Kenapa?Kenapa?

Sebelumnya, saya mau mengawali posting dengan pertanyaan. Kenapa dolar bisa sampai IDR12000? Apa yang salah dengan kita? Kita krisis dolar naik, Amerika krisis, dolar tetap naik. Kapan rupiah bisa IDR2500/dolar?? Selain itu kapan BBM turun?!! Sekarang kan minyak bumi sudah turun?!

Ok, itu gak perlu di jawab. Biar menteri keuangan kita dan wakil presiden kita yang menanggapinya. Bicara mengenai BBM, saya rasa alasan pemerintah tidak menurunkan karena dianggap masyarakat masih tetap mampu membeli. Buktinya, tidak ada laporan penurunan yang signifikan terhadap penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta prihal kenaikan BBM terakhir (percayalah ini bukan judul skripsi). Macetnya tetap sama, sembrawutnya tetap sama. Yang beda hanya lebih mahal aja kalo ke SPBU.

Tapi kalo masalah kendaraan pribadi yang tidak berkurang pasca kenaikan BBM, saya rasa karena gaya hidup metropolitan. Saya masih ingat obrolan saya dengan teman beberapa waktu lalu.

'Sori nih, gw harus balik dulu. Mau buru-buru pulang soalnya sudah mendung'

'Loh, kan bawa mobil, Yud. Jadi gak masalah kan kalo hujan?'

'Enggak. Gw naik kendaraan umum'

'Memang mobilmu lagi di bengkel ya?'

'Gak juga. Gw memang lebih sering naik kendaraan umum, terutama ojeg kok'

Dan obrolan kami diakhiri dengan wajah keheranan kawan saya. Dia bukan satu-satunya orang yang berpikir demikian. banyak dari teman-teman saya yang juga tidak kalah herannya jika melihat saya lebih memilih menggunakan kendaraan umum ketimbang kendaraan peribadi. 'Untuk apa pake kendaraan umum kalo ada kendaraan pribadi?'

Kenapa kita harus menggunakan sesuatu hanya karena kita punya? Bukan kah itu mobil saya? Maka sudah seharusnya saya yang mengaturnya kapan di pakai, bukan mobil saya yang mengatur saya. Ini dasar pemikiran dari gaya hidup kosumtif. Objek menjadi subjek, sedangkan subjeknya menjadi objek. Bukan apa yang uang saya bisa lakukan buat saya, tapi apa yang saya bisa lakukan dengan uang saya.

Akhirnya bukan kita yeng mengontrol kepunyaan kita, tapi malah kita yang dikontrol. Kita belanja karena kita punya uang, kita makan karena kita punya makanan, dan kita tidur karena punya tempat tidur.

Maka tidak heran seseorang diukur karena dia punya sesuatu, dan bukan karena dia melakukan sesuatu; karena benda yang melekat pada kulitnyanya dan bukan yang melekat pada otak dan hatinya.

Satu contoh bisa kamu lihat pada iklan Jahe, salah-satu produk pemutih kulit. Sori saya ralat, nama produknya Ja Hwah. biar saya bantu kalo kamu tidak tahu yang mana iklannya. Jadi iklan tersebut dibuka dengan komentar para laki-laki mengenai wanita yang cantik itu seperti apa. Salah-satunya berkata bahwa cantik itu putih, dan putih itu cantik. Dan bahwa kulit putih adalah citra kulit asia.

B e g o ! !

Kalo saya jadi wanita, sudah saya tuntut iklan tersebut ke Lembaga Perlindungan Konsumen! Itu namanya perusakan citra wanita Indonesia. Tolong diralat, bahwa kulit asia itu tidak selamanya putih. Lihat Malaysia, Filipina, Bangkok, atau malah India, Pakistan, atau mungkin lupa sodara kita yang di Irian, Maluku; citra kulit asia itu bukan putih! HELO??!

