Dua hari lalu, tepatnya hari Rabu, saya janjian untuk bertemu Benny di Stabucks Pelangi. Agak molor sih dari waktu yang dijanjikan, soalnya saya gak enak kalo sampai menganggu jam kerja dia. Selain itu, alasan lainnya juga karena saya mampir dulu ke Gramed. Ada satu buku yang saya cari, judulnya Laut dan Kupu-Kupu, kumpulan cerpen Korea. Sayangnya stoknya kosong. Tapi kekecewaan saya terobati dengan membeli Life & Time of Michael K by J.M Coetzee.
Kembali ke Pelangi. Setelah membeli buku tsb, saya beranjak ke Starbucks. Saya memesan hot cappucino venti non sugar dan brownie espresso, cukup konservatif. Jadi jangan heran jika saya tidak tahu minuman lain yang dijual Starbucks selain hot cappucino dan brownie espresso. Kasihan.
Dibandingkan dengan pertemuan pertama kami di Dante mall Citra Land, kali kedua lebih banyak diam. Ya mungkin juga karena saya sudah dua malam tidak tidur, sehingga suara saya seperti orang tercekek. Atau karena konsentrasi mengarungi jalan menuju kantor Benny yang macet. Ow iya, si Benny termasuk orang yang Rock n Roll loh kalo bawa mobil di jalan hehehe.
Sebenarnya kalo diperhatikan tidak banyak yang kami bicarakan, kecuali tentang cewe. Sedikitnya mirip dengan cewe, kalo para cowo berkumpul pasti ngomonginnya soal lawan jenis. namun berbeda dengan cewek, kami para cowok tidak akan ngegosip!
Eh Ben, tahu gak sih, kalo Sandra Dewi itu baru punya cowo?? Aduh, cowonya tuh kekanak-kanakan bangat deh. Rambutnya itu di cet coklat gitu, kek F4!!
Sudah bisa dipastikan Benny akan shock mendengarnya.
Ada dua tema dalam obrolan ringan kami. Hanya saja yang satunya mungkin terlalu fulgar, dan butuh suntingan khusus. Sedangkan yang satunya yang menjadi tema posting kali ini.
Rasanya hampir semua cowo yang bertampang seperti kami-kami ini - sori gw ralat - tampang seperti SAYA ini, pasti sedikitnya pernah memikirkannya. Ya, bukan berarti sirik sih, tapi SIRIK BANGAT!
Bagi cowok-cowok, pernah punya teman yang ganteng? Tentu yang saya maksud lebih ganteng dari kamu.
Saya punya banyak teman yang ganteng. Kalo saya gay, itu merupakan sebuah berkah. Sialnya saya pria normal, sehingga sebaliknya, bikin seret jodoh. Setiap ajak gebetan jalan bareng teman, berakhir dengan tampang bengong karena gebetan malah asik ngbrol sama temen saya. Apes!
Terlepas dari cowok atau cewek yang sempurna itu, bagaimana dengan orang yang pas-pasan?
Tampang pas-pasan, uang pas-pasan, isi otak juga pas-pasan, kira-kira mereka bisa berharap dapat pasangan yang gak pas-pasan?
Dalam obrolan yang terbatas itu, Benny sempat menuturkan pengalaman temannya di kampus, bertahun-tahun yang lalu. Mungkin bisa dibilang era demam Meteor Garden.
Pada era itu, hampir semua anak ABG, bahkan orang tua dan anak kecil sekalipun tahu dorama Korea ini (eh bener kan ini film Korea?), ow ternyata bukan kawan, itu film Taiwan. Bahkan demam ini melahirkan tonggak pertama budaya meng-copy drama Taiwan dan Korean ke dalam sinetron Indonesia, dengan judul Siapa Takut Jatuh Cinta, yang seharusnya lebih pas dengan judul Siapa Takut Copy Film Taiwan dan Korea.
Saya tidak akan memberikan sinopsis dari drama ini, karena saya berasumsi kamu, setidaknya tahulah kisah tentang empat cowo ganteng (kek gitu ganteng??!) dan tajir (ok deh, only one of them) namun jadi preman, yaituF4. Ada juga satu gadis (tengil) yang mencuri hati klompok preman tsb. Lah, bukannya ini jadi sinopsis??
Kembali ke Demam Meteor Garden ini, kenapa drama ini begitu memikat penontonnya? Kalo tidak salah, beberapa tahun lampau, saat saya masih SD, ada juga drama serupa. Namun pada jaman itu bukan drama asia yang populer, melainkan opera sabun amerika latin. Judulnya Gadis Pemimpi. Ya, loe boleh ketawa, cowok garang kek gini ternyata hafal judul telenovela!
Telenovela tsb kira-kira memiliki jalan cerita yang hampir sama, hanya saja cowonya satu, bukan empat seperti Meteor Garden yang memiliki kecendrungan Poliandri. Telenovela ini menurut saya lebih fair karena judulnya gamblang, Gadis Pemimpi. Gadis yang bermimpi suatu saat akan menikah dengan pria tampan yang kaya raya. Bukan Meteor Garden yang jalan ceritanya sama sekali gak nyambung dengan judulnya. Seharusnya judul kek gitu menceritakan batu-batuan di taman belakang rumah.
Karena semua orang suka bermimpi, maka tidak heran jika drama dan cerita yang menjual mimpi begitu digemari. Saya kurang tahu apa jaman saya SD, ABGnya senang berdandan dan bertingkah mengikuti tokoh opera sabun tsb, namun yang pasti jaman drama taiwan, para ABG senang berdandan ala gadis Taiwan, atau ala San Chai ini. Tidak hanya sampai dandanan saja, kadang sangkin berharapnya bisa dapat cowok ganteng dan kaya di kampus, tidak dielakan untuk bertingkah badung dan tengil ala San Chai.
Ini yang temannya Benny gemesin dari temen-temennya di kampus temennya yang ngaku-ngaku sebagai temen padahal bukan temen. Mereka berpikir, apa yang ada dalam drama tsb benar, bahwa cowo ganteng dan kaya suka sama cewe yang berdandan taiwan, dan tengil. Karena biasanya yang melakukan coping ini - tanpa bermaksud menyinggung kalangan tertentu - adalah orang-orang yang kurang menarik dari segi fisik.
Pertanyaannya, apakah seseorang yang tidak ganteng atau cantik bisa mengharapkan pasangan yang sebaliknya?
Atau yang miskin bisa berharap memiliki pasangan yang kaya?
Ya mungkin sadar dirilah, kalo bertampang seperti Tukul Empat Mata dan berharap mendapat istri seperti Bunga Citra Lestari. Namun kalo ditanya mungkin atau tidak, jawabannya ya mungkin saja. Cuma pertanyaan saya selanjutnya, apa yang Tukul punya sampai seorang BCL mau menikah sama orang yang dianggap peranakan ikan arwana ini?
Tidak selalu materi. Ada daya tarik lain yang mungkin sudah usang bagi dunia yang hanya melihat permukaannya saja; kasih sayang, kepintaran, bahkan mungkin ambisi.
Ya memang tidak semua dari kita diberkahi dengan tampang seperti model. Mungkin ada baiknya juga agar tidak semua dari kita menjadi model dan tidak hanya mengangumi diri sendiri. Tapi jangan berkecil hati kawan, kita dikarunian keceradasan dan hasrat untuk memperlengkapi diri kita dengan sesuatu yang baik.
Kamu mungkin tidak punya tampang yang totaly good looking, tapi kamu bisa bekerja agar memiliki penghasilan yang baik. Kamu juga bisa belajar agar isi kepalamu lebih baik. Kamu juga bisa berteman dengan banyak orang agar memiliki pandangan dan kasih terhadap sesama. Dan pada akhirnya, jika kamu punya kebaikan demi kebaikan, maka kamu pun berhak mengharapkan sesuatu yang baik.
