August Rush


Ini juga bukan film baru, pertama kali diputar di layar lebar November 2007. Dan seperti yang saya bilang di posting sebelumnya, ini lah salah satu film yang saya copy dari LAN.

Plot
Mengisahkan seorang bocah bernama Evan Taylor (Freddie Highmore) yang hidup di panti asuhan Walden County. Dia percaya kalau kedua orang tuanya sebenarnya masih hidup. Dia percaya jika musik yang ia dengar dari angin, cahaya, udara, adalah pesan dari kedua orang tuanya. Bahkan saat Richard Jeffries (Terrence Howard) dari New York Child Services Department tiba, Evan menolak untuk diadopsi pemerintah karena dia percaya kedua orang tuanya masih hidup.

Kembali ke 12 tahun sebelumnya, saat kedua orangtuanya bertemu. Louis Connelly (Jonathan Rhys Meyers) dan Lyla Novacek (Keri Russell), adalah dua musisi berbakat namun berbeda genre. Louis adalah seorang keturunan Irlandia, pemain gitar dan vocalist utama sebuah band rock indie. Sedangkan Lyla dikisahkan sebagai celloist berbakat dari Julliard School sekaligus soloist di Julliard Orchestra. Mereka bertemu dalam malam penuh mimpi, seusai konser mereka masing-masing. Hanya satu malam yang penuh arti, penuh gairah, dan penuh cinta; hanya satu malam, dan mereka berpisah. Tapi yang mereka perbuat memiliki arti yang lebih dari satu malam. Louis benar-benar terpukul harus berpisah dengan Lyla dan memutuskan untuk berhenti dari dunia musik. Sayangnya Louis tidak tahu mengenai Evan.

Evan percaya, bahwa orang tuanya tidak mungkin menemukan dia jika ia tetap berada di desa, dia harus pergi ke kota, ke tempat yang ramai, agar mudah ditemukan. Akhirnya dia berangkat ke NYC. Di NYC ia bertemu dengan "Wizard" (Robin Williams), orang yang mempekerjakan anak-anak sebagai musisi jalanan. Wizard melihat bahwa Evan memiliki musical child prodigy sehingga mendaftarkannya untuk sebuah pertunjukan dengan nama panggung "August Rush".

Sayang, sebelum pertunjukan tsb, tempat tinggal mereka digrebek polisi. Sebelum melarikan diri, Wizard sempat berpesan kepada Evan, untuk jangan menggunakan nama Evan Taylor, karena jika ia tertangkap maka ia akan dikembailkan ke orphanage. Setelah itu Evan 'mengungsi' ke sebuah gereja baptis. Di sini sekali lagi ia menunjukan bakat bermusiknya yang luar biasa, sehingga melalui gereja ia didaftarkan ke Juilliard School dengan nama August Rush. Berkat kejeniusannya Evan mendapat kesempatan menjadi komposer sebuah lagu dan perform bersama the New York Philharmonic dalam konser di Central Park.

Dalam konser ini juga mamanya kembali menjadi soloist setelah sekian tahun berhenti berkarier. Sayangnya sebelum pertunjukan tsb, Wizard datang dan mengambil Evan.

(+) Pros
Film ini dihiasi dengan bintang-bintang yang tob, sebut saja Robin Williams, Terrence Howard, Keri Russell, Jonathan Rhys Meyers dan Freddie Highmore. Freddie merupakan favorit saya. Pembawaannya tenang, namun penuh antusias. Tapi sejujurnya kekuatan dan bintang film ini justru berada di balik layar, digembongi oleh Mark Mancina, Music Director.

Mincina bukan orang baru dalam Hollywood, tapi sedikit orang awam yang mengetahuinya. Orang bilang film yang bagus tidak hanya cerita dan alur, tapi melingkupi semua aspek, termasuk musik, dan Mancina - entah sebuah kebetulan atau tidak - selalu berdiri dibelakang film-film boxoffice. Tidak percaya? Sebut saja Speed (1994), Assassins (1995), Bad Boys (1995), Twister (1996), Speed 2 (1997), Tarzan (1999), Training Day (2001), Brother Bear (2003), The Haunted Mansion (2003), dan Shooter (2007). Mana diantara semua itu yang kamu tidak tahu?

Selain Music Directornya, beberapa lagu diciptakan dan didukung musisi-musisi kawakan. Seperti "Someday" yang dikarang oleh John Legend, "Moondance" yang dikarang oleh Van Morrison dan dibawakan oleh Jonathan Rhys Meyers, dan "Raise It Up" yang menjadi nominasi Academy Award for Best Original Song, dikarang Impact Repertory Theatre dan dimainkan Jamia Simone Nash and Impact Repertory Theatre.

Musik yang disuguhkan oleh August Rush merupakan perpaduan yang baik antara orkestra dengan musik moderen. Contoh terbaik datang dari "Bach Break", di mana repetoar ini merupakan 'jalan' pertemuan orang tua Evan. Mincina juga secara apik menggunakan repetoar-repetoar gitar akustik, khususnya dengan suara fingering dan percussion effects. Ini memberikan kesan khusus berupa spontanitas, musikalitas serta kejeniusan. "Bari Improv" dan "Ritual Dance" adalah dua yang terbaik.

Film ini ditutup dengan sangat apik dengan musik eksperimen bergaya New Age, "August's Rhapsody". Repetoar ini dibuka dengan permainan suara pada ujung gelas, bandul yang diputar, dawai cello yang ditabuh. Dipertengahan diisi dengan ritem popies, dan berakhir pada lick ala Yiannis Hrysomallis (Yanni) dan angle voice.

(-) Cons
Kelemahan film ini justru datang dari potongan-potongan yang kurang logis, serta kencendrungan cerita yang lebay (berlebihan). Misalnya saat orang tua Evan bertemu. Hanya dalam satu malam ada kasih yang tumbuh, hanya satu malam mereka tidur bersama, dan hanya satu malam Lyla hamil. benar-benar kisah satu malam. Konyolnya Louis dan Lyla tidur di top roof dan Layla menggunakan pakaian lengkap. Fyi, tidak ada orang sehabis bersenggama menggunakan kembali pakaian lengkap lalu tidur kembali.

Juga saat Evan berada di greja. Dia sudah dapat memenuhi ruangan dengan berbagai partitur not balok, padahal baru lima menit sebelumnya diajarkan membaca not balok, itu pun baru penempatan nada dalam 4th note. Tapi di chart yang Evan buat sudah lengkap dengan rest sign, 8th note dan 16th note. Wow, siapa yang mengajarkan ya?


Kesimpulannya, film drama ini bagus untuk hiburan dan ditonton semua umur. Jangan pertanyakan logis tidaknya film ini, karena musik itu untuk didengarkan, bukan untuk diperdebatkan. All you have to do is listen. Music is all around us.

Ranking A buat film ini.



.

0 comments:

Posting Komentar