Kepercayaan

Sewaktu saya searching buat nulis blog ini, saya ada lihat pic (dapat dari sebuah forum) yang bikin bulu tengkuk saya merinding, dan darah di kepala rasanya berhenti. Gila deh nih yang foto! Bagi yang penasaran bisa di lihat disini, disini, dan disini (Ini orang ya, bukan boneka!). Tapi dimohon dengan sangat, bagi cewek, sebaiknya gak usah lihat, kalo gak mau berhenti kerja dan pingsan. Sueer!!


Ok, topik kali ini tentang KEPERCAYAAN.

Butuh seratus kejujuran untuk memprolehnya, namun hanya butuh satu kebohongan untuk kehilangannya.

Harga sebuah kepercayaan terlalu mahal sekarang ini. Ini seiring dengan kita jumpai prasangka dan kecurigaan, khususnya ditengah kota-kota besar seperti Jakarta. Tentunya rasa curiga tidak serta-merta muncul begitu saja tanpa sebab. Prasangka dan curiga timbul dari kepercayaan yang dinodai dan dikhianati.

Sebagai manusia yang hakikih, manusia cendrung lebih mudah mempercayai dari pada meragukan sesamanya. Mempercayai, pada dasarnya lebih mudah karena kita tidak perlu berpikir muluk-muluk, dan hanya menerima perkataan orang tsb -- tidak membuat kita lelah secara mental.

Contohnya, sewaktu pertama kali saya pindah kos ke daerah Cempaka Mas, saya berkomentar ke pemilik kos kalo disana situ susah mencari tempat makan. Dia membantahnya dengan merekomendasikan tempat makan pecel lele yang enak. Dia bilang menu bebek goreng pecel lele tsb enak. Btw saya juga bingung, kenapa tempat makan seperti itu selalu dibilang warung pecel lele, padahal kan gak hanya jual lele aja. Ada ayam, ada bebek, burung. Harusnya warung 'pecel lele, ayam, bebek dan burung' kan?

Lanjut. Awalnya saya tidak gubris, karena biasanya orang mudah merekomnedasikan makanan, padahal mereka sendiri tidak tahu dengan pasti makanan yang enak itu seperti apa. Apa lagi orang indonesia. Asal murah dan perut lapar, makan apa juga enak (apa lagi kalo ada kesempatan, gaji buta juga ikut dimakan). Namun setelah disinggung untuk kedua kalinya, plus pembenaran dari cewek-cewek anggota kos yang lain (biasanya kan cewe kritis soal makanan), saya jadi penasaran, seenak apa sih tuh bebek?

'Kamu mesti nyoba tuh bebek goreng yang diujung jalan. Enak bangat! Murah lagi! Cuma harap maklum, yang jual agak tuli, jadinya perlu agak keras ngmongnya. Kalo perlu teriak aja, gak apa-apa kok. Gak nyesel lah dibanding rasanya'.

Teringat wejangan pemilik kos dan anak kos yang lainnya saat menuju tempat makan tsb. Setibanya saya di tempat makan tsb, saya bergegas duduk. Ibu yang punya kos berdiri diseberang meja diam menatap, menunggu pesanan. Setelah sekilas melihat menu, saya memesan... dengan nada yang keras, 'BU BEBEK GORENG SATU YA, PAKE TEMPE'

Ibu tsb terperanjat. Masih dengan keheranan ia mengangguk, sambil berlalu ke wajan besarnya. Saya sendiri sempat kaget. Jangan-jangan dia gak tuli lagi??

Karena masih penasaran, saya coba ngomong lagi, memesan minum. Jarak kami cukup jauh, sehingga kali ini saya setengah teriak, dan itulah kesalahan saya....

'BU, ES TEH MANISNYA SATU YA...'

Semua yang ada -- ibu tsb dan orang-orang yang makan, menoleh ke arah saya dengan muka berkerut.