Bagaimana?
Sepertinya penyakit malas menulis blog itu mewabah, setidaknya bagi beberapa teman yg blognya saya kunjungi -- kecuali teman saya yg ini. Selain blog saya, tentunya, ada beberapa blog lain yg seirng saya kunjungi. Apa lagi kalo lagi malas menulis. Motifnya, selain mencari tahu sedang apa teman-teman saya di sana, adalah mendapatkan ide menulis dari posting blogger lain. Nah sayangnya teman-teman yg blognya sering saya kunjungi juga tidak ada posting yg baru.
Posting kali ini sekedar update beberapa peristiwa. Hari Rabu yg lalu saya ketemu dengan Benny, pemilik blog ini. Untuk cerita lebih lanjut mungkin bisa cek di posting lain.
Selain bertemu salah-satu blogger, ternyata tanpa saya sadari blog saya di fivestroke, cukup populer. Kalo tidak salah, masuk urutam ke 4 dengan keyword 'belajar drum'. Itupun karena di urutan pertama dan ke dua adalah forum tempat saya bernanung sebagai moderator (klinikdrum.com), dan urutan ketiganya pun forum terbesar di Indonesia (sayangnya kontennya sudah kosong karena baru-baru ini kaskus mendapat serangan).

bukti bahwa banyaknya orang yg tertipu sama cuap-cuap saya
Surprise! Padahal sudah beberapa bulan ini tidak saya update. Ok deh, bulan depan saya coba untuk jalani kembali blog fivestroke (pringatan, ini baru sampai pada wacana saja).
Posting kali ini sebenarnya pendek saja. Saya mau bertanya sama para teman-teman di sini.
Pernah tidak, kawan-kawan yg punya blog di sini, di baca blognya oleh orangtua kalian?
Kalo belum, kira-kira reaksi kamu bagaimana?
Kalo sudah, boleh dong bergai pengalaman di sini?
Pertanyaan di atas tentunya bukan tanpa sebab ditanyakan. Pasalnya kemarin malam salah-satu posting saya di baca oleh nyokap.... Memang yg baru dibaca blog tentang drum di fivestroke, tapi tidak menutup kemungkinan blog saya yg disini dan disini akan ikut serta di baca juga -- cepat atau lambat.
Sebelum saya menulis blog, sudah saya pastikan agar berbagai kalangan bisa membaca blog ini, bahkan sudah saya antisipasi jika suatu saat blog saya akan dibaca bpk SBY. Tapi seumur-umur belum pernah saya bayangkan kalo nyokap saya yg harus baca blog saya.
Ya bukan apa-apa sih, cuma sepertinya banyak aibnya deh nih blog. Apa lagi nyokap orangnya suka khawatir (baca: terlalu banyak tanya), jadi bisa dibayangkan betapa banyaknya pertanyaan yg akan menghujam saya setelah membaca personal blog saya. Wong blog fivestroke aja yg notabene isinya formal itu, sudah mengundang banyak pertanyaan, apa lagi personal blog kan. Tahulah, gimana nyokap-nyokap.
Aneh ya, sepertinya kita bisa lebih terbuka dengan orang yg sama sekali tidak kita kenali, dari pada sebaliknya.
Bagaimana menurut kamu?
Posting kali ini sekedar update beberapa peristiwa. Hari Rabu yg lalu saya ketemu dengan Benny, pemilik blog ini. Untuk cerita lebih lanjut mungkin bisa cek di posting lain.
Selain bertemu salah-satu blogger, ternyata tanpa saya sadari blog saya di fivestroke, cukup populer. Kalo tidak salah, masuk urutam ke 4 dengan keyword 'belajar drum'. Itupun karena di urutan pertama dan ke dua adalah forum tempat saya bernanung sebagai moderator (klinikdrum.com), dan urutan ketiganya pun forum terbesar di Indonesia (sayangnya kontennya sudah kosong karena baru-baru ini kaskus mendapat serangan).

bukti bahwa banyaknya orang yg tertipu sama cuap-cuap saya
Surprise! Padahal sudah beberapa bulan ini tidak saya update. Ok deh, bulan depan saya coba untuk jalani kembali blog fivestroke (pringatan, ini baru sampai pada wacana saja).
Posting kali ini sebenarnya pendek saja. Saya mau bertanya sama para teman-teman di sini.
Pernah tidak, kawan-kawan yg punya blog di sini, di baca blognya oleh orangtua kalian?
Kalo belum, kira-kira reaksi kamu bagaimana?
Kalo sudah, boleh dong bergai pengalaman di sini?
Pertanyaan di atas tentunya bukan tanpa sebab ditanyakan. Pasalnya kemarin malam salah-satu posting saya di baca oleh nyokap.... Memang yg baru dibaca blog tentang drum di fivestroke, tapi tidak menutup kemungkinan blog saya yg disini dan disini akan ikut serta di baca juga -- cepat atau lambat.
Sebelum saya menulis blog, sudah saya pastikan agar berbagai kalangan bisa membaca blog ini, bahkan sudah saya antisipasi jika suatu saat blog saya akan dibaca bpk SBY. Tapi seumur-umur belum pernah saya bayangkan kalo nyokap saya yg harus baca blog saya.
Ya bukan apa-apa sih, cuma sepertinya banyak aibnya deh nih blog. Apa lagi nyokap orangnya suka khawatir (baca: terlalu banyak tanya), jadi bisa dibayangkan betapa banyaknya pertanyaan yg akan menghujam saya setelah membaca personal blog saya. Wong blog fivestroke aja yg notabene isinya formal itu, sudah mengundang banyak pertanyaan, apa lagi personal blog kan. Tahulah, gimana nyokap-nyokap.
Aneh ya, sepertinya kita bisa lebih terbuka dengan orang yg sama sekali tidak kita kenali, dari pada sebaliknya.
Bagaimana menurut kamu?
Labels:
ngeblog
Dari mood sampai BBM
Beberapa hari ini entah kenapa saya merasa lemas kurang energi, kurang gairah, kurang senyum. Kerjanya tidur tiap ada kesempatan; di mobil, jam makan siang, bahkan tidak lupa juga saat boker.
Termasuk jg untuk menulis blog. Beberapa kali lembar post creat blog sudah dibuka, ide jg sudah disiapkan, namun entah kenapa tidak ada yg sanggup saya tuliskan di sini. Lemas, jadi lebih banyak diam, diam (bahasa kerennya: bengong) dan kegiatan lainnya yg hanya melibatkan diri sendiri dan mental (atau melamun).
Atau mungkin jg saya lagi ketularang teman saya yg lagi hibernasi menulis blog. Padahal saya tahu saya harus tetap mengisi blog ini dengan tulisan yg (tidak) berguna apapun kondisinya; sanggup atau tidaknya saya menuang ide. Ya, menulis merupakan sebuah tindakan mendisiplinkan diri, seperti jg membaca. Kenapa? Karena manusia harus terus bertumbuh, tidak hanya secara biologis, tapi jg secara mental.
Bicara mengenai membaca, saya lagi membaca sebuah buku tua, Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya (Alm) Ir Karyoto Kunto. Buku yg terbit 1983 ini mengisahkan sejarah munculnya Bandung, dan bagaimana berbedanya Bandung dulu dengan Bandung moderen (saat itu, 1983) yg telah kehilangan keelokannya. Mungkin kalo pak (Alm) Kunto masih hidup, doi tidak akan sanggup melihat betapa amburadulnya lagi Bandung saat ini. Namun syukrlah beliau sudah meninggal.
