Part of Dead (bagian 2)

(sambungan dari sini)

Malam itu saya sedang merenung mengenai kematian. Mengenai misteri dibaliknya dan tertidur. Setengah tiga, sebuah telpon berdering berkali-kali di kamar sebelah. Setengah jam kemudian orang tuaku keluar dari rumah menuju Handil Bhakti. Pesannya, istri pak Tedja masuk UGD. Saya kembali jatuh terlelap.

Pk 6.30, ayah saya berdiri di samping ranjang. Wajahnya kusut, persis kalau ia lagi tidak ada uang. "Istrinya pak Tedja meninggal dunia...". Spontan saya bangun dengan mata hampir keluar. "You must be kidding, dad!"


Bagaimana rasanya kematian itu? Suatu waktu di masa lalu, saya sempat sekarat. Di mana seolah kesadaran saya melihat badan saya sedang tertidur. Tapi itu seperti mimpi dan kicauan burung membangunkanku. Suara burung paling merdu yang pernah saya dengar dan ingat sampai sekarang. Tapi mungkinkah itu mimpi? Mimpi yang muncul dari konsep kematian, yang terbentuk dari film-film yang pernah saya lihat? Jika saya tidak terbangun, bagaimana selanjutnya?

Kalau kamu merasa akrab dengan orang asing, mungkin mereka adalah kerabatmu pada kehidupan sebelumnya. Atau karena kalian memiliki karma yang sama. Itu salah-satu yang dipercayai dari konsep reinkarnasi. Buat saya konsep ini tidak masuk akal. Kalau saya punya kehidupan di dunia ini sebelum kehidupan saya sekarang, saya pasti sudah cukup cerdas untuk meninggalkan tanda bagi diri saya di masa depan. Dan faktanya lebih banyak orang yang lebih cerdas dari saya.

Kesadaran. Baik yang mempercayai reinkarnasi atau kematian mutlak, bahwa saat kita mati kesadaran kita hilang. Saat mata terpejam dan semua menjadi gelap, entah karena sekarat atau kantuk, perlahan-lahan 'ke-aku-an' kita memudar terganti dengan gelap (?). Saat kita terlahir dalam raga yang baru, jiwa kita belajar untuk berpikir dan merasa dari awal kembali, maka sepenuhnya itu menjadi jiwa yang baru, bukan diri kita sepenuhnya. Buat apa reinkarnasi kalau kita tidak memiliki kesadaran dan eksistensi diri? Maka konsep reinkarnasi gagal buat saya. Saat manusia kehilangan ke-aku-an (rasa sadar, eksistensi keberadaan), maka itu lah kematia sesungguhnya dan ini menakutkan buat saya.

Ada kehidupan dibalik kehidupan. Saat kita mati jiwa kita terlepas dari tubuh menuju ke suatu tempat. Kita menggambarkan keakuan (kesadaran atau eksistensi diri) kita masih berada beberapa saat disekitar tubuh kita, melihat orang-orang menangisi kita, dan melayang ke sebuah tempat yang baru. Artinya kesadaran, dalam bentuk apapun - tunggal maupun jamak (bersama tubuh raga), merupakan sesuatu yang abadi. Sayangnya kita tidak mengenal konsep abadi. Selama kita hidup di dunia, kita mengenal konsep batas; ada siang ada malam, ada sedikit ada banyak, ada bertemu adan berpisah, ada hidup ada mati. Bahkan saat menggambarkan abadi, kita menunjukannya dengan waktu, 'SAMPAI selama-lamanya'.

Kita terlalu naif untuk dapat mengerti abadi, sama naifnya seperti anak dua tahun memahami arti kematian.

"mama, mama... makan" sambil menarik tangan mamanya.
"mama sudah meninggal, Meddy...", jawab papanya.
Meddy hanya diam berusaha mengerti arti meninggal. "mama meninggal sampai kapan, pa?"


Ini yang membuat kematian saya rasakan berbeda. Baru malam sebelumnya saya berpikir mengenai eksistensi kesadaran, abadi, dan kematian, paginya seorang anak telah kembali ke Bappa. Baru saja sang istri kembali ke suami, ke tengah anak-anaknya yang masih kecil, ia juga ternyata harus kembali ke Sana. Apakah adil? Anak-anaknya masih memerlukan ibu, suaminya masih memerlukan dukungan moril. Tapi kita hanya tahu adil atau tidak saat waktu berlalu dan menunjukan kepada kita arti semua ini. Arti kehidupan. Mungkin itu juga sebabnya kenapa kematian dan kehidupan disebut misteri, dua hal yang semua manusia akan alami namun pengalamannya berbeda. Kita tidak akan tahu sampai kita jalani hidup dan mati.

1 comments:

nan's mengatakan...

part of dead (bag 1 dan 2) benar@ menbuatku jadi merenung..... hidup ini singkat, banyak pahit dan getirnya.. tapi semangat dan senyum serta penyertaan dan kasih karunia pasti akan membuat smuanya luarbiasa.

Posting Komentar