Kisah Hidup Michael K

Judul asli: Life and Times of Michael K (1983)
Penulis: J. M. Coetzee
Penerjemah: Ranny Wahyudi
Penerbit: Jalasutra, Desember 2007
Tebal: 246 hlm (192hlm edisi asli)
Format: 12 cm x 19 cm




Hanya sedikit buku terjemahan yang memiliki cover lebih bagus dari aslinya, salah-satunya buku ini. Baik warna, figur dan disain, lebih tepat edisi Jalansutra. Memang cover dalam edisi Vintage Books; New Ed edition, menggambarankan sebuah journey, sayangnya perjalanan yang dilakukan adalah di sebuah benua bernama Afrika, yang tentu saja jarang pepohonan.

Di kisahkan dalam buku ini, seorang pemuda yang lahir di Cape Town, Afrika Selatan, sekitar tahun 1970an, saat terjadi perang saudara. Michael K lahir dengan kemampuan berpikir yang lambat dan cacat bawaan, labioschizis atau cleft lip (bahasa umumnya sumbing). K lahir ditengah-tengah kemiskinan dengan orang tua tunggal.

Masa kecilnya ia habiskan di asrama untuk anak-anak cacat di Huis Norenius, tempat atas biaya negara. Setelah dia dewasa, ia bekerja di dinas Pertamanan dan Perkebunan layanan kota Cape Town.

Saat usianya menginjak 31 tahun, dia pun harus merawat ibunya, Anna K, yang sakit-sakitan. Kalo menurut saya, perhatian dan pengabdian yang dia berikan kepada ibunya, cendrung mengarah ke Oedipus Complek. Anna K sendiri tinggal di sebuah kamar kecil yang diberikan atas kemurahan majikannya. Karena Anna K sudah tidak dapat bekerja apa-apa lagi. Karena kesusahan-kesusahan ini lah, maka Anna K memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, Prince Albert.

Sayangnya tidak semudah itu untuk berpergian saat perang berkecamuk. Dibutuhkan ijin dari pihak keamanan. Sebenarnya ijin sudah mereka dapatkan, hanya saja untuk dua bulan ke depan. Dengan kesehatan Anna K, rasanya tidak sanggup untuk menunggu selama itu.

Pecah kerusuhan di daerah tempat tinggal mereka, dan itu membuat mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Singkat cerita K memutuskan untuk melakukan perjalanan tanpa menunggu surat ijin. Percobaan pertama, K membawa ibunya dengan kereta, namun gagal di pos jaga.

Kali kedua mereka mencoba melakukan perjalanan dengan rute yang berbeda, mengambil jalan yang lebih jauh lagi. Kali ini mungkin bisa di bilang berhasil.

Dalam perjalanan kedua, mereka menghindari jalan utama sejauh mungkin. Tidur di semak dan gorong-gorong untuk menghindari patroli malam. Hujan - kehujanan, panas - kepanasan. Sayangnya fisik Anna K tidak dapat bertahan dalam cuaca yang keras. Di tengah perjalanan Anna K masuk RS. Tidak berapa lama akhirnya meninggal.

Ditengah kebingungan ini, K berusaha membawa abu ibunya menuju kampung halaman Anna K, Prince Albert. Setelah melewati berbagai rintangan (pos penjagaan, bandit yang merampok barang-barang, dan kerja paksa menggali jalan) akhirnya sampai juga di rumah keluarga Visagie, keluarga ibunya di Prince Albert. Sayangnya ternyata keluarga Visagie sudah lama meninggalkan Prince Albert. Kini tanah perkebunan berganti tanah merah yang keras, dan rumah berganti puing rongsok. Untuk sesaat K terpejam, mengenang semua yang sudah dia lalui selama ini.

Setelah mengubur abu ibunya, dia bertekat membangun perkebunan tsb. Bukan karena sebuah kemenangan, melainkan karena sebuah dorongan alamiah (mungkin) dari seorang petani. Sebagai anak-anak bumi, mencoba melahirkan 'anak' dari tanah. Selain itu karena perkebunan itu tidak menunjukan tanda-randa manusia lainnya, dan K bahagia bila merasa hanya sendiri di muka bumi ini. Sayangnya cucu Visagie tiba di rumah itu sebagai seorang pelarian dari tugas militernya.

