Filosofi Bercanda

Berapa banyak orang yang sudah membuat kita diam seribu bahasa, atau malu tujuh rupa?

Dan di akhir perbuatannya, mereka hanya berujar, 'just kidding man!' *sambil ketawa-ketiwi pengen ditonjok*. Mungkin memang benar hanya goyon, tapi situasinya kurang tepat (candain orang yg habis di putus), atau kitanya memang lagi sensitif (diliatin aja udah ngambek, apa lagi diajak ngomong), atau malah mungkin bercandanya tidak serius.

Dulu, sewaktu SMU saya sering berkata, kalo bercanda tuh yg serius, jangan main-main *dengan sikap seorang guru sambil nunjuk-nunju pake penggaris* (ya gak lah!). Mungkin seperti temen-temen saya, anda berpikir bahwa saya ini seorang yg sangat aneh. Tidak pernah tertawa, berkaca mata tebal, yg selalu berjalan dengan cepat, menunduk, sambil berpikir teori relatifitas bisa dibuktikan dengan Quantum.

Ok memang saya sering memikirkan teori relatifitas tiappelajaran fisika, berjalan dengan cepat kelo sedang buru-buru, sambil nunduk karena malu kalo terlihat lagi belekan, juga berkacamata tapi tidak tebal, sedang-sedang saja. Dan yg paling penting saya senang tertawa. Kata orang bijak tertawa itu sehat. Tapi tertawa tanpa sebab itu pasti karena gw lupa minum obat.

Contoh, kalo kita ganti kata bercanda dengan kalimat mengerjakan yg lain seperti kalo nyetir tuh yg serius mas, jangan main-main, dapat disimpulkan menyetir bukan utk main-main. Tujuan menyetir, adalah membawa kendaraan + pengemudi + penumpang + bawaan sampai ditempat tujuan dengan baik. Mmemang saat ini sudah banyak pergesaran fungsi dari menyetir itu sendiri, tapi kira-kira demikianlah fungsi yg diharapkan dari luluhur kita yg telah menciptakan kendaraan.

Dengan contoh yang nyerempet gak nyambungnya ini, dapat disimpulkan bercanda itu merupakan pekerjaan yg serius. Ada profesinya. Makanya itu gak heran ada orang-orang di bayar untuk membuat orang lain tertawa dan terhibur (walaupun ternyata gak lucu). Sama seperti profesi pengacara (dibayar utk membebaskan tertuduh, walopun gak jadi bebas), dan dokter (dibayar utk menyembuhkan orang, walopun gak sembuh, bahkan ironis, mati pun bayar).

Tujuan dari bercanda kira-kira, membuat orang lain tertawa, menghibur, mencairkan suasana, menyegarkan suasana, mengakrabkan hubungan, mempermudah pembicaraan. Sayangnya banyak dari kita tidak benar-benar bercanda. Kebanyakan, bercanda hanya untuk membuat diri sendiri (dan gangnya) tertawa atau senang, sedangkan yg lain justru merasa tidak terhibur, bahkan tersinggung. Bahkan yg parah, bercanda digunakan utk mempermalukan sso.

Nah yg kek gini-ini nih yg saya maksud tidak serius dalam bercanda -- bercanda untuk memperdayai orang. Acap kali kita melontarkan guyon, untuk menghina sso, atau sesungguhnya menjatuhkan dia sambil berlindung dibalik kata-kata, 'just kidding' (hayo ngaku loe?!). Dari yg motifasinya hanya untuk lucu-lucuan diri sendiri (loe pikir lucu?!) sampai memang ingin mempermalukan orang tsb di depan umum -- percayalah, ada orang-orang yg melakukan ini demi bisnis, popularitas dan bahkan cewek.

Saya sendiri pernah menjadi korban dari bercanda yg tidak bertanggung jawab ini. Salah-satunya terjadi beberapa tahun yg lalu. Setidaknya saya masih ingat, karena sempat shock, dan karena yg bicara saya anggap punya kredibilitas utk tidak melakukan hal itu. Tapi saya cerita bukan karena masih dendam loh. Semata-mata ini hanya sebagai contoh.

Sebut saja orang ini A. Si A ini saat itu berpacaran dengan teman dekat saya, yg kita sebut saja B. Kami satu mobil sedang muter-muter kota, yg kita sebut saja kota C, dengan mobil D (hehehe variabelnya banyak pisan yak).

Lagi asik muter-muter kek helikopter E, menggunakan mobil D, di tengah kota C, tercetuslah sebuah pembicaraan berandai-andai. Kira-kira beginilah isi pembicaraannya:
  • A: eh Yud, tadi kami ngbrol-ngbrol mau punya anak berapa. Loe mau punya anak berapa?
  • gw: dua aja cukup, biar menyukseskan KB
  • A: gw juga gak mau banyak-banyak, apa lagi nih B juga bakalan mau jadi wanita kerier
  • gw: cie cie, wanita kerier euy!
  • B: iya, nanti gak keurus kalo banyak-banyak Yud. Eh nanti kalo gw punya anak, nitip di rumah loe aja ya Yud? Loe kan orangnya sabar <------nambahin sendiri
  • gw: wew, yg bikin siapa yg ngurus siapa?! Ogah ah! Nanti anak-anak loe pada gak ngenalin siapa orangtuanya. Ada nanti pas kalian ngambil, anak loe ngomong ke gw, 'pa siapa tante ma om itu?' . Brabeh kan?!
  • A: gak lah, ada juga anak gw bakalan ngomong, 'pa, takut! Siapa tuh om item bangat kek aspal??!' sambil lari-lari ke gw *ngkak sendiri*


Wew keren bangat tuh ngomongnya! Kalo gak ada si B, sudah gw jadikan ban mobil gw si A! Iye tau gw item, tapi gak sama seperti aspal yak!

Saya sangat-sangat tidak bermasalah dengan guyon tsb. Cuma siapa pun tahu apa tujuan dari candanya dia. Sempat sih terbersit utk membalas, 'eh, biar gw item, loe naik mobil gw nih!! Mau gw turunin di jalan loe??' Hehehehe. Tapi karena saya baik hati dan tidak sombong, juga cukup penghargai si B, saya anggap angin aja (speak w/ my hand plizz), lagi pula hanya anjing aja yang bales mengigit. Gw kan kambing! Eh, sori Dit. Iya, hanya loe kambing seo di dunia ini.


Mungkin terlihat biasa bangat, atau hal yg terlalu dibesar-besarkan. Cuma kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang telah kita lakukan kepada hati sso dengan kata-kata kita. Lagi pula jika mau jujur, tidak ada orang yg menganggap lucu saat dirinya dijadikan bahan tertawa orang lain, apa lagi fisik mereka.


Mulai sekarang berhentilah menjadikan fisik orang lain sebagai obyek guyon anda, karena anda tidak pernah tahu mereka benar-benar menggap hal itu lucu atau sebaliknya. Dan berhentilah bercanda jika tujuan anda sebenarnya untuk mempermalukan seseorang, karena pasti anda akan berakhir seperti salah-satu anggota serimulat. Jika ada orang yang ingin anda tertawakan, mulailah dari diri anda sendiri.


Orang yang cerdas terlihat dari cara berpakaian, dan bagaimana dia membuat orang lain tertawa.

0 comments:

Posting Komentar