Siapa Takut Mati (Hidup)?!!

Barusan saya baca berita disini.

Heran, kok orang beramai-ramai mau mati ya? Memang dipikirnya hebat ya kalo bisa mati? Jagoan gitu kalo bisa mati lebih cepat dari orang lain?

Memang kematian itu masuk dalam urutan lima besar hal yang paling menakutkan bagi manusia -- di antara ular dan berbicara di depan umum -- tapi bukan karena kematian itu menyakitkan. Semata-mata manusia takut mati karena tidak ada yang tahu ada apa di balik kematian. Sudah menjadi kodratnya manusia untuk mengkhawatirkan apa yang tidak pasti baginya.

Contohnya, orang bekerja dan menabung. Saya tidak bilang menabung itu salah, itu keliru. Bekerja dan menabung merupaka bagian dari merencanakan hidup, dan sebagaimana hidup yang baik, perlu untuk direncanakan. Tapi banyak dari kita bekerja dan menabung karena dorongan ketakutan. karena takut besok saya akan hidup susah, makanya saya bekerja; karena takut besok istri dan anak saya tidak makan, makanya saya bekerja; karena takut anak-anak tidak sekolah, makanya saya menabung.

Karena masa depan yang tidak pasti itu, manusia mencoba sedaya-upaya agar bisa menjamin masa depan. Tidak heran kalo polis asuransi begitu laku di negara maju.

Di negara kita?
Buat makan aja susah bos, boro-boro ikut asuransi.

Jadi bekerja, menabung dan ikut asuransi salah?
Tidak, tapi motivasinya keliru. Kalo kita menabur ketakutan dalam tiap usaha dan jerih lelah kita, tentunya yang kita tuai adalah kehawatiran, sekalipun kita sudah punya segalanya. Selain itu tolak ukur kita terhadap orang lain pun adalah 'apa yang kamu miliki atau tidak kamu miliki'. Dan bukannya itu sama saja dengan mati, terpenjara dalam hidup?

Kembali kepada kematian. Karena kematian merupakan rahasia hidup, dan tidak ada yang bisa menjamin apa yang ada di balik kematian, maka kematian menjadi sebuah ketakutan manusia. Tapi jika dibanding hidup, maka kematian itu tidak ada apa-apanya.

Dibutuhkan nyali dan keberanian lebih besar untuk hidup dari pada untuk mati. Dibanding kematian, yang hanya sekali, hidup itu berkali-kali. Belasan tahun yang lalu, ada seorang teman yang berkata kepada saya, lebih baik mati konyol dari pada hidup konyol. Karena mati konyol hanya kekonyolan satu hari, dibanding hidup konyol yang berarti kekonyolan setiap hari.

Hidup memiliki banyak kesempatan dengan berbagai kemungkinan yang berbeda, sedangkan kematian tidak memberikan kita kemungkinan lain. Dengan banyaknya kesempatan dan kemungkinan, maka hidup menjadi lebih susah dari kematian. Dibutuhkan banyaknya usaha dan kerja keras untuk setiap kesempatan dan kemungkinan. Sedangkan dalam kematian tentu tidak ada istilah kerja keras. Jika kamu ingin hidupmu berhasil, maka bekerjalah dengan keras, tapi jika kamu ingin kematianmu berhasil, maka tunggulah dengan sabar.

Mengutip kata Emil Cioran, kita dapat memilih kapan pun ingin mati (maksudnya dengan membunuh diri.red), tapi kita tidak bisa memilih kapan kita ingin hidup. Dan karena kematian itu mudah untuk dijangkau, maka kita harus bertahan hidup sekuat mungkin.

Apa lagi bagi beberapa orang yang sudah memiliki kepastian sesudah mati, yaitu di dalam Kasih Kristus Yesus, maka kematian bukan lagi menjadi momok. Seperti kata Petrus,

Mati adalah keuntungan, dan hidup adalah bagi Kristus




-

2 comments:

Wibowo Kosasih mengatakan...

Mati itu mudah ...
Hidup itu susah ...
Pemberani bagi yang hidup ...

Strong topic.

joh juda mengatakan...

Mungkin karena itu, cuma kamu saja yg ninggalin comment :D

Posting Komentar