Pergilah Bermimpi, Pergilah Tidur

Dengan malam ini, genap sudah dua malam saya skip tidur. Bukan, saya bukan puasa tidur (cek disini mengenai puasa), tapi sepertinya mulai insomnia seperti dulu lagi. Masalahnya, kalo tubuh saya sudah lewat body sleep, sudah bisa dipastikan malam tersebut dilalui tanpa tidur, sampai badan saya cape sendiri.

Masalah berikutnya kalo saya kelelahan, membuat saya semakin susah untuk tidur. Nah loh, jadi kapan tuh tidurnya?

Insomnia menarik pikiran saya untuk kembali ke beberapa waktu lalu, sabelum saya merampungkan membaca Writing at Risk: Interview with the Uncommon Wrtiters, dengan judul Proses Kreatif Tujuh Penulis Pria Terkemuka Dunia dalam terbitan Indonesia -- walaupun dibilang kreatif, sebenarnya para penulis tsb 'hanya' mengandalkan intuisi mereka. Apa? Kamu minta saya review bukunya? Hm saya rasa kamu pasti tidak ingin mendengarnya. Jika membaca buku filsafat membuat kamu bingung dan ngantuk, maka ini 2X lipat efeknya.

Ah, kamu membuat saya jadi berpanjang lebar deh. Jadi intinya saya membaca petikan wawancara dengan E. M. Cioran (dalam buku tsb tentunya), mengenai pengakuannya atas insomnia.

Gagasan dia mengenai tidur, adalah sebuah intrupsi/jedah. Saat sso memasuki kondisi tidur dan tidur sepanjang malam, dapat dikatakan dia akan memulai kehidupan yg baru keesokan harinya -- bukan saja hari yg baru. Dengan demikian sso dapat memiliki masa depan, karena dia berjalan diantara kehidupan baru.

Sedangkan bagi orang yg tidak tidur, saat dia melangkah ke kamar pada malam hari, dan bangun keesokan harinya, semua tetap berkelanjutan, tanpa ada intrupsi/tanpa ada jedah. Sehingga kamu tidak pernah memulai sebuah hari yg baru, sebuah kehidupan yg baru, melainkan hanya mengulang hari kemarin. Selama tidak ada beda dengan malam sebelumnya, maka hidup baru itu tidak akan ada.

Ok, terlepas kamu sepaham dengan dia atau tidak, namun ada sebuah hal yg menarik bagi saya dari gagasan Cioran ini. Apa sih yg membedakan sso yg memulai kehidupan yg baru dengan sekedar melanjutkan? Jika memang yg dia katakan adalah, perbedaan antara orang yg tidur dan tidak tidur, toh setahu saya -- sampai saat ini -- tidak ada orang (mahluk hidup) yg tidak tidur sama sekali dimuka bumi selagi mereka (itu), masih hidup.

Yang menarik menurut saya, justru datang dari bumbu tidur yaitu MIMPI.

Ini yg membedakan antara orang yg tidur, dan insomnia. Untuk sampai pada sebuah mimpi, pengalaman tidur kita harus melewati empat tahap non-REM agar dapat menuju REM (Rapid Eye Movement -- untuk lebih jelas mengenai tidur, bisa klik disini).

Sebuah filosofi yg lebih jauh bukan? Saat sso tidak punya mimpi, sesungguhnya mereka hanya berjalan di tempat, tanpa menuju kemana-mana. Hari mereka akan tetap sama, walaupun sebenarnya hari berganti bulan. Saat mereka tidak tidur (tidak bermimpi), mereka tidak punya masa depan, karena mereka tidak melangkah melewat hari-hari baru, dan sampai pada sebuah tujuan.

Sedangkan bagi orang yg tidur (memiliki mimpi), mereka bangun, dan siap memulai sebuah hari yg baru, kehidupan yg baru -- setiap harinya. Mereka bergerak kedepan, menuju masa depan.

Apa penghalang orang untuk bermimpi? Realistis man?! Loe jangan ngigau di siang hari -- berjalan dalam tidur.

Yup, justru saat kamu bersikap realistis, kamu tidak sedang tidur, kamu sedang sadar dan melanjutkan langkah ditempatmu -- tidak menuju kemanapun.

Mimpi harus digantung setinggi mungkin. Nanti kalo jatuh, sakit dong?? Sesakit-sakitnya kamu jatuh dari tempat tidur, tidak pernah membuat kamu bosan untuk tidur toh. Seharusnya kamu balik, kalo aku mimpi setinggi mungkin, dapat 50% saja sudah lebih baik kan dari pada mimpi kecil-kecilan terwujud 100%.

Masalahnya orang takut dikecewakan -- saat bermimpi yg muluk-muluk, dan dengan yakin berpikir akan mendapatkannya, eh yg terjadi malah sebaliknya. Sehingga orang takut untuk punya mimpi. Lebih mudah melanjutkan hari kemarin, dari pada memulai hari yg baru -- toh hanya melakukan hal yg serupa dengan kemarin kan? Apa susahnya kan?

Orang yg punya pengharapan, seperti jangkar bagi sampan, membuat sampan dapat bertahan dari ombak.

Apa bedanya berhayal dengan bermimpi?

  • Yang paling utama sih, berhayal gak perlu tidur bro, sedangkan mimpi perlu tidur
  • Berhayal mengandaikan masa depan dengan memandang masa lalu; sedangkan bermimpi, kamu memandang masa depan, dan berdiri pada hari ini
  • Berhayal menunggu dengan sabar, sedangkan mimpi harus dibagi agar kamu menjalaninya dengan sabar
  • Berhayal selalu berfokus pada 'aku', sedangkan mimpi itu mengenai 'kamu' (makanya diatas saya bilang harus dibagikan)

Hanya orang-orang yg punya mimpi yg bisa mempengaruhi orang sekelilingnya. Semua orang besar, dimulai dari, "saya punya mimpi...". Jika kamu ingin menjadi lilin kecil yg menerangi lingkunganmu, kamu harus punya mimpi. Untuk dapat bermimpi, maka kamu perlu tidur sahabat.


To accomplish great things, we must not only act, but also dream; not only plan, but also believe. Anatole France

I guess i'll hit the hay!

2 comments:

Wibowo Kosasih mengatakan...

"To accomplish great things, we must not only act, but also dream; not only plan, but also believe."

Wah kata-kata siapa nih? ... powerfull banget ...

Tulisan yang bagus ...
Pertama kamu menceritakan perihal insomniamu, kemudian diselesaikan dengan mimpi ...
I like it ...

Cheers

joh juda mengatakan...

Kalo gak salah quote dari Anatole France. Nanti ta edit lagi postingnya, waktu itu gak tahu jg quote siapa.

Posting Komentar