Review bukunya akan saya posting mendatang, soalnya saya belum selesai baca. Hal yg cukup terngiang di telinga saya, saat saya membawa buku ini ke kampus. Ada yg nyeletuk, ngapain sih loe baca buku sejarah kek gini?
Tidak saya pungkiri bahwa sewaktu sekolah dulu pun saya termasuk yg tidak menyukai pelajaran sejarah. Bagi yg dulu tidak menyukai sejarah seperti saya boleh angkat tangan. Yang gak setujuh boleh angkat kaki aja dari blog gw. Kidding mode on.
Hanya saja saya pernah dengar, entah di mana dan entah siapa yg berkata, bahwa siapa yg tidak mengenal sejarah bangsanya tidak mengenal bangsanya, ugh... keknya gak gitu deh. Bagi yg tahu tolong ingatkan saya ya, yg quotenya mirip-mirip gitu. Maklum otak lagi konslet.
Saat membaca buku ini, dan jg majalah Tempo edisi 100 tahun kebangkita Indonesia (baca deh, itu bagus bangat), saya jadi cukup menyesal karena tidak memperhatikan dengan seksama selama pelajaran Sejarah dulu. Saya rasa, saat sso mengenal sejarah bangsanya, mereka akan lebih menghargai perjuangan pahlawan mereka.
Masih sehubungan dengan Tempo edisi 100 Tahun Kabangkitan Indonesia, saya baru terbuka kalo pendiri Indonesia adalah cendikiawan-cendikiawan muda yg cerdas dan nasionalis. Kebanyakan yg duduk dijajaran pemerintahan atau berkutat di politik pada masa-masa awal berdirinya bangsa ini adalah seorang pengamat sosial, budaya, yg menjadi fundamental bangsa ini -- baik diakui atau tidak; dan juga seorang penulis (dan tentunya jg merupakan orang-orang yg gemar membaca). Bukan berisi orang-orang yg gemar menjawab tanpa otak.
Bukan hanya menulis dalam bahasa Indonesia, melainkan fasih dalam berbagai bahasa. Sebut saja pembelaan Bung Hatta saat dipenjarakan di Belanda, yg ditulis dalam tiga bahasa tersebut (Belanda, Inggris, Indonesia). Wow, betapa terpelajarnya dan cerdasnya orang-orang dulu. Bandingkan dengan sekarang yg syarat jadi presiden harus sarjana saja sudah banyak komplain. Coba kalo syaratnya harus bisa berbagai bahasa.
Belum lagi pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Indonesia yg lebih maju dari bangsa lain saat itu. Sebut saja bagian UUD45 yg menyatakan Kemerdekaan itu adalah Hak semua Bangsa..., Ya mungkin bagi kita saat ini itu terdengar wajar saja, namun pada masa itu dunia terlambat 15tahun berpikir, bahwa Negara Jajahan Berhak Meminta Kemerdekaan kepada Negara yg menajajah, melalu memorendum PBB pada tahun 1960.
Belum cukup?
Sebut lagi Hukum Maritim yg diperjuangkan Bung Hatta dalam konfrensi PBB, bahwa laut dianggap sebagai pemersatu, bukan sebaliknya. Fyi hukum ini masih dipakai sampai sekarang sebagai hukum internasional. Sebut jg Dasar-Dasar Perang Grilya yg ditulis AH Nasution yg menjadi buku wajib bagi marinir di Inggris. Herannya justru AH Nasution dikucilkan di negrinya sendiri.
Mungkin itu bukti bahwa pada dasarnya orang Indonesia tidak menghargai pahlawannya. Bahwa pahlawan hanya dianggap sebagai simbol nasionalis yg selama mendunkung kepentingan penguasa, maka akan tetap menjadi pahlawan. Jika tidak, maka bukan apa-apa
Perjuangan yg gigih, kecerdasan, serta keuletan para pejuang dulu untuk belajar, maka Indonesia dulu sempat menjadi macan Asia. Dan dengan berlalunya waktu, dengan berbagai kepentingan pribadi pengasanya, macan itu kehilangan gigi, dan mungkin sekarang sudah menjadi bulan-bulanan di asia.
Menurut saya (yg sotoy ini), masalah Indonesia bukan pemulihan ekonomi dan stabilitas sosial, atau semacamnya, melainkan pendidikan. Orang boleh mati karena kelaparan, tapi tidak karena kebodohan. Dan BLT adalah bentuk pembodohan masal bagi bangsa ini.
Kalo memang harga BBM harus naik, maka naikan. Tapi tidak serta merta menyogok rakyat dengan BLT. Itu justru tidak manusiawi, seolah-olah pemerintah bisa menyogok kesengsaraan rakyat dengan uang 300ribu. Suksesnya orang-orang mengantri BLT justru membuktikan bahwa sebenar-benarnya rakyat butuh pendidikan.
Oh, tapi mungkin jg Pemerintah takut kalo rakyat ini pintar dan cerdas, mungkin sogokan mereka tidak akan berhasil meredam kesengsaraan rakyat.
Saya ingat sebuah karikatur Kompas beberapa tahun lalu, yg berisi anjuran rakyat intuk mengencangkan ikat pinggang. Sepertinya jg karena reaksi dari kenaikan BBM. Sayangnya rakyat sudah tidak menggunakan ikat pinggang lagi, pak -- sudah dijual untuk beli beras.
Ah secara tidak langsung -- atau memang tidak ada hubungannya -- kenaikan BBM mempengaruhi keadaan saya yg melow ini. Saya jadi uring-uringan.
Termasuk jg untuk menulis blog. Beberapa kali lembar post creat blog sudah dibuka, ide jg sudah disiapkan, namun entah kenapa tidak ada yg sanggup saya tuliskan di sini. Lemas, jadi lebih banyak diam, diam (bahasa kerennya: bengong) dan kegiatan lainnya yg hanya melibatkan diri sendiri dan mental (atau melamun).
Atau mungkin jg saya lagi ketularang teman saya yg lagi hibernasi menulis blog. Padahal saya tahu saya harus tetap mengisi blog ini dengan tulisan yg (tidak) berguna apapun kondisinya; sanggup atau tidaknya saya menuang ide. Ya, menulis merupakan sebuah tindakan mendisiplinkan diri, seperti jg membaca. Kenapa? Karena manusia harus terus bertumbuh, tidak hanya secara biologis, tapi jg secara mental.
Bicara mengenai membaca, saya lagi membaca sebuah buku tua, Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya (Alm) Ir Karyoto Kunto. Buku yg terbit 1983 ini mengisahkan sejarah munculnya Bandung, dan bagaimana berbedanya Bandung dulu dengan Bandung moderen (saat itu, 1983) yg telah kehilangan keelokannya. Mungkin kalo pak (Alm) Kunto masih hidup, doi tidak akan sanggup melihat betapa amburadulnya lagi Bandung saat ini. Namun syukrlah beliau sudah meninggal.
Review bukunya akan saya posting mendatang, soalnya saya belum selesai baca. Hal yg cukup terngiang di telinga saya, saat saya membawa buku ini ke kampus. Ada yg nyeletuk, ngapain sih loe baca buku sejarah kek gini?
Tidak saya pungkiri bahwa sewaktu sekolah dulu pun saya termasuk yg tidak menyukai pelajaran sejarah. Bagi yg dulu tidak menyukai sejarah seperti saya boleh angkat tangan. Yang gak setujuh boleh angkat kaki aja dari blog gw. Kidding mode on.
Hanya saja saya pernah dengar, entah di mana dan entah siapa yg berkata, bahwa siapa yg tidak mengenal sejarah bangsanya tidak mengenal bangsanya, ugh... keknya gak gitu deh. Bagi yg tahu tolong ingatkan saya ya, yg quotenya mirip-mirip gitu. Maklum otak lagi konslet.
