Tekad dan Kesungguhan Hati

Hari Minggu kemarin, saya sempat ngobrol dengan seorang aktivis greja, di sela-sela pelayanan. Obrolannya, seputar pekerjaan; latar belakang pekerjaan om tsb, kerjaan saya, dan menyinggung mengenai penulisan buku.

Inti obrolannya adalah, selagi masih muda, kerjakan apa yg kamu suka, dan pelajari apa yang kamu suka. Jangankan pikirkan untung-ruginya, termasuk gaji atau uang yang didapatkan. Pikirkan saja, bagaimana melakukan yang terbaik dari apa yang kita lakukan saat ini.

Tujuannya apa? Gak beda jauh dengan yang pernah saya singgung juga di beberapa posting saya di blog ini, agar kita menjadi sempurna di dalam penciptaan. Kalo mengambil kalimat om tsb, agar kita bisa tersenyum puas dengan apa yg kita kerjakan saat kita meninggal nanti.

Sebenarnya juga bukan hasilnya yang membuat kita bangga, namun tekad, dan kesungguhan hati saat menjalaninya. Hasil dari proses tsb adalah reward-nya, dan uang yang (mungkin) kita trima adalah bonusnya. Sedangkan prosesnya, ada kepuasan.

Jika uang yang kita cari dalam pengembaraan kita di dunia, saat kita menutup mata, dan mengingat seberapa banyak uang kita, toh akhirnya uang tsb kita tinggalkan. Dan berani bertaruh, uang tidak akan membuat kita menutup mata dengan senyum.

Jika keberhasilan demi keberhasilan yang sudah kita pegang untuk membuat pengembaraan kita berakhir dengan lega, itu pun saya rasa bukan. Kenapa? Karena sebanyak keberhasilan yang sudah kita tuai, di belakanganya lebih banyak lagi kegagalan yang mengiringinya.

Saya sendiri merupakan orang yang jarang gagal, atau paling tidak itulah yang saya yakini, sampai tibalah tahun lalu. Buat saya, tahun lalu adalah lembah kegagalan saya; lembah terjauh yang pernah saya lampaui.

Tapi saya belajar banyak; bahkan kegagalan pun merupakan guru bagi orang yang berlapang dada. Justru dengan kegagalan, membuat saya menyadari bahawa saya manusia, dan bahwa saya membutuhkan Tuhan atas hidup saya.

Kesungguhan hati.

Menurut saya, ini lah yang membuat kita tersenyum akhirnya saat menutup mata. Saat kita sadar setiap hari kita lalui dengan kesungguhan hati, tidak ada kesia-siaan dalam hidup kita. Bahkan saat kesia-siaan tsb mengajarkan sesuatu untuk kita, kesia-siaan kembali menjadi kepingan yang berharga dalam hidup kita.

Bahkan sekalipun kamu hanya memungut gelas plastik, atau menyapu jalanan yang esok kembali kotor, itu pun akan jauh bernilai saat kita melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Ok, saya memang tidak bisa menjamin dengan kesungguhan kamu tidak kelaparan, atau kamu tidak kekurangan uang. Hal tsb pasti (kemarin, sekarang, atau besok) akan kamu rasakan. Tapi, mati dengan perut kenyang tanpa hasrat, bukan impian dari kita bukan?

Tanamkan tekad, dan lakukan dengan sungguh hati, maka hari ini -- bukan besok -- kamu akan sudahi dengan perasaan puas.

Ow iya, sampai sekarang saya belum sempat menanyakan nama om tsb.

1 comments:

Anonim mengatakan...

"...kerjakan apa yg kamu suka, dan pelajari apa yang kamu suka. Jangankan pikirkan untung-ruginya, termasuk gaji atau uang yang didapatkan..." <-- JLEB! I think the main problem in most youth now is the fact that we’re more money-oriented. :D if 2 jobs were offered, the first one pays us 3 juta rupiahs/month and the other is 5 juta rupiahs/month, maybe we’d pick the latter, nonetheless maybe the first one mentioned was actually a job that we’d love. after a few years, we’d finally realize that we’re in the wrong job, yet it was too late to move! T_T


"...Pikirkan saja, bagaimana melakukan yang terbaik dari apa yang kita lakukan saat ini." <-- all i'm doing now is grabbing all the chances i see in front of me.. i'm still young (still 22 years old..^^), i just started my journey, and i believe that one day i'd look back and i'd be proud to tell myself that i've regretted nothing. =)

Posting Komentar