Yang ironis, kalo kamu pergi ke Indonesia timur, baik itu Maluku, Irian, NTT, maka produk yang paling banyak dikonsumsi, baik cowo maupun cewe adalah pemutih kulit. Semua orang di sana berlomba-lomba membeli pencuci muka dengan pemutih, pelembab dengan pemutih, sabun pemutih, dengan tujuan memutihkan kulit mereka. Padahal satu-satunya cara untuk membuat kulit seseorang putih adalah dengan cara operasi pigmen seperti yang sudah dilakukan oleh Michael Jackson.

Itu tidak lucu kawan, sangat tidak lucu. itu membuat gw menangis. Mereka dengan rela hati termakan strategi marketing jahat; bahwa putih itu cantik. padahal semua ini hanya soal profit dan profit. Tapi justru ini merusak sebuah generasi mengenai gambar diri mereka.

Yang saya heran kenapa tidak ada satu pun wanita yang menuntut setelah dihina seperti itu? Kenapa dihina? Jelas karena kalian, para wanita, hanya dianggap cantik berdasarkan kulit kalian, berdasarkan rupa kalian. Kalian mau sekolah setinggi apapun, pandai dan cakap melakuakn segala sesuatu, pada akhirnya yang dilihat hanya warna kulit kamu?

Kita hidup pada abad 19 atau 21 sih?? Kenapa warna kulit masih menjadi tolak ukur kebaikan??

Saya jadi ingat kata teman ayah saya sewaktu masih di Bogor, 'furnitur semakin mengkilap, semakin murah harganya'.

5 comments:

Anonim mengatakan...

aduh joe..pk kata 'perempuan' dong.. jgn 'wanita'.. konotasinya jelek dr bhs jawa T.T

sebaga cewe, gue rajin nonton iklan (oke, ga nyambung). salah satunya iklan yg u bilang ntu... Gue sempet keki dengan "cantik itu putih", krn gini2 walaupun gue pny kulit putih lantas idup gue ga lgs tenang. Kenapa? krn banyak org2 (baik itu cewe maupun cowo) yg narik tangan gue buat dibanding2in sama kulit mereka. Dan lgs mengacu pd konotasi, "Ah elu keturunan cina sih!" =__=. annoying bgt.

Ttg penuntutan iklan tsb yg menyesatkan masyarakat pd umumnya, gue setuju berat yud!!! isu kulit yg mengarah pd isu ras membutakan mata masyarakat, putih, item, coklat.. apa bedanya? yg beda itu tingkat intelektualitas dan kepercayaan diri seseorang. Dan kpd perempuan2 diluar sana.. seharusnya mereka dpt lbh mencintai dirinya sendiri.

Such a shame. =___=.

joh juda mengatakan...

Hi Yess, pie kabarnya? Sudah lama nih gak berteugr sapa. Gw jg sudah jarang main ke blog loe, soalnya gak bisa ninggalin pesan sih. Jadi susah kalo mau menghina-dina loe lol

Jistru bukannya lebih sopan disebut wanita dari pada perempuan? Kalo wanita statusnya lebih terhormat. Itu sih dulu kata temen gw yg cewe. Soalnya gw suka ditegur kalo pake kata perempuan.

Loh, memang loe mau keturunan apaan Yess?? Udah cina aja loe hahaha *maaf, no rasis*

Ok, kalo loe setuju, sebagai anak hukum sepertinya loe pantas untuk memasukan berkasnya ke pengadilan tinggi negri jakarta. Kabari gw ya kalo sudah loe ketik berkas tuntutannya. Sip dah.

Anonim mengatakan...

Untung gue cina.
Hmmm. Tapi...



...gue emang pasti suka cewek putih di atas segala-galanya.

joh juda mengatakan...

@Yosu
Haha itu masalah selera aja Yos. Tapi kalo warna kulit dijadikan tolak ukur dalam menilai kecantikan/kebaikan, itu yang 'gak cuma masalah'.

seLvyna tHeresia mengatakan...

yang cantik itu adalah cewek yang punya id "si cantik"

Posting Komentar