Selanjutnya mungkin kamu harus membacanya sendiri.

Coetzee begitu pandai mengontrol alur dalam buku ini. Untuk permulaan cerita, alurnya begitu cepat. Dalam satu kalimat, bisa merekap beberapa kejadian sekaligus. Seolah-solah Coetzee ingin mengatakan tidak ada yang istimewa di awal hidup K. Namun selama perjalanan K di padang tandus, juga di kamp Pengungsian, alur begitu lambat, seolah mencoba mencecap setiap makna dari bagian cerita.

Buku ini menyoroti tindakan kekerasan, ketidakstabilan keamanan, kekacauan selama perang, juga masalah pangan dan kesehatan yang biasa terjadi di negara-negara ketiga.

Coetzee memang maestro untuk fiksi moral. Saya termasuk penggemar tulisan dan buku-buku Coetzee. Buku-buku Coetzee yang pernah saya baca selain ini, antara lain Disgrace dan Age of Iron. Buku-buku Coetzee tidak lepas dari masalah sosial, dan moral.

Walaupun buku-bukunya langganan berbagai pengharagaan, Booker Prize bahkan nobel sastra, namun bukan hal yang mudah untuk memahami tulisan-tulisannya.

Tidak terkecuali pun seperti dalam buku Kisah Hidup Michael K, Booker Winner 1983, Book Awards Challenge dan Eponymous Challenge. Awalnya saya berpikir Ranny Wahyudi kurang pandai dalam menginterpretasikan tulisan Coetzee agar enak dan mudah dibaca - sekedar menyadur dari versi inggrisnya. Sayangnya memang kenyataannya buku ini bukan buku yang mudah dicerna.

Ini sebagian dari yang bisa saya kutip dari buku ini (dan sampai sekarang pun saya masih belum mengerti betul pesannya apa),

Kalo mau ia bisa langsung kembali; tetapi dengan resiko dihina kedua kali, ia membantu ibunya kembali ke kereta dan mendorongnya sedalam mungkin, tempat ada jip di parkir di sisi jalan dan tiga orang tentara memasak teh di atas kompor kamping.

Kutipan ini di kutip dari halaman 27-28, paragraf baru, kalimat baru. Entah bagian penyunting yang keliru dalam menggunakan tanda baca, atau memang demikian aslinya.

Review yang lain bisa di lihat disini. Sayangnya dia sendiri tidak selesai membaca buku ini, dikarnakan rasa frustasi dalam membaca Life&Time of Michael K.

Terlepas dari kekurangannya, buku-buku Coetzee, entah bagaimana, memiliki magnet yang kuat. Walaupun 'pesan' susah untuk dimengerti, namun 'kesan' kuat melekat (seusai membaca kisah K, entah kenapa saya merasa kelaparan sepanjang hari, tanpa ingin makan).

Tulisannya memaksa kita untuk berusaha melihat dan memahami masalah-masalah sosial yang terjadi di dunia yang jauh dari arti kemakmuran. Bagi saya, sebuah buku harus lebih dari sekedar kumpulan bab, muara dari ribuan kalimat dan jutaan kata. Sebuah buku harus memiliki pesan yang tetap tinggal bagi pembacanya. Sukur-sukur kalo bisa membawa perubahan yang positif bagi pembaca.

Poor (-)
  • Susah untuk dimengerti
  • bukan bacaan di kala senggang
  • alur yang membosankan
  • bukan sebuah cerita (He's won many awards, including the Nobel prize, and this is a Man Booker winner, but I need more story in my books)
Rich (+)
  • Hanya sedikit buku fiksi moral yang bagus, dan ini yang terbaik

Tidak semua orang mungkin suka membaca buku macam ini, jadi ranking B untuk ini buku.

Ow iya, ini buku fiksi ya, bukan kisah nyata. Soalnya ada situs buku yang justru mengkategorikan buku ini ke Kisah Nyata.

0 comments:

Posting Komentar