Saat Joe (kembali) Ngomong Cinta

Sudah pernah saya singgung, bahwa saya jarang ngomongin cinta di blog ini. Kenapa? Karena pertama, ini rumah jejaka (emang loe masih perjaka Joe??), dan kedua saya belum punya pacar. Kalo sudah punya pacar juga mungkin jadinya bukan rumah Joe lagi, 'melainkan rumah kami'.

Tapi kenapa untuk ke dua kali saya ngomong tentang cinta di blog ini? Salahkan Benny untuk hal ini. Hari Minggu kemarin, saya bertemu Benny di Dante. Kali ini lebih ramai, bersama istrinya, Onik; teman kerja Benny, dan adik saya, Richard.

Sebenarnya ini tidak dijadwalkan, karena bisa dibilang mepet dengan jadwal ibadah saya. Tapi itu lah yang disebut nasib; untung tak dapat diraih, malang jauh dari Jakarta. Saya kurang begitu tahu bagaimana awalnya, tapi seperti biasa, kami selalu ngomongin cewe.

Kembali ke status single saya. Awalnya saya cukup puas dengan ke-single-an saya, hanya saja berat untuk tetap dalam status tersebut jika sambil berteman dengan Benny. Pertama, karena obsesi Benny adalah menjodohkan orang, alias makcomblang (walaupun menurut pengakuan beliau sekarang sudah tidak segencar dulu). Kedua, karena melihat Benny dan istrinya membuat gw sirik kuadrat pengen cepet-cepet punya cewe!

Masalahnya adalah saya orang yang mungkin bisa dibilang terlalu memilih. Kalo kamu mengagumi Wulan Guritno, Dian Sastro, Asmiranda, atau Catherine Zeta Jones, berarti kita setipe. Ok, saya sadar, tampang saya memang gak semaco Brad Pitt, maka dari itu saya gak naksir Angelina Jolie.

Saya suka wanita yang pintar - walopun IQ saya di bawa 100, wanita yang cerdas - walaupun sewaktu kecil saya butuh dua hari untuk mengeja kata c-e-r-d-a-s dan sampai sekarang pun mengucapkannya tidak sempurna, karena cadel, wanita yang menyenangkan dalam bertukar-pikir - walaupun saya hanya menyenangkan bagi orang lain bila tidur, stabil dalam emosional - kalo yang ini saya cukup stabil bila memaki pengendara motor, kuat secara mental dan sekaligus cantik walaupun mental dan tampang saya tidak lebih baik dari Tukul 'Empat Mata'.

Eniwei tidak hanya saya saja, semua dari kamu pun punya kriteria terhadap pasangan idaman - itu bagus, karena yang sudah punya kriteria bagus saja sering kali tidak mendapatkan yang terbaik, apa lagi yang tidak punya kriteria kan? Namun pada kenyataannya ini semua hanya faktor pesona, dan bukan penyebab seseorang mencintai lawan jenisnya.

Beberapa tahun lalu, semasa kuliah, saya pernah bertanya pada pacar sahabat saya. Sahabat saya wanita, dan saya penasaran kenapa pria tersebut mau berpacaran dengan sahabat saya. Errr kok terdengar seperti sahabat saya ini aneh untuk dipacari ya? Perlu diluruskan bahwa tidak ada yang salah dengan sahabat saya, sungguh. Yang salah adalah kosakata saya yang buruk. Maklum sampai sekarang saya tidak bisa membedakan antara inplisit dengan sifilis.

Jawaban pacar sahabat saya ini adalah, 'semuanya! Gw jatuh cinta sama dia yud, karena bawelnya, karena cantinya, karena gendutnya, pokoknya semuanya deh!' Sounds romantic hu?

Pernah dengar itu dari pacar kamu? Itu berarti ada dua kemungkinan: ia sedang berjanji menyayangimu, atau bisa jadi dia sedang membohongimu. Saya yang masih bocah bau kencur saat itu pun tahu, itu bullshit! Bahasa halusnya mah b u l l s h i t . . .

