Selamat Menempuh Hidup Baru

Belakangan ini saya lagi seneng dengerin lagunya Project Pop yang baru, judulnya Bukan Superstar. Sebenarnya dari sekian banyak lagu yang saya dengerin, PP ini salah-satu kelompok parodi yg entah albumnya, atau single-nya saya tunggu. Tema lagu mereka tuh gokil, tapi pesannya dapet bangat, dan untuk lagu ini, pesannya dalam.

Sebenarnya lagu tersebut sudah menjadi masalah sosial, dan bukan masalah personal lagi. Kenapa cinta harus memandang latar belakang; kekayaan, sosial, bahkan golongan? Kenapa cinta itu gak simpel-simpel aja seperti waktu kita masih kecil. Kita menyukai Doraemon (khususnya kantongnya) tanpa perduli itu benar-benar ada atau tidak. Kita menyukai teman sebangku kita tanpa perduli dia kaya atau miskin. Atau kita tertarik dengan anak tetangga tanpa perduli apakah gendernya berbeda atau tidak dengan kita (loh??).

Mungkin jawabannya karena sekarang kita sudah semakin pintar, sudah semakin banyak yang diketahui. Sama seperti Adam dan Hawa yang makan buah pengetahuan, dan akhirnya mereka bertambah pintar untuk tahu mereka telanjang.

Tapi satu yang disayangnkan dari lagu Project Pop, kenapa mereka yang nyanyi? Bagaimanapun kan mereka juga superstar?? Itu namanya Superstar teriak-teriak "aku bukan superstar! Aku bukan superstar!!".

Masih seputar cinta, Sabtu kemarin sahabat saya melangsungkan pernikahannya dengan mantan pacarnya. Kalo tidak salah sih mereka berpacaran setahun lebih. Setahun bisa jadi cepat bisa juga lama. Sebenarnya buat saya sendiri sih tidak ada patokan khusus berapa lama harus pacaran. Kalo dulu, sewaktu masih bego (baca anak kecil), inginnya pacaran 7 tahun sebelum menikah.

Mungkin karena masih bego itu kali ya, jadi pikirnya masih punya banyak waktu. Kalo sekarang, ajegile aja ngabisin tujuh tahun buat pacaran. Eh putus pula. Yud, loe curhat ya?

Pernikahan sahabat saya ini sederhana saja, dan karena dia menikah di Bogor, jadi saya hanya bisa menghadiri pemberkatannya saja di Kathedral Bunda Mulia, dikarenakan malamnya saya kembali ke Jakarta.

Dibandingkan datang ke pemberkatan, saya lebih sering datang ke resepsi pernikahan. Jelas karena di pemberkatan gak ada prasmanan kawan. Ok, bukan itu alasannya, melainkan karena mungkin pemberkatan itu lebih personal, jadi biasanya orang yang hadir adalah orang-orang yang terlibat secara emosi dalam waktu yang lama dengan salah-satu mempelainya (baca teman dekat atau sodara).

Pernah datang ke pemberkatan nikah?

Menurutku itu liturgi paling syahdu yang pernah ada di gereja. Masih menurutku yang sotoy ini, pernikahan itu mujizat terbesar. Gak percaya? Coba kamu bercermin deh, dan lihat betapa sempurnanya keberadaanmu. Kalo belum puas coba kamu tengok keluar jendela. Kalo pernikahan itu tidak ada, mungkin dunia sampai sekarang hanya dihuni oleh satu manusia, yaitu Adam.

Hal yang paling seru lagi di pemberkatan nikah, saat janji nikah diucapkan. Huhuhu pengen nangis kalo dengar ada yang berjanji nikah. Loh, kok jadi sayang nangis ya??

Ok, sebelum saya semakin lebay di posting ini, kita sudahi sampai di sini saja. Selamat menempuh hidup baru Yohanes Filipus Ferry Armand dan Nungky Fionita Kaley. Biar berkat Allah dan cinta kasih yang mesrah dari Yesus Kristus menyertai sepanjang hidup kalian. Amin.

1 comments:

Wibowo Kosasih mengatakan...

Tenang Joe ... Saatmu akan tiba ...
Aku ikut doa ... semua akan indah pada waktunya ...
Amin

Posting Komentar