Saat membaca buku ini, dan jg majalah Tempo edisi 100 tahun kebangkita Indonesia (baca deh, itu bagus bangat), saya jadi cukup menyesal karena tidak memperhatikan dengan seksama selama pelajaran Sejarah dulu. Saya rasa, saat sso mengenal sejarah bangsanya, mereka akan lebih menghargai perjuangan pahlawan mereka.
Masih sehubungan dengan Tempo edisi 100 Tahun Kabangkitan Indonesia, saya baru terbuka kalo pendiri Indonesia adalah cendikiawan-cendikiawan muda yg cerdas dan nasionalis. Kebanyakan yg duduk dijajaran pemerintahan atau berkutat di politik pada masa-masa awal berdirinya bangsa ini adalah seorang pengamat sosial, budaya, yg menjadi fundamental bangsa ini -- baik diakui atau tidak; dan juga seorang penulis (dan tentunya jg merupakan orang-orang yg gemar membaca). Bukan berisi orang-orang yg gemar menjawab tanpa otak.
Bukan hanya menulis dalam bahasa Indonesia, melainkan fasih dalam berbagai bahasa. Sebut saja pembelaan Bung Hatta saat dipenjarakan di Belanda, yg ditulis dalam tiga bahasa tersebut (Belanda, Inggris, Indonesia). Wow, betapa terpelajarnya dan cerdasnya orang-orang dulu. Bandingkan dengan sekarang yg syarat jadi presiden harus sarjana saja sudah banyak komplain. Coba kalo syaratnya harus bisa berbagai bahasa.
Belum lagi pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Indonesia yg lebih maju dari bangsa lain saat itu. Sebut saja bagian UUD45 yg menyatakan Kemerdekaan itu adalah Hak semua Bangsa..., Ya mungkin bagi kita saat ini itu terdengar wajar saja, namun pada masa itu dunia terlambat 15tahun berpikir, bahwa Negara Jajahan Berhak Meminta Kemerdekaan kepada Negara yg menajajah, melalu memorendum PBB pada tahun 1960.
Belum cukup?
Sebut lagi Hukum Maritim yg diperjuangkan Bung Hatta dalam konfrensi PBB, bahwa laut dianggap sebagai pemersatu, bukan sebaliknya. Fyi hukum ini masih dipakai sampai sekarang sebagai hukum internasional. Sebut jg Dasar-Dasar Perang Grilya yg ditulis AH Nasution yg menjadi buku wajib bagi marinir di Inggris. Herannya justru AH Nasution dikucilkan di negrinya sendiri.
Mungkin itu bukti bahwa pada dasarnya orang Indonesia tidak menghargai pahlawannya. Bahwa pahlawan hanya dianggap sebagai simbol nasionalis yg selama mendunkung kepentingan penguasa, maka akan tetap menjadi pahlawan. Jika tidak, maka bukan apa-apa
Perjuangan yg gigih, kecerdasan, serta keuletan para pejuang dulu untuk belajar, maka Indonesia dulu sempat menjadi macan Asia. Dan dengan berlalunya waktu, dengan berbagai kepentingan pribadi pengasanya, macan itu kehilangan gigi, dan mungkin sekarang sudah menjadi bulan-bulanan di asia.
Menurut saya (yg sotoy ini), masalah Indonesia bukan pemulihan ekonomi dan stabilitas sosial, atau semacamnya, melainkan pendidikan. Orang boleh mati karena kelaparan, tapi tidak karena kebodohan. Dan BLT adalah bentuk pembodohan masal bagi bangsa ini.
Kalo memang harga BBM harus naik, maka naikan. Tapi tidak serta merta menyogok rakyat dengan BLT. Itu justru tidak manusiawi, seolah-olah pemerintah bisa menyogok kesengsaraan rakyat dengan uang 300ribu. Suksesnya orang-orang mengantri BLT justru membuktikan bahwa sebenar-benarnya rakyat butuh pendidikan.
Oh, tapi mungkin jg Pemerintah takut kalo rakyat ini pintar dan cerdas, mungkin sogokan mereka tidak akan berhasil meredam kesengsaraan rakyat.
Saya ingat sebuah karikatur Kompas beberapa tahun lalu, yg berisi anjuran rakyat intuk mengencangkan ikat pinggang. Sepertinya jg karena reaksi dari kenaikan BBM. Sayangnya rakyat sudah tidak menggunakan ikat pinggang lagi, pak -- sudah dijual untuk beli beras.
Ah secara tidak langsung -- atau memang tidak ada hubungannya -- kenaikan BBM mempengaruhi keadaan saya yg melow ini. Saya jadi uring-uringan.
Labels:
life
Ways to Live Forever

Penulis: Sally Nicholls
Penerbit: Marion Lloyd Books (2008)
Bahasa: inggris
Tebal: 215
Saya baru menyelesaikan membaca buku ini. Hanya sedikit buku yg bisa membuat saya duduk diam untuk membaca, dan hanya diperlukan empat jam untuk menghabiskannya. Jarang ada buku yg membuat saya terharu. Buku ini salah-satu yg mampu membuat hati ini haru. Ini buku yg bagus.
Awalnya saya sempat melihat buku ini di Gramedia dengan judul Setelah Aku Pergi, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama (menurut saya cover versi terjemahan Indonesianya lebih bagus). Saya tertarik karena kertasnya menggunakan bahan kertas yg biasa di pakai buku-buku luar. Hanya saja kala itu tidak dibeli, mengingat buku digenggaman saya sudah tiga. Beberapa minggu berselang, kemarin saya lihat teman memiliki buku ini, versi aslinya, Ways to Live Forever.
Berkisah tentang seorang anak berusia sebelas tahun pengidap leukemia, bernama Sam McQueen. Ways to Live Forever adalah judul yg diambil dari judul list #5 buku harian Sam. Secara keseluruhan buku tsb berisikan hal-hal yg ingin dia lakukan sebelum dia mati, tentang kegiatan, cerita, dan kumpulan fakta dari kematian yg dia kumpulkan dari berbagai sumber, dalam dua bulan sisa hidupnya.
Kekuatan Sally Nicholles dalam bukunya, terletak pada mendeskripsikan emosi tanpa emosi, seolah kita sedang melihat film documentary waktu-waktu akhir seorang anak menjelang kematiannya. Menarik, mengharukan - memaknai kehidupan dari kematian.
Rich (+)
- begitu menyentuh, begitu manusiawi, melibatkan emosi
- deskripsi yg diteil untuk mengungkap emosi, sekaligus sederhana
- bacaan ringan, namun bermakna dalam jika kita mau merenung
- bagi yg suka dengan cerita-cerita anak, dan menyangkut kehidupan, ini bacaan yg asik
Poor (-)
- beberapa pihak berpikir merupakan sebuah hal yg kejam untuk mencari popularitas dan keuntungan dari 'membunuh' anak
Tapi kamu bisa bernafas lega, karena Sally menuliskan buku ini saat dia masih berusia 23 tahun (astaga, sedari muda sudah bisa menulis buku sebagus ini??!). Jadi tentunya jauh dari isu popularitas dan keuntungan pribadi.
Jika kamu menyukai buku-buku seperti Bog Child (Siobhan Dowd) atau Before I Die (Jenny Downham), berarti kamu harus baca buku ini. Ow iya, gaya menulis Sally mirip seperti Mark Haddon dalam bukunya the Curious Incident of the Dog in the Night-Time.
Sehabis baca buku ini, saya pribadi akan membelinya. Ranking A buat buku ini.