Tidak ada yang namanya cinta kalo kamu belum menikah, dan melampaui 7-10 tahun masa pernikahan. Alasannya, karena sebelum kamu menikah (biar sudah pacaran 5 tahun kek, atau 10 tahun kek - tapi kalo sudah di atas itu mah keterlaluan), yang kamu kenal hanya 1/3 dari orang tersebut. Sisanya setelah kamu menikah. Mengutip quote saya sendiri,

Pernikahan itu seperti ini: sepuluh tahun sebelumnya kamu akan berkata bagaimana mungkin menjalani hidup dengan dia; dan sepuluh tahun setelahnya bagaimana mungkin menjalani hidup tanpa dia


Cinta itu komitmen; jadi sebelum komitmen itu teruji, jelas bukan cinta dong namanya? Sedangkan yang bisa menguji komitmen adalah waktu dan masalah. Yang setuju angkat tangan, yang gak setuju boleh angkat kaki dari blog saya.

Lantas kita pacaran lalu menikah atas dasar apa kalo bukan cinta?

Ok, perlu ada terminologi dan kronologi yang jelas dalam hubungan. Hari Minggu kemarin, di Kabar Pagi TvOne, temanya adalah Kursus Menaklukan Wanita (sejujurnya, itu acaran paling tolol yang gw pernah lihat). Karena kemalasan keterbatasan halaman, saya simpan membahas acara itu untuk posting yang lain. Di sana disebutkan sebelum kita pacaran, ada yang namanya PDKT, dan yang bisa membuat kita PDKT adalah pesona. Pesona itu yang membuat kedua orang atau salah-satunya tertarik.

Seperti kriteria yang saya sebutkan sebelumnya, itu bisa dibilang adalah pesona wanita yang tidak mudah untuk saya abaikan. Pesona itu apa yang terlihat, tapi bukan berarti yang sebenarnya. Misalnya pesonanya adalah pintar dan cerdas, namun bukan berarti bijaksana. Pesonanya menyenangkan dalam bertukar pikiran, namun bukan berarti pandai menjaga perasaan. Pesonanya adalah cantik, tapi bukan berarti anggun. Bahkan sekalipun pesonanya adalah jujur, bukan berarti benar.

Saat seseorang saling tertarik, maka sebuah 'transaksi' dimulai. Saya mengharapkan tujuh pesona di atas dari kamu, apa yang kamu harapkan dari saya? Saat saya bisa memberikan kriteria yang kamu inginkan, saat itu kita deal untuk berpacaran. Namun saat transaksi tersebut tidak sesuai dengan harapan salah-satu pihak, maka transaksi pun batal. Kecuali kalo saya bisa memberikan kompensasinya.

Maka ada benarnya bahwa kita bisa mencintai siapa saja, karena diatas kertas kita bisa berkomitmen dengan siapa saja. Masalahnya adalah, berkomitmen dengan orang yang kita tertarik dan sayangi masih bisa terancam bubar, apa lagi berkomitmen dengan orang yang tidak kita sayangi?

Yup, hanya sesederhana ini saja kok yang namanya hubungan. Yang membuatnya rumit karena ada perasaan yang bermain di dalamnya. Atau mungkin juga karena saya cowo sehingga berusaha merasionalkan cinta. Bisa jadi kalo kamu cewe, kamu akan mengemosionalkan cinta.

Mungkin selama ini alasan saya masih single, karena terlalu meminta banyak kriteria tanpa sadar bahwa diri sendiri tidak seideal itu untuk wanita tersebut. Hm sepertinya saya tahu kado apa yang pantas untuk saya hadiahkan kepada diri saya menjelang Natal nanti; sebuah cermin.

3 comments:

seLvyna tHeresia mengatakan...

10 tahun selanjutnya lagi apa? bagaimana mati bersama dia? kok kayak sinetron2 keluaran multivision siiiihhhh....

setiap cewek yang baca postingan ini pasti bakal mikir "okey,, gue tantangin lo... pengen lihat, pada akhirnya nanti lo dapet cewek yang gimana... ;)"

Wibowo Kosasih mengatakan...

Ah ... akhirnya inget juga tuh. And you put it on Blog ... Hehehe ...
Sering sering ketemuan Joe, biar dapet pencerahan lagi buat posting blog.

joh juda mengatakan...

@Selyv
Selvy itu paling pintar bikin posting gw terlihat buruk di mata cewe-cewe...

@Benny
Sepertinya demikian Ben. Gw jg sekalian mau nanya gimana caranya block comment dari sso...?

Posting Komentar