'es-nya sedi k i t a j a b u . . . . ' sambung saya setengah berbicara

'Iya de' jawab ibunya sambil tersenyum.

Itu ibu gak tuli. Dan bebeknya alot.


Sayangnya seiring dengan kekecewaan demi kekecewaan yang kita terima, justru meragukan dan mencurigai seseorang terlihat lebih mudah untuk dilakukan ketimbang sebaliknya. Sehingga mahal lah sebuah kepercayaan itu. Besernya kekecewaan tsb tergantung dari seberapa besar harapan atau kepercayaan yang kita letakan pada seseorang.

Sebenarnya kepercayaan yang dikecewakan masuk dalam kategori kejahatan, dan seperti layaknya kejahatan, dapat di tuntut di meja hijau. Sayangnya yang bisa dituntut masih sebatas pada akibat kerugian secara langsung, baik materi maupun imateri. Jadi kalo kamu ditipu sama pacar kamu yang ngakunya masih bujangan ternyata sudah punya anak dua, kamu tidak bisa menutut dia, paling tidak sampai saat ini.

Tapi kalo kamu kehilangan harta kamu akibat kepercayaan yang kamu berikan kepada sso disalahgunakan, kamu dapat melaporkannya bahwa kamu telah ditipu.

Ngmong-ngmong soal tipu-menipu, ini ada link daftar orang-orang atau nickname penipu yang dipakai di dunia maya. Bisa cek disini.

Saya sendiri pernah penipu orang. Eh kok kesannya menipu itu identik dengan kriminalitas ya? Maksud saya, saya sendiri pernah mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan kesaya, dan sering dikecewakan juga dengan kepercayaan yang saya berikan kepada orang lain (sebenarnya kita ini hanya lakon yang saling menipu lakon lain).

Saya pun akan berbagi beberapa tips untuk orang yang sudah/pernah/akan dikecewakan kepercayaannya (tertipu) oleh orang lain, yaitu:
  1. Di kecewakan itu manusiawi. Yah namanya juga masih manusia, belum ada yang sempurna. Maafkan lah orang tsb; itu sebuah pintu untuk melepaskan sakit hati dan dendam di hati, karena hidup ini terlalu berharga dihabiskan untuk mendendam.
  2. Memang tidak mudah untuk mempercayai orang kembali, tapi kita perlu mempercayai sso agar kita pun dapat dipercayai oleh orang lain.
  3. Pikirkan juga bahwa mungkin kamu dapat mengecewakan mereka, sehingga kamu pun sadar, kamu bukan orang yang sempurna dalam hal ini.

Selain itu, tentunya ada juga kiat-kiat buat orang-orang yang sudah/pernah/akan tidak dipercaya lagi (menipu), namun kamu mau bertobat, yaitu:
  1. Berusahalah membuat orang percaya kembali sama kamu dengan tindakan bukan dengan kata-kata. Bukan kah perbuatan berbicara dua kali lebih keras dari sekedar kata-kata?
  2. Memang tidak menyenangkan tidak dipercayai oleh sso, tapi itu memang resiko dari perbuatanmu, maka tanggunglah. Saatnya nanti akan tiba, dimana kebohonganmu akan lunas dengan kejujuran demi kejujuran yang sudah kamu tabur.
  3. Orang terdekatmu selalu dapat dipercaya, bahkan sekalipun mereka sudah kamu bohongi, namun mereka tetap menyayangimu. Mereka menerima kamu apa adanya, karena mereka mengasihimu.
Bagaimana kiat agar kita tidak salah manaro kepercayaan?

Nah, kalo yang ini susah, karena semakin hari para 'penipu' itu semakin pandai. Saran saya sih, selalu lebih mempercayai tindakan dari pada sekedar omongan, juga percayai hatimu sendiri. Dan terakhir dan yang terpenting, yaitu untuk selalu waspada! Waspadalah! WASPADALAH!

0 comments:

Posting Komentar