan akibat krisis pangan. Sangkin berkurangnya bahan pangan di dunia sehingga manusia memilih tanaman yang-dipandang-pun-tidak-menarik sebagi bahan makanan. Gak habis pikir bagaimana bisa manusia memakan terong?!

Gw rasa dulu pun terong tidak ada dalam taman Eden. Kalo pun terong ada dalam taman Eden, makan selain Buah Pengetahuan, mungkin Terong pun termasuk yang gak boleh dimakan!


Di Kalimantan, semua tempat yang menjual menghidangkan lalapan pasti ditemukan terong. Apa lagi di warung pecel, kalo terongnya gak di goreng ya dihidangkan mentah-mentah sebagai pelengkap lalapan. Gw belum pernah ke pulau manapun di Indonesia yang orang-orangnya doyan terong seperti di sini! Kasihan.

Namun satu peristiwa mengubah jalan hidup gw, gw akhirnya menerima kenyataan bahwa gw bagian dari orang-orang yang terhilang itu.

Pada satu waktu dalam kunjungan perbaikan BTS ke sebuah kawasan di Muara Teweh, gw terjebak dalam kawasan terpencil. Lu masih bisa menemukan ular, atau monyet, atau elang, dan sungguh hewan-hewan itu gak takut sama kehadiran manusia. Belum lagi dengan gosip-gosip banyak orang bisa melayang-layang saat malam tiba *anjrit, gw nulis ini sendirian malam-malam!*

Lu gak akan menemukan warung makan di sana, apa lagi KFC. Jangankan warung makan, rumah penduduk aja gak ada dalam radius 30km. Sangkin terpencilnya daerah tersebut, lu bisa melihat bayangan lu sendiri saat malam (di sana bulan dan bintang bersinar lebih terang dari senter).

Sudah tiga hari gw berada di lokasi dan mesin belum bisa berjalan dengan baik. Bahan makanan sudah habis, air pun tinggal sedikit. Kalau satu hari lagi gak beres terpaksa mati kelaparan. Selama tiga hari itu juga gw gak mandi.

Eh, jorok? Kalo gitu khusus bagi cewe-cewe (karena gw tahu yang tadi bilang jorok itu pasti cewe), kalian harus berpikir ulang soal cowo petualang. Kadang kalian cuma lihat keren dan maconya aja, tapi gak sadar cowo-cowo advanture tuh cowo-cowo paling jorok sedunia. Memang kalo berpetualang ke rimba hutan ada kamar mandinya gitu? Ada WC umum yang bisa dipakai untuk boker? Ada tempat laundry pakaian?

Jadi harap maklum kalo cowo-cowo petualang tuh sering gak mandi berhari-hari, boker ngelapnya pake daun *sumpah Joe, loe jorok bangat!!* Baju gak ganti-ganti. Dan sesuai topik blog ini, perut keroncongan.

Akhirnya hal yang ditakutkan selama tiga hari itu tidak terjadi, kita bisa turun gunung dan gak jadi mati kelaparan. Hanya saja saat gw turun gunung sudah jam 21.00 dan rumah penduduk yang paling dekat jaraknya -/+30km. Niatnya mau numpang makan di sana, tapi yang namanya rumah di hutan, jam 7 malam juga sudah sesepi jam 23 di kota. Terpaksa gw menahan lapar yang dari siang itu untuk turun sampai kota yang berjarak 62km melalui jalan hutan.

Setibanya di kota, hanya ada satu warung yang buka -- itu pun tinggal 3 porsi, pas untuk gw dan teknisi gw. Warung yang buka adalah pecel lele lengkap dengan, seperti yang lu ketahui, terong goreng! Dan karena lalapannya sudah habis, sehingga terong gorengnya dilebihin *sigh*

Setelah ayam gw habis, nasi gw habis, tapi laparnya belum habis, gw melirik sisa beberapa potong terong goreng di piring gw. Ada pergolakan yang besar sebelum mengambil terong tersebut. Namun sayangnya -- seperti pada tiap pertarungan, perut gw yang menang, sehingga gw ambil juga terong goreng tersebut, dan secara hati-hati sekali gw memakannya.Can you believe it?? I eat it?! Gosh..!!!

Eh... ternyata rasanya gak seburuk dulu saat gw terakhir kali nyoba! Gw sudah gak pusingkan lagi apakah itu karena gw lapar atau karena terongnya bisa di mana, yang pasti tuh terong di piring gw habis. Gw sempat melirik terong milik teknisi gw, sayang dia sepertinya menyadari niat gw sehingga buru-buru menghabiskan terong gorengnya.

Setelah dari sana, sampai saat ini terong di piring lalapan gw gak pernah nyisah. Ada yang memang benar-benar enak, ada juga yang terongnya gak enak, tapi gw makan juga. Apakah gw jadi doyan terong goreng? Jawabannya enggak, gw masih gak gitu suka dengan rasa terong yang gak jelas itu, tapi setidaknya gw memberi kesempatan untuk mengenal rasa terong lebih objektif.

Kadang kita terlalu cepat menilai sesatu (termasuk menilai orang lain) sebelum kita membuka hati dan memberi kesempatan untuk mengenal secara objektif. Sering kali penilaian kita didasarkan pengalaman orang atau pengalaman masa lalu kita yang buruk, sehingga kita menutup kesempatan-kesempatan yang mungkin bisa membawa kita pada sesuatu yang besar.


Ehm habis nulis posting ini gw jadi laper...

3 comments:

Priscilla Mulianto mengatakan...

terong yah??? hmmm....
nda suka suka banget c.
kalo ada menu lain, mgkn prefer menu yang lain.
tapi kalo nda ada makan lain, hajar juga

joh juda mengatakan...

@Lala: IDEEMMM! LoL Btw gimana kabarnya nih?

Ribz mengatakan...

:)) akhirnya dia menyadari kalo terong itu ga seburuk penilaian u yud wkwkwkkkk

btw tuh photo terongnya menggiurkan heheheee ;p

Posting Komentar