Pendidikan, Pengalaman en Kerja

Wah akhirnya bisa nulis juga disini. Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin buka nih blog, cuma biasanya kepotong baca email, baca milis, YM, bales message FS, dan lain sebagainya, alhasil setelah kembali ke halaman ini mood nulis hilang terbawa AC, belum lagi topik-topiknya berubah-ubah terus karena kelamaan gak nulis. Harus bertobat nih.Nah makanya kali ini ngisi blog di tempatkan diurutan pertama biar moodnya tetap ada hehehe.

Ok , kita mulai dengan hari ini. Hari ini saya menemani Andrew, ade ketiga saya, test di UPH, ambil fak Fine Art, or istilah kerennya Fak Musik. Tesnya sendiri dimulai pk7.30 dan berakhir jam1 kurang. Kata dia sih gampang, gak ada setengahnya tes SPMB, cuma kok 20 nomor nembak?? Katanya waktunya kurang.

Hasilnya? Sebelum kami keluar makan malam dia dapat sms yang menyatakan dia lulus dan di trima. Kok bisa ya cepat begitu hasilnya keluar? Maklumlah kampus online, jadi semua hal serba online. Ya pokoknya terima kasih untuk teman-teman yang sudah saya todong untuk berdoa bagi ade saya. Yang di IMI juga keterima. Hasil SPMB aja yang baru Agustus diumumkan. Tinggal dia pilih aja dimana yang dia mau.

Masih mengenai kuliah. Kemarin saat makan siang di warteg dekat kos-kosan, tanpa sengaja saya mendengar percakapan antara dua pelanggan yang makan di situ juga. Bisa saya simpulkan salah-satunya seles mobil dan yang satu lagi supervisor dia. Percakapannya seputar pekerjaan, mulai dari pengalaman seles tsb bekerja di tambang lepas pantai sampai kerja di tempat sekarang. Singkat cerita dalam satu stetmen seles ini berkata bahwa pendidikan itu tidak perlu. Di atas semuanya itu pengalman lah yang dilihat saat melamar kerja. Dia memberikan contoh sering kali justru senior-senior mereka yang notabene hanya lulusan SMU yang mentrening para calon pekerja dengan titel S1 or S2. Entah karena dia sendiri hanya lulusan SMU sehingga dia mengeluarkan opini tsb (karena memang opini ini muncul setelah di picu oleh pertanyaan lawan bicaranya saat menanyakan riwayat studinya) atau karena hal lain.

Saya jadi ingat percakapan di depan kampus saya beberapatahun yang lalu. Isi percakapannya mengenai salah-seorang teman yang bekerja sebagai translate wawancara di salah satu bank swasta nasional. Dia berpendapat gak masalah dengan sistem komisi (yang sangat kecil) asal mendapatkan pengalama kerja, walopun dia S1, karena S1 aja banyak yang pengangguran. Sebagian kawan yang terlibat dalam obrolan tsb sependapat dengan dia.

Memang sih, sekarang S1 aja banyak bangat yang nganggur. Tapi apa benar pengalaman segitu pentingnya dalam penerimaan kerja?

Sebenarnya ini jebakan yang diletakan oleh bagian personalia. Seorang 1st graduate tanpa pengalaman rela di bayar di bawa UMR yang seharusnya di terima seorang lulusan S1. Jangka waktu minimal utk mendapatkan pesangon dan surat keterangan bekerja kira-kira satu tahun. Sehingga selama 1tahun orang tsb 'mengabdi' secara sukarela di perusahaan tsb demi sepucuk pengalaman. Setelahnya jika pegawai merasa tidak puas dengan gaji bisa mengundurkan diri (dan biasanya mengundurkan diri tidak di kasih pesangon). Perusahaan tidak merasa kehilangan karena masih banyak S1-S1 di luar tanpa pengalaman yang mau di gaji dibawa UMR. Akhirnya pengalaman menjadi bumerang juga bagi calon karyawan.

Jadi balik lagi, benar gak sih pengalaman lebih penting dari latar pendidikan?

Nyokap saya dulu sering berujar, "walopun sama-sama petani, tapi hasil dari petani yang lulusan SMU dan lulusan S1 berbeda". Stuju bangat mak!! Emang emak gw deh yang paling top!

Buktinya bukan pengalaman yang didorong agak suatu negara dapat meningkatkan taraf hidup rakyatnya, namun pendidikannya. Dengan pendidikan cara pandang orang akan berbeda saat melihat dunia ini. Seorang lulusan SD yang punya uang 1milyar akan membuang uangnya di tempat di mana biasanya anak SD menghabiskan uangnya. Sedangkan seorang yang terpelajar akan tepat guna menggunakan uangnya.

Segini aja dulu deh, batre HP habis nih. Bye guys.

0 comments:

Posting Komentar