Ada Ndeso, Ada Nafsu
1. culture shock=ndeso (wongdeso.red)=gunakan hape sembarangan
Kemajuan komunikasi yg begitu pesat dewasa ini patut kita syukuri. Namun dari yg disyukuri ada beberapa akibat justru menimbulkan -- kalo bisa saya sebut, culture shock. Masih menurut saya, ini terjadi karena begitu cepatnya perkembangan komunikasi tanpa disertai penetrasi yg baik dalam masyarakat.
Kalo lima tahun yg lalu, yg bisa pegang hape hanya segelintir orang. Berbeda seperti saat ini yg siapapun dapat memiliki HP (Hand Phone). Jangankan anak sekolah yg belum melek baca tapi sudah pegang HP, pemulung di Jakarta saja sudah menenteng-nenteng alat komunikasi ini.
Tapi jangan tanya saya kegunaan bagi mereka, atau di mana mereka charging batrei, karena saya jg tidak tahu. Digunakan atau tidak saja saya tidak tahu (kebayang gak sih, pemulung sambil ngorek-ngorek sampah, telponan??).
Ow sori, sepertinya sejauh ini saya belum mengutarakan duduk-perkara bacot saya. Culture shock yg saya maksud di sini adalah penggunaan HP yg tidak pada tempatnya.
Loh, memang untuk menggunakan HP, perlu tempat khusus seperti merokok - ya walpun pada kenyataannya semua orang bebas merokok di mana saja saat ini?
Ya, menggunakan hape perlu tempat dan waktu tertentu. Tidak di semua tempat dan keadaan kita bisa menggunakan HP. Misalnya, menerima telpon -- atau yg lebih gawat -- membaca dan membalas sms sambil mengendarai kendaraan bermotor.
Pasti yg biasa membawa kendaraan setidak-tidaknya pernah melakukannya sekali (walaupun sangat diragukan kalo hanya sekali saja). Saya sendiri tidak lepas dari penyalahgunaan tempat ini. Itu alasan kesekian kenapa saya tidak mau membawa kendaraan pribadi. Saya pernah lihat pengendara sepeda motor yg bersms ria sambil membawa tunggangannya di atas 60km per jam.
Sebenarnya masih banyak contoh penyalahgunaan tempat dan keadaan, tapi yg khusus ingin saya angkat di sini adalah salah-satu penggunaan hape di waktu yg tidak tepat, yaitu saat bekerja. Mungkin kalo bekerja di belakang meja, mencuri pakai HP tidak terlalu bermasalah. Namun lain halnya jika bekerja dalam bidang jasa pelayanan.
Akan sangat menjengkelkan bila (setidak-tidaknya bagi saya) menemukan pramuniaga swalayan, yg mencuri-pakai HP disaat ramai dengan pengunjung. Saya sendiri punya banyak pengalaman mengenai perlakuan (yg sekali lagi menurut saya) kurang baik, menyangkut penggunaan HP pada jam kerja. Salah-satunya terjadi beberapa hari yg lalu, saat saya dan sepupu saya menggunakan taksi menuju kost.
Di tengah perjalanan, supir taksi menerima telpon.
Sopir Taksi: tadi aku telpon gak diangkat... soalnya tadi lagi di daerah Cawang
........
ST: sekarang di Tanah Abang
.......
ST: memang sudah selesai? Iya, nanti dari sini jemput kamu di sana. Tunggu abang ya....
WTH???
Tinggal saya dan sepupu saya yg bengong, kok seolah-olah kita yg numpang sih?? Ini sopir kok sopan bener nerima telpon saat ada penumpang??!
Memang saya kenyang dengan pengalaman kurang enak menyangkut penggunaan HP yg tidak pada tempatnya -- dari yg perhatiannya terbagi antara melayani dan membaca sms, sampai tidak dihiraukannya membayar di kasir karena ybs sedang menerima telpon -- tapi baru kali ini ada sopir taksi yg menerima telpon.
Kenapa saya bilang ini culture shock, atau bahasa kesehariannya ndeso? Karena masyarakat Indonesia belum dapat menempatkan penggunaan HP, baik pesan suara maupun pesan tertulis. Bahwa HP adalah benda yg dapat membenarkan segala tindakan terkait menerima pesan melalui HP. Sehingga seperti orang dari kampung yg berpikir bisa terima sms dan telpon dalam segala situasi.
Makanya, kalo tidak mau dibilang wong deso yg kaget sama teknologi, perlihatkan dengan tahu etika menerima pesan dari hape.
2. menikah bukan modal nafsu doang
Masih dengan perjalanan dengan sopir taksi edan. Setelah si sopir menutup telpon, perjalanan dilanjutkan kembali dengan keheningan. Setelah melewati perempatan Tanah Abang menuju Kemanggisan, si sopir tanpa diminta menginfokan kalo di belakang Tanah Abang banyak WTS yg mangkal di pinggir jalan. Mungkin inisiatif tsb muncul karena melihat tampang saya yg aduh kasihan gak laku gini. Atau bisa jadi tampang saya dan sepupu saya seperti cowo-cowo pencari belaian wanita. Entah yg mana.
Dengan maksud agar sopir taksi tidak merasa jayus ngomong tanpa di minta, saya menimpali dengan iseng bertanya.
"Memang kebanyakan dari mana PSKnya?"
"Dari Jawa mas. Indramayu, Pekalongan, Magelang", sopir tsb menjawab dengan penuh semangat.
Saya yg sebenarnya kurang antusias hanya bergumam singkat.
"Tapi bodoh mas, kalo ada yg mau main sama PSK", tandas supir tsb.
Wow, ternyata walaupun agak ndeso -- karena menerima telpon sambil bekerja -- sopir taksi ini memiliki sudut pandang yg bijak dalam menyikapi 'PSK! Dari yg awalnya menatap bulan di luar (aduh, klise bangat sih??!), saya berpaling memandang sopir tsb, menunjukan apresiasi tingkat tinggi terhadap sopir tsb!
Karena seolah diberi angin, sopir taksi tsb melanjutkan. "Iyalah, jajan diluar itu rentan sama penyakit kelamin. Hanya orang bodoh yg melakukannya", ditambahkannya kembali, "Lebih baik cari istri".
"Betul mas!", ujar saya membenarkan.
"Kalo istri sendiri kan nyaman 'mainnya'. Kalo mas mau, biar saya carikan istri di Sukabumi".
"Ow enggak mas, saya belum mau menikah, masih ingin bebas dulu", ujar saya sambil cengengesan.
"Ini jg bisa buat 'mainan' bisa kok mas. Mas cukup bayar 1jt aja, itu sudah sama penghulu, surat nikah di bawa tangan, pokoknya bersih mas. Mas datang ke sana, tinggal milih, langsung nikah. Jadi dari pada jajan di luar, lebih baik sama istri simpanan".
Saya masih bengong ngelihat dia ngrocos terus tanpa sadar.
"Yang tadi telpon ini itu istri kedua saya. Kata orang sih, memang mau kasih makan apa hidup susah kek gini, kasih makan istri satu aja susah, apa lagi dua??
Cuma kalo saya sengaja cari yg mapan kek gini. Istri kedua saya ini pengusaha, jadi saya gak perlu kasih-kasih uang belanja aja. Nikmat loh mas. Ini aja saya mau cari lagi".
WTH! Dunia, dunia... Gak sanggup deh mas dengerinnya.
Yang pasti menurut saya, menikah itu gak hanya urusan alat kelamin. Ada kasih, persahabatan, komitmen dan kesetiaan. Kalo menikah sekedar nafsu semata, gak kebayang deh anak yg lahir dari nafsu doang.
Lagian gak mikir dia, coba kalo istrinya berpikir kek gitu jg, memang dia mau?? Ck ck ck... ndeso, ndeso.
Kemajuan komunikasi yg begitu pesat dewasa ini patut kita syukuri. Namun dari yg disyukuri ada beberapa akibat justru menimbulkan -- kalo bisa saya sebut, culture shock. Masih menurut saya, ini terjadi karena begitu cepatnya perkembangan komunikasi tanpa disertai penetrasi yg baik dalam masyarakat.
Kalo lima tahun yg lalu, yg bisa pegang hape hanya segelintir orang. Berbeda seperti saat ini yg siapapun dapat memiliki HP (Hand Phone). Jangankan anak sekolah yg belum melek baca tapi sudah pegang HP, pemulung di Jakarta saja sudah menenteng-nenteng alat komunikasi ini.
Tapi jangan tanya saya kegunaan bagi mereka, atau di mana mereka charging batrei, karena saya jg tidak tahu. Digunakan atau tidak saja saya tidak tahu (kebayang gak sih, pemulung sambil ngorek-ngorek sampah, telponan??).
Ow sori, sepertinya sejauh ini saya belum mengutarakan duduk-perkara bacot saya. Culture shock yg saya maksud di sini adalah penggunaan HP yg tidak pada tempatnya.
Loh, memang untuk menggunakan HP, perlu tempat khusus seperti merokok - ya walpun pada kenyataannya semua orang bebas merokok di mana saja saat ini?
Ya, menggunakan hape perlu tempat dan waktu tertentu. Tidak di semua tempat dan keadaan kita bisa menggunakan HP. Misalnya, menerima telpon -- atau yg lebih gawat -- membaca dan membalas sms sambil mengendarai kendaraan bermotor.
Pasti yg biasa membawa kendaraan setidak-tidaknya pernah melakukannya sekali (walaupun sangat diragukan kalo hanya sekali saja). Saya sendiri tidak lepas dari penyalahgunaan tempat ini. Itu alasan kesekian kenapa saya tidak mau membawa kendaraan pribadi. Saya pernah lihat pengendara sepeda motor yg bersms ria sambil membawa tunggangannya di atas 60km per jam.
Sebenarnya masih banyak contoh penyalahgunaan tempat dan keadaan, tapi yg khusus ingin saya angkat di sini adalah salah-satu penggunaan hape di waktu yg tidak tepat, yaitu saat bekerja. Mungkin kalo bekerja di belakang meja, mencuri pakai HP tidak terlalu bermasalah. Namun lain halnya jika bekerja dalam bidang jasa pelayanan.
Akan sangat menjengkelkan bila (setidak-tidaknya bagi saya) menemukan pramuniaga swalayan, yg mencuri-pakai HP disaat ramai dengan pengunjung. Saya sendiri punya banyak pengalaman mengenai perlakuan (yg sekali lagi menurut saya) kurang baik, menyangkut penggunaan HP pada jam kerja. Salah-satunya terjadi beberapa hari yg lalu, saat saya dan sepupu saya menggunakan taksi menuju kost.
Di tengah perjalanan, supir taksi menerima telpon.
Sopir Taksi: tadi aku telpon gak diangkat... soalnya tadi lagi di daerah Cawang
........
ST: sekarang di Tanah Abang
.......
ST: memang sudah selesai? Iya, nanti dari sini jemput kamu di sana. Tunggu abang ya....
WTH???
Tinggal saya dan sepupu saya yg bengong, kok seolah-olah kita yg numpang sih?? Ini sopir kok sopan bener nerima telpon saat ada penumpang??!
Memang saya kenyang dengan pengalaman kurang enak menyangkut penggunaan HP yg tidak pada tempatnya -- dari yg perhatiannya terbagi antara melayani dan membaca sms, sampai tidak dihiraukannya membayar di kasir karena ybs sedang menerima telpon -- tapi baru kali ini ada sopir taksi yg menerima telpon.
Kenapa saya bilang ini culture shock, atau bahasa kesehariannya ndeso? Karena masyarakat Indonesia belum dapat menempatkan penggunaan HP, baik pesan suara maupun pesan tertulis. Bahwa HP adalah benda yg dapat membenarkan segala tindakan terkait menerima pesan melalui HP. Sehingga seperti orang dari kampung yg berpikir bisa terima sms dan telpon dalam segala situasi.
Makanya, kalo tidak mau dibilang wong deso yg kaget sama teknologi, perlihatkan dengan tahu etika menerima pesan dari hape.
2. menikah bukan modal nafsu doang
Masih dengan perjalanan dengan sopir taksi edan. Setelah si sopir menutup telpon, perjalanan dilanjutkan kembali dengan keheningan. Setelah melewati perempatan Tanah Abang menuju Kemanggisan, si sopir tanpa diminta menginfokan kalo di belakang Tanah Abang banyak WTS yg mangkal di pinggir jalan. Mungkin inisiatif tsb muncul karena melihat tampang saya yg aduh kasihan gak laku gini. Atau bisa jadi tampang saya dan sepupu saya seperti cowo-cowo pencari belaian wanita. Entah yg mana.
Dengan maksud agar sopir taksi tidak merasa jayus ngomong tanpa di minta, saya menimpali dengan iseng bertanya.
"Memang kebanyakan dari mana PSKnya?"
"Dari Jawa mas. Indramayu, Pekalongan, Magelang", sopir tsb menjawab dengan penuh semangat.
Saya yg sebenarnya kurang antusias hanya bergumam singkat.
"Tapi bodoh mas, kalo ada yg mau main sama PSK", tandas supir tsb.
Wow, ternyata walaupun agak ndeso -- karena menerima telpon sambil bekerja -- sopir taksi ini memiliki sudut pandang yg bijak dalam menyikapi 'PSK! Dari yg awalnya menatap bulan di luar (aduh, klise bangat sih??!), saya berpaling memandang sopir tsb, menunjukan apresiasi tingkat tinggi terhadap sopir tsb!
Karena seolah diberi angin, sopir taksi tsb melanjutkan. "Iyalah, jajan diluar itu rentan sama penyakit kelamin. Hanya orang bodoh yg melakukannya", ditambahkannya kembali, "Lebih baik cari istri".
"Betul mas!", ujar saya membenarkan.
"Kalo istri sendiri kan nyaman 'mainnya'. Kalo mas mau, biar saya carikan istri di Sukabumi".
"Ow enggak mas, saya belum mau menikah, masih ingin bebas dulu", ujar saya sambil cengengesan.
"Ini jg bisa buat 'mainan' bisa kok mas. Mas cukup bayar 1jt aja, itu sudah sama penghulu, surat nikah di bawa tangan, pokoknya bersih mas. Mas datang ke sana, tinggal milih, langsung nikah. Jadi dari pada jajan di luar, lebih baik sama istri simpanan".
Saya masih bengong ngelihat dia ngrocos terus tanpa sadar.
"Yang tadi telpon ini itu istri kedua saya. Kata orang sih, memang mau kasih makan apa hidup susah kek gini, kasih makan istri satu aja susah, apa lagi dua??
Cuma kalo saya sengaja cari yg mapan kek gini. Istri kedua saya ini pengusaha, jadi saya gak perlu kasih-kasih uang belanja aja. Nikmat loh mas. Ini aja saya mau cari lagi".
WTH! Dunia, dunia... Gak sanggup deh mas dengerinnya.
Yang pasti menurut saya, menikah itu gak hanya urusan alat kelamin. Ada kasih, persahabatan, komitmen dan kesetiaan. Kalo menikah sekedar nafsu semata, gak kebayang deh anak yg lahir dari nafsu doang.
Lagian gak mikir dia, coba kalo istrinya berpikir kek gitu jg, memang dia mau?? Ck ck ck... ndeso, ndeso.
Pola Makan: Sehat Jantung
Kemarin pagi saya bangun jam6 kurang dengan badan pegal. Tidak ada yg istimewa dengan saya bangun jam6 kurang (tentu saja), yg istimewa di mana saya bangun. Sudah dua malam saya tidur di RS. Tepatnya bukan tidur, karena tentu saja tidak bisa disebut tidur saat kamu berbaring di ruang tunggu RS.
Saya terbangun di ruang tunggu RSHK (RS Harapan Kita.red), setelah mencoba tidur tanpa alas di lantai ruang tunggu RSHK. Sayangnya dua jam terlelap tidak bisa menipu kelelahan fisik akibat kurang tidur di malam sebelumnya.
Ow iya, sebelumnya saya mau meluruskan kesalah-pahaman di posting sebelumnya. Banyak teman-teman yg comment mengucapkan turut berduka. Aduh, bikin gw harus merasa tertuduh dengan kesalah-pahaman ini. Justru posting tsb mengabarkan kabar gembira karena tante saya sudah melewati masa krisis. Sekarang beliau berada di RSHK untuk observasi jantung yg lebih lanjut. Sekali lagi saya minta maaf untuk kesalahpahaman ini.
Selama menghitung nyamuk di ruang tunggu, saya sempat menulis blog di hape, sayangnya sebelum sempat di posting, batrei terlanjur habis. Mungkin di posting berikutnya saya upload posting dari hape tsb. Ya, selama menunggu orang sakit, saya punya banyak bahan untuk blog ini, salah satunya yg akan saya bahas di posting kali ini.
Ada yg mengherankan saya di bangsal jantung ini, banyaknya pasien yg terbilang muda. Sebut saja teman sekamar tante saya, seorang wanita single yg saya tafsir berumur awal 30 tahun. Jangankan punya anak, menikah saja belum.
Tentunya perlu diingatkan sebelumnya kalau pasien di RSHK sudah pasti pasien penyakit jantung. Sehingga sangat tidak mungkin yg dirawat di sana adalah pasien kecelakaan lalin, apa lagi korban perkosaan.
Selain wanita tsb, ada pula seorang bapak yg masih muda. Mungkin sekitar 35tahun, tapi tidak lebih dari 38tahun tafsiran saya. Anaknya satu, masih kecil. Dia dapat rujukan dari RSUD di Palembang.
Selain kedua orang tsb, saya perhatikan hampir sekitar 1/3 dari bangsal tersebut dihuni oleh orang-orang muda. Mengherankan bagi saya, karena ternyata penyakit jantung saat ini tidak hanya milik orang tua saja, melainkan jg orang-orang muda.
Kenapa orang muda saat ini banyak yg mengidap penyakit jantung?
Keheranan saya terjawab dengan sebuah brosur yg ada di ruang tunggu RSHK. Brosur yg diletakan di box dan dapat diambil gratis. Berisi mengenai informasi-informasi yg berguna menyangkut jantung kita, juga kelengkapan fasilitas peralatan RSHK sebagai PJN (Pusat Jantung Nasional). Brosur ini berjudul Pengaturan Makanan Untuk Sehat Janutng.

Dengan ritme kerja yg cepat seperti di Jakarta ini, kebutuhan akan pola makan yg sehat sangat penting. Sayangnya kebutuhan ini harus bersaing dengan kuliner-kuliner, yg tidak jarang malah hanya sekedar mengenakan mata, lidah dan perut, dengan kalori dan lemak yg sedap, tanpa mengindahkan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Budaya bangsa Indonesia yg jika tidak makan nasi tidak kenyang, juga menabah kesulitan terbentuknya pola makan yg ideal. Disamping itu gaya hidup yg kurang gerak menyebabkan meningkatnya penakit tidak menular seperti salah satunya penyakit jantung koroner (PJK).
di brosur tsb ditekankan betapa perlunya membudayakan pola makan yg sehat, yg memperhatikan kebutuhan dan keseimbangan gisi, bukan penimbunan dalam tubuh. Salah satu cara dengan Diet Hiperlipidemia.
Apa itu Hiperlipidemia?
Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lemak dalam darah, yg menjadi faktor resiko terjadinya PJK. Diet memegang penting teradap jumlah lemak dalam darah. Lemak adalah salah-satu zat gisi yg dibutuhkan dalam tubuh. Sayangnya pengkonsumsian berlebih dapat merugikan tubuh.
Dalam brosur tsb juga berisi Pedoman Pengaturan Makanan untuk Sehat Jantung, diantaranya:

Terdapat juga teknik pengolahan makanan yg dianjurkan, misalnya seperti direbus, dipanggang, diungkep, ditumis, atau dibakar.
Selain diet, penting juga diimbangi dengan berolahraga yg teratur. Pentingnya pola makan yg sehat dan berolahraga sudah merupakan sebuah keharusan dewasa ini. Jangan tunggu nanti, atau saat berumur tertentu, karena nyatanya PJK tidak mengenal usia.
Pesan seponsor, baca juga posting ini.
Sayangi Jantung Anda!
Saya terbangun di ruang tunggu RSHK (RS Harapan Kita.red), setelah mencoba tidur tanpa alas di lantai ruang tunggu RSHK. Sayangnya dua jam terlelap tidak bisa menipu kelelahan fisik akibat kurang tidur di malam sebelumnya.
Ow iya, sebelumnya saya mau meluruskan kesalah-pahaman di posting sebelumnya. Banyak teman-teman yg comment mengucapkan turut berduka. Aduh, bikin gw harus merasa tertuduh dengan kesalah-pahaman ini. Justru posting tsb mengabarkan kabar gembira karena tante saya sudah melewati masa krisis. Sekarang beliau berada di RSHK untuk observasi jantung yg lebih lanjut. Sekali lagi saya minta maaf untuk kesalahpahaman ini.
Selama menghitung nyamuk di ruang tunggu, saya sempat menulis blog di hape, sayangnya sebelum sempat di posting, batrei terlanjur habis. Mungkin di posting berikutnya saya upload posting dari hape tsb. Ya, selama menunggu orang sakit, saya punya banyak bahan untuk blog ini, salah satunya yg akan saya bahas di posting kali ini.
Ada yg mengherankan saya di bangsal jantung ini, banyaknya pasien yg terbilang muda. Sebut saja teman sekamar tante saya, seorang wanita single yg saya tafsir berumur awal 30 tahun. Jangankan punya anak, menikah saja belum.
Tentunya perlu diingatkan sebelumnya kalau pasien di RSHK sudah pasti pasien penyakit jantung. Sehingga sangat tidak mungkin yg dirawat di sana adalah pasien kecelakaan lalin, apa lagi korban perkosaan.
Selain wanita tsb, ada pula seorang bapak yg masih muda. Mungkin sekitar 35tahun, tapi tidak lebih dari 38tahun tafsiran saya. Anaknya satu, masih kecil. Dia dapat rujukan dari RSUD di Palembang.
Selain kedua orang tsb, saya perhatikan hampir sekitar 1/3 dari bangsal tersebut dihuni oleh orang-orang muda. Mengherankan bagi saya, karena ternyata penyakit jantung saat ini tidak hanya milik orang tua saja, melainkan jg orang-orang muda.
Kenapa orang muda saat ini banyak yg mengidap penyakit jantung?
Keheranan saya terjawab dengan sebuah brosur yg ada di ruang tunggu RSHK. Brosur yg diletakan di box dan dapat diambil gratis. Berisi mengenai informasi-informasi yg berguna menyangkut jantung kita, juga kelengkapan fasilitas peralatan RSHK sebagai PJN (Pusat Jantung Nasional). Brosur ini berjudul Pengaturan Makanan Untuk Sehat Janutng.
Dengan ritme kerja yg cepat seperti di Jakarta ini, kebutuhan akan pola makan yg sehat sangat penting. Sayangnya kebutuhan ini harus bersaing dengan kuliner-kuliner, yg tidak jarang malah hanya sekedar mengenakan mata, lidah dan perut, dengan kalori dan lemak yg sedap, tanpa mengindahkan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Budaya bangsa Indonesia yg jika tidak makan nasi tidak kenyang, juga menabah kesulitan terbentuknya pola makan yg ideal. Disamping itu gaya hidup yg kurang gerak menyebabkan meningkatnya penakit tidak menular seperti salah satunya penyakit jantung koroner (PJK).
di brosur tsb ditekankan betapa perlunya membudayakan pola makan yg sehat, yg memperhatikan kebutuhan dan keseimbangan gisi, bukan penimbunan dalam tubuh. Salah satu cara dengan Diet Hiperlipidemia.
Apa itu Hiperlipidemia?
Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lemak dalam darah, yg menjadi faktor resiko terjadinya PJK. Diet memegang penting teradap jumlah lemak dalam darah. Lemak adalah salah-satu zat gisi yg dibutuhkan dalam tubuh. Sayangnya pengkonsumsian berlebih dapat merugikan tubuh.
Dalam brosur tsb juga berisi Pedoman Pengaturan Makanan untuk Sehat Jantung, diantaranya:
- Batasi makan daging dan pilih daging rendah lemak. Perbanyak makan ikan di banding hewani yg lain.
- Hindari makanan tinggi kolestrol.
- Pilih lebih sering tahutempe, dan hasil olahan kacang lainnya.
- Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah.
- Batasi makanan dan penggunaan gula, garam, dan hindari pengguaan penyedap rasa serta makanan yg diawetkan dengan garam.
Terdapat juga teknik pengolahan makanan yg dianjurkan, misalnya seperti direbus, dipanggang, diungkep, ditumis, atau dibakar.
Selain diet, penting juga diimbangi dengan berolahraga yg teratur. Pentingnya pola makan yg sehat dan berolahraga sudah merupakan sebuah keharusan dewasa ini. Jangan tunggu nanti, atau saat berumur tertentu, karena nyatanya PJK tidak mengenal usia.
Pesan seponsor, baca juga posting ini.
Sayangi Jantung Anda!
Labels:
kesehatan
Berjudi dengan Maut
Pagi ini masih gelap, mungkin segelap duka.
Pagi ini mama Helmina Endoloe, setelah berjuang melawan maut,
akhirnya harus...
16 Mei 14:21
Te'o terkasih mengalami serangan jantung, akibat penyumbatan pada klep jantung. Dengan segala keberanian sekaligus kepasraan, te'o berjalan menyusuri jurang maut.
16 Mei 17:10
Sayangnya kondisi kritis te'o baru aku tahu sekarang. Saat menyusuri gang panjang RS, menuju ICU, hati ini berdebar cemas. Mungkinkah sampai di sini saja? Ingin rasanya aku ikut panik, tapi apa yg bisa dibuat oleh kepanikan?
Puluhan kabel membentang, mengikat antara te'o dengan kehidupan. Beberapa infus, beberapa monitor, beberapa dokter. Adakah dari beberapa itu yg bisa menjamin te'o terkasih tetap hidup?
16 Mei 19:01
Tensi di bawa 80, rata-rata nadi 170/menit.
Masa penantian...
Hanya bisa menunggu, hanya bisa berdoa. Ini bukan kali pertama aku mendampingi orang yg sekarat. Orang-orang yg bagi aku begitu luar bisa, mungkin terlalu luar biasa. Berdiri diantara hidup dan mati. Seolah mampu menengok maut disebrang sana, misteri yg tersimpan secara pribadi bagi masing-masing orang.
Saat-saat seperti ini, seolah kita sedang berjudi. RS mahal, dokter pintar, obat bagus -- toh tidak ada satupun yg sanggup menjamin sso pasti selamat dari maut. Hanya bisa menunggu, menunggu dadu takdir berhenti menggelinding.
Sedangkan lawan main kita adalah maut. Jika dia kalah, dia akan pergi menunggu di tempat lain. Jika sebaliknya, dia akan mengambil haknya dan menyisahkan jerit duka. Bahkan Sacramento pun hanya bisa menunggu dengan tenang. Lantas kenapa kita harus gundah? Ah iya, karena kita mengasihi orang tersebut, sedangkan maut hanya bagian dari hidup.
Sayangnya dalam berjudi dengan maut, pengalaman aku selalu dipihak yg kalah...
04:10
Terjaga dengan keras, masih menyisahkan kekagetan.
Kali ini aku mau bilang, maut, pulanglah, kamu kalah. Kali ini kemenangan ada di pihak kami. Kamu pasti datang kembali, tapi yg pasti bukan sekarang waktunya.
Bagi teman-teman yg sudah ikut caring dan berdoa, aku ucapkan trima kasih. Sekarang akupun sudah bisa pulang, dan semoga bukan untuk kembali.
Pagi ini mama Helmina Endoloe, setelah berjuang melawan maut,
akhirnya harus...
16 Mei 14:21
Te'o terkasih mengalami serangan jantung, akibat penyumbatan pada klep jantung. Dengan segala keberanian sekaligus kepasraan, te'o berjalan menyusuri jurang maut.
16 Mei 17:10
Sayangnya kondisi kritis te'o baru aku tahu sekarang. Saat menyusuri gang panjang RS, menuju ICU, hati ini berdebar cemas. Mungkinkah sampai di sini saja? Ingin rasanya aku ikut panik, tapi apa yg bisa dibuat oleh kepanikan?
Puluhan kabel membentang, mengikat antara te'o dengan kehidupan. Beberapa infus, beberapa monitor, beberapa dokter. Adakah dari beberapa itu yg bisa menjamin te'o terkasih tetap hidup?
16 Mei 19:01
Tensi di bawa 80, rata-rata nadi 170/menit.
Masa penantian...
Hanya bisa menunggu, hanya bisa berdoa. Ini bukan kali pertama aku mendampingi orang yg sekarat. Orang-orang yg bagi aku begitu luar bisa, mungkin terlalu luar biasa. Berdiri diantara hidup dan mati. Seolah mampu menengok maut disebrang sana, misteri yg tersimpan secara pribadi bagi masing-masing orang.
Saat-saat seperti ini, seolah kita sedang berjudi. RS mahal, dokter pintar, obat bagus -- toh tidak ada satupun yg sanggup menjamin sso pasti selamat dari maut. Hanya bisa menunggu, menunggu dadu takdir berhenti menggelinding.
Sedangkan lawan main kita adalah maut. Jika dia kalah, dia akan pergi menunggu di tempat lain. Jika sebaliknya, dia akan mengambil haknya dan menyisahkan jerit duka. Bahkan Sacramento pun hanya bisa menunggu dengan tenang. Lantas kenapa kita harus gundah? Ah iya, karena kita mengasihi orang tersebut, sedangkan maut hanya bagian dari hidup.
Sayangnya dalam berjudi dengan maut, pengalaman aku selalu dipihak yg kalah...
04:10
Terjaga dengan keras, masih menyisahkan kekagetan.
Kali ini aku mau bilang, maut, pulanglah, kamu kalah. Kali ini kemenangan ada di pihak kami. Kamu pasti datang kembali, tapi yg pasti bukan sekarang waktunya.
Bagi teman-teman yg sudah ikut caring dan berdoa, aku ucapkan trima kasih. Sekarang akupun sudah bisa pulang, dan semoga bukan untuk kembali.
Johanes P
johanesjuda.blogspot.com
fivestroke.blogsopt.com
_____________
This mail sent by Sony Ericsson M600i
Langganan:
Postingan (Atom)